Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nasionalisme dan Literasi Media Digital
16 Agustus 2021 20:21 WIB
Tulisan dari Syarif Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Senin, 02 Agustus 2021 jutaan pasang mata tertuju pada pertandingan puncak cabang olahraga bulu tangkis pada ajang bergengsi dunia Olimpiade Tokyo.
ADVERTISEMENT
Seluruh rakyat Indonesia yang menyaksikan perjuangan pasangan ganda putri, Greysia dan Apriyani, melalui siaran televisi. Perasaan cemas merasa gemas dan geregetan melihat pertahanan Chen Qing Chen dan Jia Yifan wakil Cina yang cukup kuat untuk ditaklukan. Melalui siaran televisi mampu menumbuhkan rasa nasionalisme dalam perspektif literasi digital.
Berkat ketenangan situasi tekanan dan serangan dapat diatasi oleh Greysia dan Apriyani. Alhasil, tim Indonesia berhasil mengungguli dua set sekaligus dan dinobatkan menjadi juara dunia pada partai puncak bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020.
Pekik teriakan keduanya terdengar seantero dunia yang menyiarkan secara langsung pertandingan puncak dari ajang bergengsi bulu tangkis dunia. Perasaan haru menyelimuti seluruh official dan pasangan Greysia dan Apriyani ketika sang merah putih pun dikibarkan paling tinggi di atas bendera Cina.
ADVERTISEMENT
Kenapa tidak, setelah berpuasa panjang sejak pertama kali Indonesia berpartisipasi pada Olimpiade 1952. Untuk pasangan ganda putri belum pernah meraih medali.
Pencapaian terbaik ganda putri Indonesia hanya mencapai perempat final pada Olimpiade Atlanta 1992. Namun setelah itu Indonesia lebih banyak mendominasi medali dari nomor ganda putra maupun ganda campuran.
Semangat juang yang dilakukan oleh para atlet Indonesia memiliki kedekatan emosional proksimitas dengan rakyat Indonesia berkat kemajuan teknologi televisi di dunia. Dengan menyiarkan pertandingan tersebut terbukti mampu meningkatkan rasa nasionalisme seluruh bangsa Indonesia.
Televisi memiliki fungsi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan memberikan pemahaman pendidikan karakter berdasarkan peran televisi dalam menyajikan ragam informasi dengan mengedepankan realitas masyarakat. Hakikatnya televisi merupakan ruang cerminan dari kehidupan sosial yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa suatu individu atau kelompok.
ADVERTISEMENT
Menurut John Tondowidjojo CM, dalam artikel Komunikasi Berbalik menjadi Konsumsi yang diterbitkan di Warta Paragonz Edisi April 1999 mengemukakan bahwa manusia zaman sekarang mencurahkan waktunya untuk menonton televisi sehingga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku manusia.
Dicontohkan di Amerika Serikat terjadi peristiwa bencana berita ini meluas dan sampai di Indonesia. Setelah mereka melihat berita di televisi, mereka meningkatkan kewaspadaan terjadi bencana alam di Indonesia yang berpotensi bencana cukup tinggi.
Kemudian berdasarkan survei yang bersumber dari Global Web lndex tentang Durasi Menonton TV dan Layanan Streaming Video di Asia Tenggara tahun 2020 mencatat bahwa masyarakat Asia Tenggara memiliki rata-rata menonton televisi kurang lebih hampir dua jam dalam satu hari.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan durasi menonton layanan streaming video dengan kisaran satu sampai dengan satu setengah jam setiap harinya. Sedangkan penduduk Indonesia sendiri lama dalam menonton televisi dengan durasi satu jam lima puluh menit sedangkan streaming video hanya satu jam saja. Ini menunjukkan dominasi televisi masih jauh digemari dibandingkan dengan layanan streaming.
ADVERTISEMENT
Tahun 2006 sebanyak 104 negara di Jenewa, Swiss telah menandatangi sebuah perjanjian dan kesepakatan peralihan televisi dari penyiaran analog ke digital. Perjanjian tersebut diselenggarakan oleh organisasi International Telecommunications Union (ITU). Kesepakatan ini berimplikasi pula terhadap Indonesia.
Kementerian dan Informatika Pemerintah Indonesia telah mencanangkan untuk bergerak menuju penyiaran digital sejak 2006. Tentu ragam informasi yang disampaikan melalui audio visual yang jernih tanpa kendala sinyal akan berdampak positif terhadap literasi media bagi masyarakat.
Manfaat Migrasi Televisi Digital Bagi Literasi Media
Pemerintah Indonesia berencana akan meluncurkan migrasi televisi digital pada tanggal 2 November 2022. Sempat tertunda di tahun 2021 akibat Covid-19 peluncuran televisi digital tersebut digadang-gadang akan berdampak positif terhadap perkembangan sistem teknologi komunikasi.
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi 1 DPR RI, Meutya Hafid yang dilansir dari laman Kominfo.go.id, menyatakan bahwa sumber daya manusia terutama pada sektor penyiaran dipandang sangat penting dengan alasan akan menumbuhkan peluang kerja baru.
Menurut mantan wartawan senior Metro TV tersebut, dengan digitalisasi penyiaran akan tercipta lapangan kerja baru seiring dengan tumbuhnya industri penyiaran yang lebih melibatkan banyak pemain di industri sektor penyiaran.
Memang bukan hanya dari terciptanya peluang tenaga kerja namun dari aspek literasi media pun sangat bermanfaat namun dengan catatan lain yakni memperbaiki kualitas dari materi penyiaran.
Selain itu, menurut Amry Daulat Gultom, dalam jurnal dengan judul Digitalisasi Penyiaran Televisi Di Indonesia (Digitalization of Television Broadcasting In Indonesia), televisi digital ini memiliki kualitas baik, cenderung jarang mengalami gangguan dari sinyal, dan bahkan penonton dapat memilih program yang mereka sukai. Serta peran orang tua dalam mengawasi program penyiaran tak ramah anak dapat dikunci.
ADVERTISEMENT
Meskipun televisi digital banyak manfaat terhadap literasi media ini harus seiring dengan perbaikan kualitas dari program penayangannya untuk masyarakat. Jangan asal membuat konten kreatif di televisi yang tidak mengedepankan nilai moral yang menjadi cerminan bangsa Indonesia.
Karena kualitas program akan berpengaruh besar terhadap kesadaran kecerdasan masyarakat dan literasi media digital akan menumbuhkan nasionalisme sebagai alat pemersatu bangsa.