Apa yang Sering Terjadi di Media Sosial dan Taman Bacaan?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
27 November 2022 6:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali terjadi di dekat kita, di media sosial bahkan di taman bacaan. Orang-orang yang merasa benar, merasa hebat. Hingga lisan dan jari-jemarinya menyakiti sesamanya. Berprasangka buruk, lalu menghakimi orang lain. Mikirnya kelebihan, omongannya kebanyakan. Tapi eksekusi dan akhlak baiknya hilang. Sebut saja , kaum yang tingkat literasinya rendah.
ADVERTISEMENT
Orang yang jarang baca. Begitu mudah berkata, “kok di zaman digital begini masih mau baca buku manual, buat apa?” Masih ada ya anak-anak yang mau baca buku.
Orang yang tidak tahu berbuat sosial. Begitu mudah berkata, “untuk apa sih bikin taman bacaan, emang buku bisa bikin kaya?” Zaman begini mah butuh uang bukan buku bacaan.
Orang yang tidak pernah injak kaki di taman bacaan. Begitu mudah berkata, “ahh Cuma bimbing anak membaca mah gampang” Apa sih susahnya mengelola taman bacaan.
Mereka yang belum pernah diuji dengan kemiskinan. Begitu mudah berkata, “makanya kerja keras biar uangnya banyak”. Seolah-olah orang lain tidak kerja keras.
Mereka yang tidak pernah memimpin. Begitu mudah berkata, “nggak becu banget tuh orang jadi pemimpin”. Urusan begitu doang mah gampang, nggak butuh sekolah tinggi.
ADVERTISEMENT
Mereka yang tidak pernah diuji sulitnya mendapat keturunan. Begitu mudah berkata, “mandul kali ya, mungkin karena banyak dosanya ya”. Seolah-olah urusan anak dianggap urusan akal, bukan Tuhan.
Anak-anak yang membaca di taman bacaan
Tingkat literasi yang rendah, sering terjadi di media sosial bahkan di taman bacaan. Terlalu percaya pada otak. Lalu gampang berprasangka, menuduh, dan menghakimi orang lain. Susah menahan diri dan bersikap bijak terhadap realitas. Lupa, bahwa dalam kehidupan di dunia yang sementara. Ada Tuhan yang membiarkan semuanya terjadi. Sebagai proses pembelajaran dan untuk diambil hikmahnya.
Sahabat literasi, bila siapapun belum pernah diuji dengan kesulitan atau apapun, Maka bersyukurlah. Caranya perbaiki niat baguskan ikhtiar. Dan tetap berserah diri kepada Tuhan. Agar lisan dan jari-jemarimu terjaga. Untuk tidak menyinggung atau menyakiti orang lain.
ADVERTISEMENT
Memang susah, tetap istikomah dalam kebaikan. Tetap tawadhu dalam kondisi apapun. Jangan terlalu mudah berprasangka atau menuduh orang lain. Karena siapapun, tidak ada yang tahu . Tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari, termasuk untuk diri Anda sendiri. Karena takdir-Nya, bisa saja tiba-tiba berubah dan terjadi pada siapapun. Terkadang, tidak sesuai dengan harapan.
Maka, jadilah lebih literat. Untuk bertindak lebih baik dari hari ke hari. Jangan pernah merasa mulia, jangan merasa besar. Jangan merasa hebat lalu sampai hati lisan atau jari-jemarimu menyakiti sesamamu. Sungguh di dunia ini, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Semua sudah dalam scenario-Nya.
Hidup itu tidak cukup sikap religius atau penampilan belaka. Bahkan otak dan pikiran pun tidak cukup. Bila tidak diimbangi akhlak dan adab yang baik. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT