Biarkan Anak Kita Sekolah di Boarding School

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
7 Januari 2019 1:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hai Abi Umi, Biarkan Anak Kita Sekolah Ber-Asrama.
Ini hanya sharing saja. Di zaman now, tampaknya sekolah ber-asrama memang lebih baik buat anak-anak kita. Maka Abi Umi, para orang tua, biarkan anak kita sekolah yang ber-asrama atau boarding school. Bila si anak yang meminta turutilah, jangan khawatir Abi dan Umi terpisah dari si buah hati selama sekolah. Tapi bila anak tidak meminta, tidak ada salahnya Abi dan Umi atau orang tua mulai memperkenalkan sekolah ber-asrama kepada si buah hati. Kan tak kenal maka tak sayang …
ADVERTISEMENT
Kenapa biarkan anak kita sekolah yang ber-asrama?
Jawabnya sederhana, agar orang tua tidak repot mendidik anak sepulang dari sekolah bila tidak di asrama. Karena sekolah ber-asarama atau boarding school, bukan semata-mata membangun kecerdasan akademik anak. Tapi jauh lebih penting, akhlak dan karakter anak yang mandiri pasti ada di anak-anak yang sekolah ber-asrama.
Sebagai contoh anak saya sendiri, Farid Nabil Elsyarif, tanpa terasa saat ini dia sudah duduk di Kelas 12 SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School (SMAN CMBBS) di Pandeglang Banten. Dan insya Allah Juli tahun 2019 ini pun akan selesai dari sekolah tersebut untuk melanjutkan kuliah. Ada hal yang patt saya sharing di sini. Bahwa anak-anak yang sekolah di asrama seperti di SMAN CMBBS, wajib disyukuri setiap orang tua yang seperti saya rasakan sendiri, tidak pernah merepotkan orang tua dalam mendidiknya. Bahkan saya bisa katakan, orang tua tinggal terima “produk jadi” pendidikan sekolah ber-asrama yang luar biasa. (https://syarifyunus.blogspot.com/2018/07/5-alasan-anak-sekolah-asrama-bikin-oke.html?view=flipcard)
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh saja, anak-anak di SMAN CMBBS, setiap kali sholat harus di masjid. Tiap hari menjelang Maghrib hingga sholat Isya selalu berada di masjid untuk memperkuat hafalan Al Quran. Maklum, di SMAN CMBBS, setiap anak hingga lulus minimal harus hafal alias hafidz minimal 3 juz. Belum lagi dari sisi pergaulan, anak yang sekolah ber-asrama tidak mungkin bergaul atau main sepulang jam belajar di luar sekolah. Mereka harus ikut 2 aturan yaitu 1) aturan sekolah yang lebih bersifat akademik dan 2) aturan asrama yang lebih bersifat akhlak, etika, dan keagamaan. Bahkan hingga saat saya buat tulisan ini, smartphone anak saya yang suatu kali pernah dibawa ke sekolah, dalam keadaan di sita oleh wali asrama setelah ketahuan. Dan rencana baru dikembalikan saat kelulusan nanti di bulan Juni 2019. Semua contoh di atas, sangat jelas buat orang tua, dengan model pendidikan seperti di sekolah ber-asrama dapat dipastikan orang tua “tidak terlibat banyak” dalam mendidik anak. Bahkan saya bisa menyebutnya “terima jadi” anak-anak yang berkualitas dan berkarakter.
Jadi, biarkan anak kita sekolah ber-asrama atau boarding school.
ADVERTISEMENT
Memang, buat seorang anak, hidup di asrama memang tidak seindah di rumah.
Di asrama, anak harus terbiasa mengurus dirinya sendiri. Dari mulai bangun pagi, sekolah, belajar, makan, membereskan tempat tidur, cuci pakaian, bahkan mengatur waktu. Berjuang mengatur dirinya sendiri; memandirikan diri tanpa ada orang tua.
Berbeda ketika anak ada di rumah. Semuanya serba terpenuhi, keinginannya bisa tercukupi. Karena ada orang tua, ada fasilitas di rumah. Bahkan ada kasih sayang yang rutin, setiap hari. Bertegur sapa, dicium, dipeluk, ditemani belajar, dibelikan apa yang dimau anak. Itu semua ada di rumah.
Bahkan justru bila mau jujur, saat ini yang paling sulit dikontrol orang tua, bahkan bisa jadi ketakutan Abi dan Umi adalah 1) gaya hidup anak yang kebablasan, 2) kebiasaan digital dengan bermain HP yang lupa waltu, dan 3) pergaulan yang sulit dideteksi. Kesibukan orang tua dan mungkin tidak cocoknya komunikasi dan gaya orang tua dengan anak bisa menjadi sebab “kerepotan tersendiri” dalam mendidik anak di rumah, khususnya bagi anak-anak yang sekolah tidak di boarding school. Maka orang tua yang anaknya di sekolah umum atau bukan boarding school seringkali ikut pontang-panting mengurus anaknya, minimal menasehati anaknya bila tidak mau disebut memarahi.
ADVERTISEMENT
(https://www.kompasiana.com/syarif1970/578b056e717e618f061431d0/biarkan-anakku-di-asrama-catatan-kecil-seorang-ayah)
Abi dan Umi, biarkan anak kita sekolah di asrama.
Karena saya sudah merasakan dan melihat sendiri. Di boarding school, pendidikan tidak hanya dilihat dari soal akademis atau kepintaran anak semata. Tapi ada ajaran moral, iman dan akhlak anak-anak yang dididik secara khusus sehingga menjadi kebiasaan baik. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang karakternya kuat, daya juangnya tinggi dan yang paling penting kemandirian yang luar biasa. Jujur saja, zaman now begini, di mana ada anak yang setiap jelang Maghrib sudah ada di masjid sambil latihan menghafal Al Quran, dimana coba? Kebiasaan dan perilaku baik seperti itu, pasti hanya terjadi pada anak-anak yang sekolah di boarding school.
Sekolah di asrama atau boarding school sama sekali tidak lazim bila dibandingkan anak-anak kebanyakan atau pada umumnya. Mereka bukan hanya mampu hidup mandiri. Tapi ritme kehidupan hariannya sangat terjadwal, dari sejak subuh hingga makan malam setelah sholat Isya. Sebagai orang tua, saya pun banyak belajar pada anak-anak itu di saat mengantar ke SMAN CMBBS sebulan sekali. Tentu saya semakin bersyukur, karena anak saya di SMAN CMBBS, sama sekali tidak dikenakan biaya selama 3 tahun ini alias gratis. Karena SMAN CMBBS adalah sekolah negeri yang dibiayai oleh APBN Provinsi Banten dan menjadi kawah candradimuka dalam mendidik anak-anak yang berkualitas, baik secara akademik maupun karakter-religius. Wajar untuk masuk ke SMAN CMBBS sangat ketat. (https://www.kompasiana.com/syarif1970/5794aa790e9773343a22a962/mengapa-boarding-school-karena-tradisinya-tidak-lazim)
ADVERTISEMENT
Sekali lagi Abi dan Umi, biarkan anak kita sekolah di asrama.
Abi sibuk, memang apa sih yang bisa dilakukan anak kita. Umi biarpun di rumah, memang kontrol seperti apa yang bisa dilakukan ke anak? Semua itu keadaan yang sulit dijawab oleh orang tua zaman now. Hanya di boarding school, Abi dan Umi serta orang tua lainnya, bisa tenang dan tentram dalam mengikuti kegiatan belajar dan pendidikan anak-anak kita. Mereka bukan generasi yang ditempa secara akademis semata. Tapi juga mumpuni dari sisi keimanan dan akhlakul karimah. Mereka anak-anak yang punya mentalitas hebat, mandiri, dan tanpa dididik orang tuanya pasti bisa jadi “anak yang seperti dirinya sendiri” bukan anak-anak yang dibesarkan oleh smartphone, televisi, tongkrongan atau pergaulan yang tidak jelas.
ADVERTISEMENT
Asal tahu saja buat Abi dan Umi, serta orang tua.
Zaman now bikin anak pintar gampang Bikin anak gaul pun mudah. Tapi sangat sulit mencetak anak-anak yang berkarakter, mandiri, dan punya akhlakul karimah. Rumus anak zaman now buat orang tua itu sederhana “Gaul boleh, Pintar silakan. Tapi harus tetap soleh atau solehah”. Itu saja prinsipnya dalam mendidik anak.
Nah, bila Abi dan Umi atau orang tua tua tidak mampu mendidik anak menjadi soleh atau solehah. Maka, biarkan anak kita sekolah di asrama.
Karena anak-anak yang sekolah di asrama atau boarding school; merekalah para zurriyyah qurrota a’yun; anak-anak yang menyenangkan hati. Dan yang paling penting, “Mereka adalah anak-anak muda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT" (QS 13:20).
ADVERTISEMENT
Udah dulu ya Abi dan Umi, semoga berkenan… salam dari Abi yang anaknya ada di boarding school #TGS #SMANCMBBS #BoardingSchool