Konten dari Pengguna

72% Mahasiswa Anggap Skripsi sebagai Beban

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
2 September 2023 9:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lagi-lagi sebagai pembuktian atas kebijakan baru Permendikbudristek No 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi terkait dengan skripsi tidak lagi jadi syarat wajib kelulusan meraih sarjana S1 patut diuji di lapangan.
ADVERTISEMENT
Nah, ketika mahasiswa dan alumni S1 ditanya, “pandangannya tentang skripsi Sebagai beban untuk menyelesaikan studi?”. Maka responden menjawab, 72% setuju sebagai beban, 14% tidak setuju sebagai beban, dan 14% ragu-ragu. Survei yang dilakukan TBM Lentera Pustaka ini diisi oleh 100 mahasiswa dan alumni S1 pada 25-31 Agustus 2023.
Tentu, ada banyak alasan kenapa skripsi dianggap beban oleh mahasiswa. Bisa jadi karena membuat stress dan frustrasi, bisa pula karena mahasiswa tergolong malas untuk menyelesaikan skripsinya. Apalagi bagi mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan menulis ilmiah, maka skripsi bisa jadi menyusahkan walau harusnya dipahami sebagai konsekuensi dari perkuliahan. Persepsi skripsi sebagai beban ini pula, sangat mungkin, kualitas penulisan skripsi menjadi kurang memadai..
Skirpsi dianggap sebagai beban mahasiswa
Memang benar, kebijakan skripsi tidak lagi wajib jadi syarat kelulusan S1 sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi, masing-masing fakultas, masing-masing prodi (program studi). Namun langkah antisipasi patut dilakukan, untuk mereformasi tata cara penyelesaian studi yang tidak hanya bertumpu pada skripsi. Karena survei membuktikan, 72% mahasiswa atau alumni S1 setuju skripsi dianggap sebagai beban.
ADVERTISEMENT
Kalangan kampus atau perguruan tinggi patut merespon realitas yang ada. Agar terjadi dinamika ilmiah dan tradisi akdemik baru di kampus yang lebih “memerdekakan” mahasiswa dalam penyelesaian studi. Seperti apa seharusnya, tentu kalangan kampus dan perguruan tinggi lebih paham apa yang harus dilakukan? Salam merdeka belajar! #PegiatLiterasi #SurveiSkripsi #TBMLenteraPustaka