Filosofi 4T Berkebun di Taman Baca

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
22 Juli 2022 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selain ruang baca utama dan rooftop baca, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun dilengkapi Kebun Baca Lentera Pustaka. Di kebun baca, aktivitas dan event besar taman bacaan dilakukan di sini. Di atas tanah seluas 310 meter persegi, Kebun Baca Lentera Pustaka punya fasilitas 1) goedang boekoe, 2) toilet, 3) surau lentera, 4) tanaman taman bacaan, dan 5) tulisan-tulisan nyelenh yang terpampang di tembok atau pepohonan.
ADVERTISEMENT
Tulisan-tulisan seperti: “cinta itu buta tapi tahu mana mobil mana motor”, “Punya pala pusing, gak punya pala serem”, “Kuliah ambil apa? Ambil hikmahnya aja”, dan “Jalan sama aku nikah sama orang lain”. Itulah beberapa tulisan nyeleneh yang ada di kebun baca. Tentu, masih banyak yang lainnya. Semuanya disajikan TBM Lentera Pustaka sebagai cerminan menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Bahkan kebun baca TBM Lentera Pustaka bisa jadi spot foto yang instagramable. Asyik dan menariklah di kebun baca.
Berkebun di taman bacaan, begitu istilahnya. Dapat diartikan sebagai tempat membaca di kebun yang lebih rileks, lebih alami. Bisa pula kebun baca dimaknai sebagai komitmen terhadap peningakatan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Karena tidak banyak orang yang mau menyediakan lahan atau tanahnya untuk kegiatan membaca. Tapi yag pasti, kebun baca TBM Lentera Pustaka dapat diartikan sebagai “berkebun” kebaikan melalui taman bacaan. Di taman bacaan, siapa pun sedang “menanam” benih kebaikan. Taman bacaan sebagai ladang amla bagi banyak pihak. Insya Allah, “berkebun” di taman bacaan lebih menyehatkan dan memberkahi orang-orang baik yang ada di dalamnya.
Kebun Baca Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor
Lalu, kenapa “berkebun” di taman bacaan?
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada filosofi 4T yang dapat dipelajari dari berkebun di taman bacaan, yaitu:
1. TATA atau menata. Bahwa hidup itu harus tertata, baik hati, pikiran maupun tindakan. Taman bacaan adalah tempat menata hati, pikiran dan perbuatan untuk menjadikan hidup lebih bermanfaat, lebih bermakna.
2. TITI atau merintis. Bahwa hidup yang baik itu harus dirintis, dimulai. Karena tidak ada tujuan atau prestasi yang datang dengan sendirinya tanpa dirintis. Taman bacaan pun menjadi tempat merintis kebaikan untuk banyak orang. Agar lebih bermanfaat lebih berkah.
3. TANDUR atau menanam. Bahwa hidup itu tempat menanam kebaikan di dunia untuk kehidupan abadi di akhirat. Maka tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya. Taman bacaan adalah tempat untuk menanam kebaikan, menjadi ladang amal semua orang yang ada di dalamnya.
ADVERTISEMENT
4. TUKUL atau tumbuh. Bahwa hidup itu harus terus tumbuh, tanpa perlu menggubris omongan orang lain. Maka taman bacaan pun harus terus tumbuh, karena di dalamnya selalu ada kebaikan. Agar tumbuh kebaikan, tumbuh akhlak baik, dan tumbuh masyarakat yang baik melalui buku bacaan.
Jadi “berkebun” di taman bacaan dapat dimaknai pentingnya hidup untuk yang ter-TATA (ditata), ter-TITI (dirintis), dan ter-TANDUR (ditanam) sehingga kebaikan dan kemanfaatan akan selalu TUKUL (tumbuh). Karena segala yang tumbuh pasti akan memberikan hasil yang baik.
Nah, Ketika sudah tumbuh. Siapa pun tinggal menjaga dari terpaan atau godaan "angin" dan "hama" yang bisa mematikan. Karean gangguan di kebun akan selalu ada. Seperti gangguan di taman bacaan pun pasti ada. Sebagai ujian untuk selalu menjaga “kebun” kebaikan yang sudah dimulai. Salam literasi #KebunBaca #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT