Bertanyalah, Dari Mana dan Mau Ke Mana Kita?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
27 Mei 2023 6:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Faktanya, ada orang yang mampu membeli gawai keluaran terbaru. Aktif di berbagai media sosial, bikin status dan update kulineran dan traveling. Tapi anehnya, gawai dan media sosialnya tidak pernah dipakai untuk dakwah untuk mengajak orang lain berbuat baik. Omongannya menyehatkan, tapi perilakunya menyakitkan.
ADVERTISEMENT
Ada pula orang yang sanggup berjam-jam nongkrong dan main ke rumah teman, nonton konser, duduk di cafe, jalan-jalan ke mal sehingga merasa bahagia dan terhibur. Namun anehnya ia tidak pernah sanggup duduk di majelis ilmu dan pengajian walau hanya sesaat.
Ada lagi orang yang mampu membeli berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman asal dapat menyantap makanan yang enak dan lezat sehari-hari. Tapi anehnya, lisannya begitu berat untuk berzikir atau membaca Al Qur'an walau hanya 15 menit.
Ada orang sangat peduli dengan kulitnya, kecantikan, dan bentuk tubuhnya hingga semangat pergi ke salon atau memakai skincare mahal asal wajahnya tetap cantik dan punya body yang ideal. Namun anehnya, ia sama sekali tidak peduli atas omongan buruk yang selalu keluar dari mulutnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada orang yang berani korupsi, menjual yang bukan haknya, melakukan apa saja asal dapat hidup enak dan nyaman katanya. Tapi anehnya, tidak berani mengakui kesalahannya dan sama seklai tidk pernah peduli terhadap balasan atas kejelekan yang telah diperbuatnya selama di dunia.
Bertanyalah, dari mana dan mau ke mana kita?
Banyak hal yang patut kita renungkan. Kita sering kali sibuk mencari dan menyiapkan hidup enak tapi lupa menyiapkan mati enak. Berjuang untuk dunia tapi lupa bekal ke akhirat. Bekerja keras untuk nama baik dirinya sendiri tapi kerjanya menjelek-jelekkan orang lain. Gemar mencari salahnya orang lain, lalu lupa kesalahannya sendiri.
Tertipu dunia, lupa amal kebaikan. Berjuang keras untuk dibilang baik di mata orang lain hanya lewat omongan. Lalu lupa berbuat baik dalam bentuk nyata. Bagus di dunia, tapi belum tentu bagus untuk akhirat. Terus, mau sampai kapan lalai dan tertipu dunia?
ADVERTISEMENT
Maka siapapun yang merasa beriman, merasa cerdas dan berakal. Jangan sampai kita di dunia ini lalai dan tertipu sehingga lupa amal kebaikan. Hingga lupa dari mana berasal dan mau ke mana menuju? Maka lebih baik persiapkan bekal amal soleh untuk akhirat daripada berjibaku untuk dipuji orang lain di dunia.
Ketahuilah, Allah SWT telah memperingatkan kita semua. "Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (Qs. Al-Hasyr: 18).
Jadi bertanyalah, dari mana dan mau ke mana kita? Salam literasi!