Bersikap Tenang Saat Disertasi Telat

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
28 Maret 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menulis esai beasiswa. Foto: fizkes/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menulis esai beasiswa. Foto: fizkes/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mungkin hari ini, banyak orang tidak lagi mampu bersikap tenang. Gampang panik, mudah heboh, dan terlalu mengkhawatirkan apa pun. Takut punya masalah, tidak berani menghadapi realitas. Jadi tidak tenang, hari-harinya penuh kecemasan. Masalah dianggap beban, bukan cara untuk memperbaiki diri atau menguatkan diri sendiri. Lupa, bahwa masalah bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Akhirnya, pikiran kalut dan tidak tenang.
ADVERTISEMENT
Ini sekadar cerita saja. Baru kemarin (27/3/2024), saya ujian proposal disertasi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Realitasnya, disertasi saya sudah tertunda 4 tahun. Bila ditambah masa kuliah maka kini sudah tahun keenam belum lulus juga. Lebih dari itu, karena kuliah S3 saya dibiayai oleh Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) maka “tuntutan” untuk segera selesai jadi wajib, Sudah tanda tangan surat pernyataan, bila tidak lulus tahun 2024 ini, konsekuensinya kembalikan biaya kuliah plus bayar sendiri biaya yang sudah berjalan. Woww, bikin tidak tenang dong pastinya.
Bisa jadi makin tidak tenang, karena saat ujian proposal kemarin. Saya harus berhadapan dengan tim penguji “kawakan” dari Pascasarjana Unpak. Sebut saja, Prof. Dr.rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU., sebagai ketua tim penguji yang menjabat Rektor Unpak saat ini sekaligus promotor saya yang guru besar Unpak jebolan Jerman. Ada pula Prof. Dr-Ing. Soewarto Hardhienata, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Unpak yang juga guru besar jebolan Jerman dan ahli satelit.
ADVERTISEMENT
Begitu pula Dr. Martinus Tukiran, M.T., yang menjadi ko-promotor (sekaligus PA saya) yang dikenal “jenius” dan sebentar lagi menyandang guru besar di Unpak. Dan terakhir Dr. Widodo Sunaryo,MBA., S.Psi, dosen senior yang mumpuni di metodologi dan manajemen pendidikan. Berhadapan dengan penguji sekaliber itu, tentu harusnya membuat saya tidak tenang. Takut, khawatir tidak bisa jawab pertanyaan dan segudang kekhawatiran lainnya.
Dan ternyata, setelah dijalani semuanya, tidak ada ketakutan sama sekali. Saya tetap tenang dan menjalani proses ujian sebagaimana mestinya. Jangankan urusan disertasi, urusan apa pun pada manusia ternyata memang tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Sama sekali tidak perlu cemas soal apa pun. Selagi mau dijalani dan ikhtiar dilakukan tidak perlu cemas.
ADVERTISEMENT
Terbukti kok, kita hanya bisa control diri kita sendiri dan sama sekali tidak bisa mengontrol apa pun di luar diri kita. Alhamdulillah, saya bisa menjawab pertanyaan tim penguji sekaligus menerima masukan untuk memperbaiki disertasi saya. Dan alhamdulillah lagi, akhirnya dapat nilai 3,8. Kecemasan hilang dan pergi, lalu berganti menjadi optimisme dan semangat juang untuk segera selesaikan disertasi tahun 2024 ini.
Tenang itu penting. Modal penting itu bukan uang tapi ketenangan. Karena dengan tenang, siapa pun jadi lebih terarah dan bisa menjalani proses dengan lebih baik. Maka penting, untuk tidak lagi membangun ketakutan pada diri sendiri. Untuk apa cemas dan menjadi beban? Jalani saja apa pun yang baik, ikhtiar yang bagus, doa yang banyak. Setelah itu rileks saja, tenang dan tenang saja. Selebihnya serahkan kepada Allah SWT.
Mahasiswa S3 MP Pascasarjan Unpak saat ujian proposal disertas
Tenang itu bukan pasrah. Tapi tetap fokus mengerjakan dan ikhtiar. Dan jangan terlalu mengkhawatirkan yang belum terjadi. Tenang pun berarti bersikap bodo amat terhadap hal-hal yang tidak penting. Hindari sesuatu yang tidak perlu dimasalahkan. Acuhkan omongan orang-orang yang tidak ada manfaatnya. Jauhi pergaulan yang membuang waktu sia-sia. Kerjakan apa pun yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Maka situlah hidup kita jadi lebih tenang. Jauh dari hiruk pikuk yang tidak penting, jauh dari apa pun yang dianggap heboh padahal biasa-biasa saja. Tenang saja ya.
ADVERTISEMENT
Tenang saja, karena di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Setelah gelapnya malam pasti akan terbit pagi yang terang. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Terkadang, masa-masa sulit itu diperlukan untuk menjadi kita lebih kuat. Agar tidak dianggap lemah atau lemah benaran. Maka untuk lebih tenang, benahi pikiran dan persepsi kita sendiri. Sambil ikhtiar baik tetap dijalankan. Karena rumusnya, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Man jadda wa jadda!
Cukup bersikap tenang dalam kondisi apa pun. Karena kita punya kelebihan yang luar biasa. Yaitu mampu memulai dan mampu pula mengakhiri. If you can dream it, you can do it. 'Cause, nothing is impossible with Allah. Yes, you can. Yakin saja pada diri sendiri, jangan percaya pada orang lain. Percaya dengan kemampuan diri sendiri, karena orang lain sama sekali tidak bisa bantu saat kita tidak mampu.
ADVERTISEMENT
Tenang saja. Dan jangan lupa, sertakan Allah di setiap langkah kita. Tenanglah karena kita punya Allah! Katakan, "kita punya Allah, insya Allah kita bisa!". Salam literasi #NgabubuRead #UjianDisertasi #TBMLenteraPustaka