Filosofi Buku: Apa Arti Sebuah Buku?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
8 Februari 2021 8:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca buku. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca buku. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Buku-buku di taman bacaan, bukan hanya penting, tapi juga mudah.
ADVERTISEMENT
Karena tanpa harus membeli, siapa pun selalu bisa membaca buku di taman bacaan. Bahkan bisa meminjamnya untuk dibaca di rumah. Sementara untuk bisa main gawai atau media sosial, tentu siapa pun harus membelinya. Buku di taman bacaan tidak perlu uang. Sedangkan bermain gawai butuh uang.
Maka buku adalah nyawa.
Karena tanpa buku, nilai-nilai agama sulit untuk disebarkan. Kitab suci pun berupa buku. Tanpa buku pula, negara Indonesia tidak akan pernah ada dalam catatan sejarah. Bahkan tanpa buku pula, cerita tentang R.A. Kartini, Jenderal Soedirman atau Patih Gajah Mada tidak akan pernah diketahui orang banyak.
Buku adalah teman yang dibutuhkan jiwa sepanjang masa. Bagaimana pun jeleknya sebuah buku, pasti ada manfaatnya. Karena buku dapat mengubah masa depan seseorang menjadi lebih baik. Akibat buku, kecerdasan dan pikiran seseorang bertambah. Dan buku pada akhirnya menjadi warisan berharga yang ditinggalkan untuk kemanusiaan dan diberikan turun temurun kepada anak cucu.
ADVERTISEMENT
Hari ini bila masih ada anak-anak yang mau membaca buku di taman bacaan. Itulah anak-anak yang hebat, anak-anak yang akhlaknya baik. Apalagi di era yang serba digital seperti sekarang. Sementara banyak orang sibuk dengan gawai dan internet, justru anak-anak taman bacaan malah membaca buku. Karena hari ini makin banyak orang yang rajin ngomong. Tapi malas membaca buku.
Buku pun berguna sepanjang masa. Untuk siapa pun, hingga kapan pun dan di mana pun. Pakaian suatu pasti mengecil. Perhiasan suatu saat terlalu mewah. Rumah pun bisa reyot dan butuh direnovasi. Bahkan tubuh pun bisa sakit lalu harus berobat untuk sembuh. Tapi buku, meskipun hilang dari tangan pembacanya. Pasti ada isinya yang tertinggal di pikiran pembacanya.
Filosofi Buku: buku-buku di taman bacaan tidak perlu beli, hanya cukup dibaca.
Buku memang ajaib. Karena setelah dibaca, buku bisa menambah ide dan pengetahuan pembacanya. Buku pun bisa menginspirasi cita-cita dan mimpi seseorang. Buku bisa mengajak introspeksi diri pembacanya. Buku mampu mengubah masa depan seseorang. Bahkan buku bisa menjadikan seseorang lebih mengenal dan mendekat kepada Tuhannya.
ADVERTISEMENT
Karena buku, seseorang bisa berpikir. Bisa bertindak lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Bila hari ini, masih ada orang yang terombang-ambing dalam hidup. Bisa jadi mereka karena kurang atau tidak pernah membaca buku. Bila ada yang galau, pesimis, berkeluh-kesah dalam hidupnya, sungguh itu terjadi karena mereka jauh dari buku. Di luar sana, faktanya kehancuran dan kemunafikan hanya terjadi pada mereka yang tidak membaca buku.
Selain Tuhan, buku pun ikut menentukan nasib pembacanya di masa depan. Maka itulah yang menjadi alasan anak-anak di taman bacaan selalu berlomba-lomba membaca buku. Anak-anak yang menghabiskan berpuluh-puluh buku dalam sebulan. Nietzsche pernah bilang “Tuhan Sudah Mati.”. Maka membaca buku akan menegaskan bahwa “Tuhan Adalah Segalanya”.
Karena siapa pun yang membaca buku, bahkan terhibur dengan buku. Maka optimisme dan kebahagiaan tidak akan sirna dari dirinya. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi
ADVERTISEMENT