Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Hidup Bersama Alam: Kehidupan Tradisional Baduy yang Berkelanjutan
18 Januari 2024 5:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syalsa Raya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sosial ekonomi, Baduy dalam sangat memegang teguh tradisi nenek moyang. Mereka menolak modernisasi dan hidup secara isolasi di pedalaman. Sistem ekonomi Baduy Dalam sangat sederhana. Mereka hidup dari bercocok tanam dengan cara tradisional. Hasil panenan seperti padi, sayur, dan buah-buahan mayoritas digunakan untuk konsumsi sendiri. Selebihnya baru diperdagangkan dengan cara barter untuk memenuhi kebutuhan garam dan beberapa keperluan lain, serta tidak mengenal uang. Rumah tempat tinggal juga sangat sederhana terbuat dari bambu dan beratap alang-alang.
Berbeda dengan Baduy Dalam, kelompok Baduy Luar sudah lebih terbuka dengan dunia luar. Mereka sudah mau menjual hasil panen ke pasar dengan uang. Selain bertani, Baduy Luar juga beternak ayam dan ikan. Rumah mereka juga sudah dari tembok dan semen, meski sederhana. Beberapa sudah memiliki televisi dan peralatan elektronik meski listriknya masih terbatas. Dari sisi sosial, kedua kelompok Baduy sama-sama memiliki sistem kekerabatan yang erat. Gotong royong dan tolong menolong sangat kental dalam keseharian mereka. Sifat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial masih terjaga baik.
ADVERTISEMENT
Mendekati Pemilu, Bagaimana peran Suku Baduy dalam merayakan pesta demokrasi?
Suku Baduy dikenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya. Mereka menganggap pemilu dan demokrasi bertentangan dengan tradisi nenek moyang mereka. Bagi Suku Baduy, pemimpin dipilih berdasarkan keturunan dan kebijaksanaan, bukan melalui pemilihan umum.
Meskipun demikian, komunitas Baduy Luar sudah mulai ikut berpartisipasi dalam pemilu, meski dengan angka golput yang masih sangat tinggi. Sementara Baduy Dalam, hampir tidak pernah menggunakan hak pilihnya karena dianggap tabu. Menurut mereka, dengan memilih dalam pemilu berarti ikut campur dalam urusan dunia luar yang dilarang oleh leluhur.
Dengan adanya Pemilu yang akan datang, beberapa masyarakat suku Baduy telah mengikuti simulasi pemungutan dan pemilihan suara. Simulasi dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kabupaten Lebak. Warga Baduy yang mengikuti simulasi berjumlah 273 orang. Dalam hal ini, KPU berharap warga adat Baduy bisa memberikan hak suara saat pelaksanaan Pemilu 2024. KPU juga berharap partisipan pemilu 2024 meningkat lebih banyak dari pemilu 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Dari sisi kehidupan sosial, pemilu juga tidak banyak berpengaruh bagi Suku Baduy. Interaksi sosial dan gotong royong di antara warga Baduy berjalan seperti biasa, tanpa memandang preferensi politik masing-masing individu. Bagi mereka yang utama adalah menjaga keharmonisan dan tradisi komunitas.
Demikian gambaran singkat mengenai keadaan sosial ekonomi Suku Baduy di Banten. Meski sudah berinteraksi dengan dunia modern, mereka secara umum masih mempertahankan tradisi nenek moyangnya dengan baik.
Pola kehidupan ekonomis Suku Baduy yang sederhana ternyata selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Mereka hanya mengambil sumber daya alam seperlunya untuk bertahan hidup.
Sistem pertanian tradisional Baduy juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Hasil hutan dan ladang dimanfaatkan secara bijaksana tanpa eksploitasi berlebihan. Contoh kehidupan sederhana nan harmonis Suku Baduy dapat menjadi teladan bagi upaya pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menjaga keseimbangan alam sambil melestarikan warisan budaya lokal adalah kunci penting untuk mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkeadilan sosial. Dengan meneladani kearifan lokal Suku Baduy, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di masa depan.