Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
9 Kata Kunci Moderasi Beragama: Berkaca Pada Teladan Nabi Muhammad SAW
20 Oktober 2024 17:28 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Syamsul Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Syamsul Kurniawan
DI RUANG kerja yang tenang, ditemani secangkir teh hangat yang sengaja tidak saya tambahkan gula, pikiran saya melayang kembali pada sosok Nabi Muhammad SAW. Hujan deras terus mengguyur Kota Pontianak, suara tetesannya berpadu dengan aroma teh yang menenangkan. Teh ini, yang terasa pahit tapi orisinal, membawa saya merenungi perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membawa perubahan besar pada masyarakat Arab pra-Islam. Beliau hadir sebagai agen perubahan, mengubah masyarakat yang sarat dengan fanatisme kesukuan dan ketidakadilan, menjadi sebuah peradaban yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan keadilan, sejalan dengan nilai-nilai moderasi beragama.
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama bukanlah konsep baru, tetapi sesuatu yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad SAW lebih dari 1400 tahun lalu. Beliau membangun masyarakat yang berlandaskan sembilan prinsip utama: kemanusiaan, kemaslahatan umum, keadilan, keseimbangan, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghargaan terhadap tradisi. Setiap prinsip ini bukan sekadar teori, tetapi menjadi dasar dari setiap kebijakan dan keputusan yang diambil Nabi dalam menjalankan misinya sebagai pembawa risalah Tuhan.
Prinsip pertama, kemanusiaan. Di tengah masyarakat Arab yang terpecah oleh fanatisme kesukuan, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya kemanusiaan. Dalam pandangan beliau, setiap manusia, terlepas dari suku atau status sosialnya, memiliki martabat yang sama. Inilah fondasi awal yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dalam mereformasi masyarakat. Kemanusiaan, dalam konteks ini, menjadi pilar utama yang harus dijunjung tinggi dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam urusan sosial maupun politik.
ADVERTISEMENT
Kemanusiaan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW tidak hanya melibatkan penghormatan terhadap sesama manusia, tetapi juga pemenuhan hak-hak dasar mereka. Nabi mendorong persaudaraan antar umat manusia tanpa memandang latar belakang etnis atau agama. Dalam masyarakat Arab pra-Islam yang kental dengan segregasi suku, prinsip ini merupakan revolusi yang besar. Melalui Piagam Madinah, beliau menunjukkan bahwa keadilan bagi semua anggota masyarakat, termasuk non-Muslim, adalah hal yang mutlak dijaga.
Prinsip kedua, kemaslahatan umum, menjadi pedoman utama Nabi Muhammad SAW dalam mengelola kehidupan masyarakat. Nabi mengajarkan bahwa kepentingan kolektif harus selalu diutamakan di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam masyarakat yang sebelumnya didominasi oleh individualisme suku, prinsip ini mengubah paradigma, mengalihkan fokus dari kepentingan suku ke kesejahteraan seluruh umat.
ADVERTISEMENT
Salah satu kebijakan yang menggambarkan kemaslahatan umum adalah penghapusan riba dan eksploitasi ekonomi. Di Arab pra-Islam, praktik ekonomi sering kali tidak adil, di mana kaum kaya menindas kaum miskin dengan sistem riba yang sangat memberatkan. Nabi Muhammad SAW memutus siklus ini, menciptakan ekonomi yang lebih seimbang dengan menekankan pada distribusi kekayaan yang adil melalui zakat dan sedekah.
Keadilan, adalah prinsip ketiga yang sangat ditekankan dalam moderasi beragama Nabi Muhammad SAW. Kisah Bilal bin Rabah adalah salah satu contoh terbaik tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menegakkan keadilan dan persamaan derajat di masyarakat. Bilal adalah seorang budak yang mengalami penyiksaan luar biasa dari tuannya, Umayyah bin Khalaf, hanya karena berani mengucapkan kalimat tauhid. Ketika Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar, Nabi Muhammad SAW menerima dan mengangkatnya sebagai sahabat dekat. Meskipun status sosialnya rendah, Bilal diberi kehormatan besar oleh Nabi dengan menjadi muazin pertama dalam sejarah Islam. Dengan kasih sayang dan penghormatan yang begitu mendalam, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa keadilan dan martabat manusia tidak diukur dari kekayaan atau kedudukan, melainkan dari ketakwaan dan keimanannya .
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah masyarakat yang sangat terstruktur hierarkis, prinsip keadilan Nabi Muhammad SAW menjadi revolusi moral. Beliau tidak hanya berbicara tentang keadilan secara teoretis, tetapi mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bilal, seorang mantan budak, dihormati dan dijadikan simbol keadilan sosial yang sesungguhnya, di mana kedudukan seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh status sosial, tetapi oleh ketakwaannya.
Prinsip keempat yang diajarkan oleh Nabi adalah keseimbangan. Moderasi, atau keseimbangan dalam segala hal, merupakan inti dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Beliau melarang segala bentuk ekstremisme, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sosial. Nabi selalu mengajarkan untuk berada di tengah-tengah, menghindari sikap berlebihan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Keseimbangan ini terlihat jelas dalam ajaran tentang ibadah. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa beribadah secara terus-menerus tanpa memperhatikan kebutuhan jasmani adalah sesuatu yang tidak dianjurkan. Dalam banyak hadisnya, beliau sering berkata tentang Tuhan yang tidak menginginkan umatnya menjadi lemah karena ibadah yang berlebihan. Ibadah yang benar adalah yang seimbang antara hak Tuhan dan haknya sebagai manusia.
ADVERTISEMENT
Prinsip kelima, taat konstitusi. Taat konstitusi juga merupakan bagian dari moderasi beragama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau menegakkan Piagam Madinah, konstitusi pertama dalam sejarah umat manusia, beliau mengedepankan pentingnya peraturan yang adil bagi semua, termasuk bagi non-Muslim. Taat konstitusi berarti menghormati aturan yang dibuat untuk kemaslahatan umum, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar agama.
Melalui Piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW memperkenalkan aturan yang menegaskan pentingnya hidup bersama dalam keberagaman. Piagam ini mengakui keberadaan berbagai kelompok agama dan budaya, dan mengatur hubungan mereka dalam sebuah masyarakat yang plural. Ini adalah langkah besar menuju perdamaian dan keadilan sosial.
Komitmen kebangsaan, menjadi prinsip keenam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika mendirikan Negara Madinah, Nabi berhasil menyatukan berbagai suku yang sebelumnya saling bermusuhan. Beliau menciptakan persatuan dalam keragaman, mengajarkan bahwa cinta kepada bangsa dan tanah air adalah bagian dari iman. Komitmen kebangsaan ini terlihat jelas dalam Piagam Madinah yang mengatur kesetiaan semua kelompok kepada negara, terlepas dari latar belakang suku atau agama.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW juga sangat menekankan toleransi, dan menjadi prinsip ketujuh yang menjadi landasan moderasi beragama. Dalam masyarakat Arab yang terpecah-pecah, Nabi mengajarkan pentingnya saling menghormati antar sesama, termasuk kepada mereka yang berbeda keyakinan. Beliau mengajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, dan setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya.
Contoh paling nyata dari toleransi ini adalah hubungan Nabi dengan kaum Yahudi dan Nasrani di Madinah. Meskipun berbeda keyakinan, mereka diberikan kebebasan untuk menjalankan agama mereka tanpa tekanan. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa perbedaan adalah bagian dari kehidupan, dan tugas manusia adalah menjunjung tinggi toleransi serta saling menghormati.
Prinsip kedelapan, anti kekerasan, merupakan salah satu nilai paling mendasar yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau selalu mengutamakan perdamaian di atas kekerasan. Perang hanya dilakukan ketika tidak ada pilihan lain, dan itu pun dengan aturan yang sangat ketat. Nabi melarang membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua dalam peperangan. Kekerasan fisik ataupun verbal dikecam, dan solusi damai selalu diutamakan.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW bahkan memberikan teladan ketika beliau masuk kembali ke Mekkah setelah bertahun-tahun diusir. Alih-alih membalas dendam kepada penduduk Mekkah yang pernah menyiksanya dan para pengikutnya, Nabi memberikan amnesti umum, menunjukkan bahwa kekerasan bukanlah jalan menuju kemenangan sejati.
Terakhir, prinsip kesembilan, yaitu penghargaan terhadap tradisi. Penghargaan terhadap tradisi adalah bagian dari moderasi beragama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak serta-merta menolak semua tradisi Arab pra-Islam, tetapi hanya menghapus yang bertentangan dengan ajaran tauhid dan keadilan. Tradisi yang positif, seperti menjaga tamu dan nilai-nilai kehormatan, tetap dipertahankan.
Ketika menghadapi masyarakat yang begitu terikat dengan tradisi, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memaksakan perubahan dengan cara yang merusak. Beliau selalu mencari jalan tengah, mengakomodasi tradisi selama tidak merugikan kemanusiaan dan prinsip keadilan.
ADVERTISEMENT
Secangkir teh yang kini mulai dingin membawa saya pada pemahaman yang lebih mendalam tentang teladan Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah pemimpin yang berpikiran maju, yang tidak hanya membawa agama baru, tetapi juga memperkenalkan konsep moderasi beragama yang relevan dengan sembilan pilar utama: kemanusiaan, kemaslahatan umum, keadilan, keseimbangan, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghargaan terhadap tradisi.
Dalam dunia yang kian kompleks dan terpolarisasi, sembilan pilar ini tetap menjadi panduan yang relevan. Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa perubahan sosial dan spiritual tidak harus terjadi melalui kekerasan atau pemaksaan, melainkan melalui moderasi, dialog, dan saling menghargai. Inilah teladan yang harus kita pegang teguh dalam menghadapi tantangan zaman modern ini.
ADVERTISEMENT
Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, seimbang, dan damai. Prinsip-prinsip kemanusiaan yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad SAW memberi kita pemahaman bahwa setiap individu memiliki martabat yang harus dihormati, terlepas dari latar belakang sosial atau agamanya. Nilai-nilai seperti kemaslahatan umum, keadilan, dan penghargaan terhadap tradisi menjadi fondasi untuk membangun masyarakat yang inklusif.
Selain itu, keseimbangan dan toleransi yang diajarkan oleh Nabi memberikan kita pedoman untuk menghindari ekstremisme dalam segala bentuknya. Di dunia yang terus berubah dan sering kali menghadirkan tantangan dalam bentuk intoleransi dan kekerasan, ajaran Nabi tentang anti kekerasan dan pentingnya dialog terus menjadi mercusuar bagi kita.
Ketika kita melihat kembali ke masa Nabi Muhammad SAW, kita memahami bahwa beliau tidak hanya membawa pesan spiritual, tetapi juga sebuah visi sosial yang membebaskan masyarakat dari belenggu ketidakadilan dan fanatisme. Moderasi beragama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan sembilan prinsip kuncinya, adalah warisan berharga yang harus terus kita pelihara dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Dengan meneladani Nabi Muhammad SAW, kita belajar bahwa moderasi beragama bukan sekadar konsep, tetapi sebuah jalan hidup. Jalan yang mengajarkan kita untuk selalu mencari keseimbangan, menjunjung tinggi keadilan, dan berusaha menciptakan kedamaian di dunia yang penuh dengan perbedaan. Inilah pesan abadi dari Nabi Muhammad SAW, dan inilah warisan yang harus kita jaga demi kebaikan umat manusia. ***