Hidup Bersama Alam: Kehidupan Tradisional Baduy yang Berkelanjutan

Syalsa Raya
Mahasiswa Hubungan Internasional - Universitas Kristen Indonesia
Konten dari Pengguna
18 Januari 2024 5:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syalsa Raya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tugu Selamat Datang di Baduy. Foto: Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Selamat Datang di Baduy. Foto: Penulis
ADVERTISEMENT
Suku Baduy adalah sebuah suku etnis Sunda yang mendiami wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Suku Baduy terdiri dari dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam adalah kelompok yang lebih konservatif dan mempertahankan adat istiadat mereka, sedangkan Baduy Luar lebih terbuka terhadap modernisasi. Suku Baduy memiliki keunikan dalam budaya dan adat istiadat mereka, seperti mempertahankan kemurnian budaya dengan menetapkan satu wilayah keramat, memegang prinsip hukum adat, dan percaya bahwa mereka adalah keturunan dari Batara Cikal atau Nabi Adam.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sosial ekonomi, Baduy dalam sangat memegang teguh tradisi nenek moyang. Mereka menolak modernisasi dan hidup secara isolasi di pedalaman. Sistem ekonomi Baduy Dalam sangat sederhana. Mereka hidup dari bercocok tanam dengan cara tradisional. Hasil panenan seperti padi, sayur, dan buah-buahan mayoritas digunakan untuk konsumsi sendiri. Selebihnya baru diperdagangkan dengan cara barter untuk memenuhi kebutuhan garam dan beberapa keperluan lain, serta tidak mengenal uang. Rumah tempat tinggal juga sangat sederhana terbuat dari bambu dan beratap alang-alang.
Berbeda dengan Baduy Dalam, kelompok Baduy Luar sudah lebih terbuka dengan dunia luar. Mereka sudah mau menjual hasil panen ke pasar dengan uang. Selain bertani, Baduy Luar juga beternak ayam dan ikan. Rumah mereka juga sudah dari tembok dan semen, meski sederhana. Beberapa sudah memiliki televisi dan peralatan elektronik meski listriknya masih terbatas. Dari sisi sosial, kedua kelompok Baduy sama-sama memiliki sistem kekerabatan yang erat. Gotong royong dan tolong menolong sangat kental dalam keseharian mereka. Sifat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial masih terjaga baik.
ADVERTISEMENT

Mendekati Pemilu, Bagaimana peran Suku Baduy dalam merayakan pesta demokrasi?

Anak perempuan di Baduy. Foto: Penulis
Suku Baduy dikenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya. Mereka menganggap pemilu dan demokrasi bertentangan dengan tradisi nenek moyang mereka. Bagi Suku Baduy, pemimpin dipilih berdasarkan keturunan dan kebijaksanaan, bukan melalui pemilihan umum.
Meskipun demikian, komunitas Baduy Luar sudah mulai ikut berpartisipasi dalam pemilu, meski dengan angka golput yang masih sangat tinggi. Sementara Baduy Dalam, hampir tidak pernah menggunakan hak pilihnya karena dianggap tabu. Menurut mereka, dengan memilih dalam pemilu berarti ikut campur dalam urusan dunia luar yang dilarang oleh leluhur.
Dengan adanya Pemilu yang akan datang, beberapa masyarakat suku Baduy telah mengikuti simulasi pemungutan dan pemilihan suara. Simulasi dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kabupaten Lebak. Warga Baduy yang mengikuti simulasi berjumlah 273 orang. Dalam hal ini, KPU berharap warga adat Baduy bisa memberikan hak suara saat pelaksanaan Pemilu 2024. KPU juga berharap partisipan pemilu 2024 meningkat lebih banyak dari pemilu 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Dari sisi kehidupan sosial, pemilu juga tidak banyak berpengaruh bagi Suku Baduy. Interaksi sosial dan gotong royong di antara warga Baduy berjalan seperti biasa, tanpa memandang preferensi politik masing-masing individu. Bagi mereka yang utama adalah menjaga keharmonisan dan tradisi komunitas.
Salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Baduy. Foto: Penulis
Demikian gambaran singkat mengenai keadaan sosial ekonomi Suku Baduy di Banten. Meski sudah berinteraksi dengan dunia modern, mereka secara umum masih mempertahankan tradisi nenek moyangnya dengan baik.
Pola kehidupan ekonomis Suku Baduy yang sederhana ternyata selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Mereka hanya mengambil sumber daya alam seperlunya untuk bertahan hidup.
Sistem pertanian tradisional Baduy. Foto: Penulis
Sistem pertanian tradisional Baduy juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Hasil hutan dan ladang dimanfaatkan secara bijaksana tanpa eksploitasi berlebihan. Contoh kehidupan sederhana nan harmonis Suku Baduy dapat menjadi teladan bagi upaya pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menjaga keseimbangan alam sambil melestarikan warisan budaya lokal adalah kunci penting untuk mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkeadilan sosial. Dengan meneladani kearifan lokal Suku Baduy, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di masa depan.