Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Siapa yang sebenarnya Manusia?
29 Maret 2018 15:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Syamsu Dhuha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pencarian makna akan perempuan dan manusia terasa tidak mau berhenti, garis imaji ku keluar dari jasad yang bersemayam di dalam tubuh tuk melihat perempuan-perempuan tangguh di daerah jawa tengah Pati.
ADVERTISEMENT
Perempuan perempuan itu adalah manusia manusia yang menolak dengan lantang pembangunan pabrik semen yang ada di daerah Pati yang mana rencana pendirian pabrik semen akan didirikan di beberapa desa suku samin. Rata-rata warga menolak akan didirikanya pabrik tersebut. Pada suatu hari terlihat beberapa ibu-ibu desa mengenakan topi jerami yang pulang dari sawah dan lahan lahan pertanianya berkumpul di sepanjang jalan mobil mobil besar yang digunakan mengangkut alat-alat besar. Rata rata penolakan dari warga desa tersebut karena sumber air akan tertutup dengan adanya pabrik semen tersebut. Kurang lebih sekitar tahun 2006 intimidasi terhadap warga pun semakin banyak terjadi, seperti premanisme, penculikan, dll.
Desa adalah sebuah surga kepada para manusia yang telah faham dan bisa hidup di dalamnya. Tak usah kau cari jauh jauh akan keindahan surga karena cukup disini, di Indonesia tuhan telah membuat surganya manusia. Dan kalau kau ingin melihat Tuhan sedang sombong dan ingin membuktikanya bahwa Tuhan sedang sombong, tariklah nafasmu dengan perlahan dan lihat lah tanah yang indah nan hamparan kehijauan yang ada di desa desa dan pengunungan-pengunugan.
ADVERTISEMENT
Warga desa adalah sejatinya manusia yang sadar akan manusia nya, karena akhir akhir ini banyak manusia yang tidak mengakui manusia nya, mereka lebih suka menjadi malaikat bahkan menjadi tuhan sekalipun. Beberapa pertanyaan yang terlontar adalah “kenapa bu anaknya tidak di sekolah kan formal”, “ halah mas, orang kami itu tidak boleh pinter mundak digawe ngakali dulure (malah dijadikan membohongi saudara saudara nya)” mendingan ngerti daripada pinter. Jadi anak-anak dirumah ini yah saya ajari sendiri di rumah seperti menulis, membaca dan menghitung. Beberapa orang pasti pro dan kontra akan kalimat-kalimat ini namun marilah berbicara dengan hati dan perasaan. Mari kita sampingkan dulu logika kita.
Beberapa orang pun beranggapan bahwa orang desa itu fikiranya pendek dan tidak memikirkan jangka panjangya, namun pernahkah kita berfikir sejenak yang mana yang disebut sejatinya manusia, orang yang sibuk mencari uang atau orang yang hidup dengan penuh syukur yang mana orang itu kalaupun mau makan ada, mau minum ada dan mau tidur telah siap. Jangan jangan malah sebalik nya kita yang manusia yang sedang berusaha tidak ingin menjadi manusia karena sibuk mencari dunia dan kekuasaan yang mana kalau kita sudah mendapatkan nya kita gunakan untuk menyalahkan orang lain dengan hal kita sudah pintar, sudah punya wewenang dan merasa kita telah mempunyai semuanya di dunia.
ADVERTISEMENT