Belajar Kemanusiaan di Taman Bacaan

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
7 November 2023 20:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belajar memang banyak versinya. Ada yang belajar agama, belajar ilmu pengetahuan. Belajar ntuk mengejar gelar. Bahkan ada juga yang belajar "ilmu hitam". Maka wajar, belajar disuruh seumur hidup, bahkan sampai ke negeri cina. Tapi sayangnya, mungkin tidak banyak orang yang belajar tentang kemanusiaan. Belajar memanusiakan manusia, belajar untuk memiliki kepedulian kepada sesama.
ADVERTISEMENT
Belajar, sulit dibantah, pasti penting. Apalagi belajar agama, belajar ilmu pengetahuan, dan belajar lainnya. Tapi menurut saya, belajar kemanusiaan itu jauh lebih penting. Belajar tentang kepedulian terhadap sesama. Belajar agama pastinya bikin pandai ibadah. Belajar ilmu pengetahuan pastinya bikin cerdas dan tahu segala hal. Tapi hanya belajar kemanusiaan yang bisa menjadikan seseorang menjadi peduli kepada orang lain. Sekaligus mau menghormati orang lain. Mau menerima orang lain tanpa pandang status sosial, pangkat apalagi jabatan. Belajar kemanusiaan itu langka.
Hari ini, makin banyak orang yang gampang berpikir dan bertindak jahat. Tidak berperasaan sehingga tidak lagi mampu peduli dan berbelas kasih kepada orang lain yang membutuhkan. Boro-boro membantu, pikirannya saja sudah buruk sangka. Akibat terlalu mementingkan diri sendiri. Tidak punya empati, apalagi peduli. Banyak orang dulunya susah, begitu mendingan sedikit ekonominya udah sebakul gayanya. Banyak orang dulunya cukup, begitu cerdas sedikit otaknya langsung menyepelekan orang lain. Karena nggak pernah belajar kemanusiaan. Lupa, bahwa manusia sehebat apapun tetap bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Gerakan berantas buta aksara di TBM Lentera Pustaka
Kemanusiaan, bisa jadi makin kehilangan tempatnya. Akibat egoisme yang berelebihan, gaya hidup, indivialis, materialis, hingga hilangnya rasa peduli. Yang susah makin susah, yang kaya makin kata. Itulah sebabnya, kita mungkin harus bertanya pada diri sendiri. Mengapa kita harus peduli jika tidak ada orang lain yang peduli? Lalu, bagaimana suatu keadaan bisa berubah menjadi lebih baik bila tidak ada yang mengubahnya?
ADVERTISEMENT
Maka bersyukur, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor masih berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan. Tetap menjunjung tinggi kepedulian sosial, berbelas kasih, dan selalu ikhtiar untuk tidak mementingkan diri sendiri. Sekalipun hanya berkiprah di taman bacaan dan gerakan literasi. Mulai dari menyediakan tempat membaca, berinteraksi sosial bersama buku, saling menasihati, melatih antre, ikhlas mengajarkan, dan bergaul dengan akhlak yang baik. Selalu ikhtiar berbuat baik dan menebar manfaat. Tentu, atas dukungan komitemn dan konsistensi, insya Allah.
Belajar kemanusiaan pun bisa terjadi di taman bacaan Untuk selalu peduli dan berani membantu orang lain. Sebagai adab dalam bermuamalah. Sederhananya, taman bacaan ternyata bisa jadi tempat belajar kemanusiaan. Untuk melatih dan membiasakan akhlak baik dalam keseharian. Biar nggak kering, biar nggak hambar dalam hidup. Karena sejatinya, kita tidak boleh kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan. Salam literasi #BelajarKemanusiaan #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT