Ajarkan Anak Tindakan Baik, Bukan Cuma Niat Baik

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
12 Maret 2019 21:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang punya pikiran besar, pikiran yang hebat-hebat. Tapi sayang, itu semua percuma karena tidak diikuti tindakan. Mereka puas pada "niat baik" sekalipun tanpa "aksi nyata".
ADVERTISEMENT
Cara saya mengajar anak itu "bertindak", bukan berbicara. Karena saya percaya, tindakan jauh lebih penting dari pikiran. Suatu kali, saya pernah mengajak kedua anak laki-laki saya, Fahmi si sulung dan Farid si tengah tentang cara bertindak dan memperlakukan pohon dan tanaman dengan baik. Bertindak untuk pepohonan atau alam sekitar. Mereka tidak menanam. Hanya memberi label nama pohon dan nama latinnya saja pada setiap pohon. Sekalipun panas di bawah terik matahari. Itu terjadi pada 2010 lalu, saat saya jadi Sekretaris RW di Harvest City dan ketika anak-anak saya pun masih kecil.
Alhasil, pepohonan itu kini telah tumbuh besar dan berbuah lebat. Pepohonan yang kini menjadi "ikon" pinggir kali di Klaster Edelweiss B. Tentu, kini jadi pemandangan yang menyenangkan hati orang-orang yang melihat atau melewatinya. Bukan hanya hijau tapi indah di pandang mata.
ADVERTISEMENT
Ajarkan anak tindakan baik, bukan cuma niat baik
Saat itu saya bilang ke anak-anak.
Hidup itu persis seperti bercocok tanam. Tanam pojonnya, sirami dan rawat hingga akhirnya berbuah. Tanam dulu baru panen. Biarkan semuanya berproses secara alamiah. Tidak perlu ada yang dipercepat atau diperlambat. Tugas kita menanam dan merawat pepohonan. Artinya, maka kebaikan sekecil apapun kita tanam maka kita pula yang akan menuainya. Sekecil apapun kejahatan dan keburukan yang ditebar maka kita pun bakal menanggung risikonya.
Maka, jangan pernah terburu-buru inhin memanen bila pohon "buahnya masih muda". Atau terburu bernafsu untuk memanen padahal kita "tidak pernah menanamnya"...
Dalam situasi apapun, saya ajarkan anak-anak untuk tetap berbuat baik sekecil apapun. Kepada tanaman saja harus baik. Apalagi kepada anak-anak yatim, kepada jompo dan kepada orang lain. Gak ada yang salah kalau mau berbuat baik. Apalagi bernasehat yang baik... Lalu, kenapa hari ini banyak orang lebih gemar membenci, menghujat atau memfitnah?
ADVERTISEMENT
Kini, kedua anak laki-laki saya pun sudah beranjak dewasa. Si sulung sudah diwisuda dan bekerja sambil melanjutkan ke S2 di Gunadarma. Si tengah tahun ini pun kelar SMAN CMBBS Pandeglang dan siap mengembara kuliah di program studi Aktuaria di UGM atau Unpad. Insya Allah, bisa tercapai.
Saya tinggal berdoa, apa yang mereka cita-citakan menjadi kenyataan, amiin. Dan insya Allah, saya sudah puas mengajarkan mereka dengan cara-cara seperti ini. Tindakan untuk baik.
Berbuat baik itu susah, bahkan relatif kata orang kebanyakan. Menurut saya iya, kalau cuma didiskusikan. Tapi kebaikan pastinya harus sesuai dengan "tindakan" yang istiqomah, konsisten. Baik itu harus dikerjakan, dilakukan.
Mau apa kalau gak baik dalam hidup ini?
ADVERTISEMENT
Bila hari ini ada orang yang mengalami kesulutan, musibah bahkan cobaan silih berganti. Bisa jadi, karena mereka tidak berpihak para kebaikan di setiap waktu dan hari-harinya.
Maka berpihaklah pada kebaikan dam wujud TINDAKAN. Karena tidak guna niat baik tanpa aksi nyata. Bertindak baik, itu sudah cukup dari apapun darivpikiran sehebat apapun.
Mengapa? Karena tindakan baik adalah jembatan menuju buah kebaikan yang paling tinggi dan hakiki. Yaitu SURGA yang telah dijanjikan Allah SWT. Tentu, untuk mereka yang bertindak baik, b