Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Forgive But Not Forget di Masa Pensiun
19 Februari 2025 9:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita tidak pernah bisa mengontrol apapun di luar kemampuan kita. Kita tidak bisa kendalikan orang lain, mau berpikir atau berbuat apa kepada kita. Itu sudah pasti, apapun alasannya. Maka kita, hanya bisa mengontrol diri sendiri. Hanya bisa kendalikan apa yang bisa dikendalikan oleh kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Sama halnya, kita juga tidak akan pernah bisa mengontrol efek yang ditimbulkan oleh ucapan dan tindakan yang terlanjur kita lakukan. Perbuatan baik atau buruk, sejatinya akan kembali kepada kita. Sekali dilesatkan, sudah di luar kendali kita. Persis seperti anak panah. Bila sudah diperbuat, maka kita akan terima konsekuensinya.
Dalam ilmu komunikasi, ada yang disebut prinsip "ireversibilitas". Bahwa apapun yang sudah dilakukan tidak dapat diubah lagi atau dikembalikan ke keadaan semula. Berpikir dulu baru lakukan atau lakukan saja tanpa pikir baik-baik dulu. Keduanya, tentu punya konsekuensi logis. Kata pepatah, "Forgive but not forget". Orang mungkin akan memaklumi dan memaafkan ucapan kita, perbuatan kita tetapi belum tentu melupakan. Diri kita, pada akhirnya hanyalah penanda. Untuk kembali pada ingatan-ingatan atau penyesalan.
Seperti di dunia kerja, banyak pekerja terbuai dengan gaya hidup dan perilaku konsumtif yang berlebihan. Hingga lupa, bahwa bekerja tidak akan selamanya. Berhenti bekerja, entah sebab pensiun, di-PHK atau meninggal dunia. Tapi sayangnya, tidak banyak pekerja yang mau memikirkan dan mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Tidak bersiap diri, bila suatu saat "terpaksa" berhenti bekerja. Di masa pensiun terjadi pula "gorgive but not forget", kita memaafkan kondisi diri kita di hari tua tapi tidak bisa melupakan kenapa kenestapaan bisa terjadi di masa pensiun?
ADVERTISEMENT
Adalah fakta, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Tidak punya uang di hari tua. Bahkan riset terbaru menyebut 1 dari 2 pensiunan sangat bergantung pada transferan anaknya setiap bulan untuk membiayai hidupnya. Miris sih, kenapa dulu saat bekerja tidak mempersiapkan masa pensiun. Kenapa tidak mau menabung sedikit dari gaji untuk hari tua atau saat tidak bekerja lagi.
Banyak orang ingin di hari tua bisa hidup nyaman dan sejahtera. Tapi sayangnya, tidak banyak orang yang berani mempersiapkan hari tuanya sejak dini. Mulai menabung untuk hari tua, mulai membeli dana pensiun. Yang semuanya diperuntukkan untuk kehidupan yang lebih baik dan nyaman di masa pensiun. Silakan dicek dan bertanya pada diri sendiri, apakah hari ini kita sudah punya dana pensiun? Apakah kita sudah siapkan masa pensiun kita sendiri?
ADVERTISEMENT
Uang memang bisa dicari. Tapi waktu tidak pernah bisa kembali. Banyak pensiunan menyesal karena tidak punya uang yang cukup di hari tua. Lalu tetap bekerja lagi, namun kemampuan fisik dan mental sudah terbatas. Itulah pentingnya mempersiapkan masa pensiun kita sendiri, bukan bergantung kepada kantor tempat kita bekerja.
Mulailah persiapkan masa pensiun sejak diri. Karena cepat atau lambat, kita pasti akan pensiun. Masalahnya, kita sudah siap pensiun atau belum? Ingat prinsip "ireversibilitas", bahwa apapun yang sudah terjadi tidak dapat diubah lagi. Bila tidak mulai siapkan dana pensiun, maka bersiaplah untuk menyesal di hari tua. Salam #YukSiapkanPensiun