Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Gawat, 86 Persen Milenial yang Bekerja Tidak Punya Dana Pensiun
24 Februari 2025 18:36 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Survei Persepsi dan Kepemilikan Dana Pensiun di kalangan generasi milenial cukup mengejutkan. Hasilnya, 86 persen generasi milenial tidak punya dana pensiun (DPLK) sehingga hari tuanya terancam bermasalah keuangan. Berpotensi besar, generasi milenial tidak mampu mencukupi biaya hidupnya sendiri di masa pensiun. Survei yang dilakukan edukator dana pensiun ini, Syarifudin Yunus, meilbatkan 80 pekerja milenial di Jakarta pada Desember 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Generasi milenial, yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000-an ternyata belum memahami manfaat dana pensiun (DPLK). Sekalipun sudah bekerja, masih banyak generasi milenial yang tidak tahu dana pensiun. Milenial yang dikenal bersikap idealis, ambisius, dan punya obsesi bisnis yang tinggi, akan tetap sebagian besar belum mempersiapkan dana pensiunnya sendiri. Dalam survei persepsi dana pensiun di kalangan milenial, terbukti 61% responden generasi milenial tidak tahu tentang dana pensiun, sedangkan yang tahu dana pensiun mencapai 39%. Tingkat pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang dana pensiun masih sangat rendah.
“Padahal banyak pekerja milenial di era sekarang, ternyata 6 dari 10 milenial tidak tahu ap aitu dana pensiun? Karenanya sangat penting dilakukan edukasi dan sosialisasi tentang dana pensiun ke pekerja generasi milenial. Tahu saja belum, apalagi memiliki dana pensiun. Cukup memprihatinkan perencanaan hari tua di kalangan milenial” ujar Syarifudin Yunus, asesor kompetensi BNSP di LSP Dana Pensiun dalam rilisnya (24/02/2025).
ADVERTISEMENT
Akibat ketidak-tahuan itulah, 86% generasi milenial yang bekerja belum memiliki dana pensiun seperti DPLK. Hanya 14% pekerja generasi milenial yang sudah memiliki dana pensiun. Hal ini berarti, hanya 1 dari 10 generasi milenial yang memiliki dana pensiun atau DPLK. Di satu sisi, masih ada potensi pasar danapensiun yang besar di di kalangan generasi milenial. Tapi di sisi lain, kondisi ini menunjukkan kurangnya edukasi dana pensiun di kalangan milenial. Menariknya dari penelitian ini, generasi milenial ternyata memiliki ketertarikan untuk memiliki DPLK sebagai perencanaan hari tua. Ada 78,5% generasi milenial mau atau bersedia membeli program DPLK secara mandiri, sekalipun tidak diikutkan dari kantor tempatnya bekerja. Hanya 21,5% generasi milenial yang bekerja menggantungkan dana pensiun kepada kantornya. Berarti, generasi milenial sangat peduli terhadap kemudahan akses secara digital untuk bisa membeli DPLK. Inilah tantangan industri DPLK di Indonesia.
Saat ditanya, apakah generasi milenial mengandalkan dana pensiun dari kantor tempatnya bekerja? Jawabnya, 80% generasi milenial menjawab “tidak”, sementara 25% milenial menjawab “iya”. Hal ini berarti, keputusan untuk memiliki DPLK pada generasi milenial merupakan keputusan personal, yang tidak bergantung kepada kantor tempatnya bekerja. Maka untuk meningkatkan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK sangat dibutuhkan edukasi dan kemudahan akses DPLK.
ADVERTISEMENT
Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan tentang DPLK, 2) kurangnya edukasi DPLK kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli DPLK yang mudah. Hal ini menjadi penyebab utama kurangnya kepemilikan DPLK di kalangan generasi milenial. Asumsi yang menyatakan dana pensiun sebaiknya disediakan oleh kantor tempat bekerja pun terbantahkan di generasi milenial, karena generasi milenial mau membeli DPLK secara individual atau mandiri.
Hasil penelitian tentang persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap DPLK yang tergolong rendah menegaskan pentingnya edukasi dan sosialisaisi DPLK kepada generasi milenial. Tingkat persepsi generasi milenial terhadap DPLK dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti: 1) pemahaman akan pentingnya dana pensiun, 2) budaya dan gaya hidup generasi milenial, 3) edukasi dan sosialisasi DPLK yang tergolong rendah di generasi milenial, 4) tingkat literasi dana pensiun, dan 5) kemudahan akses membeli DPLK. Sebagian besar generasi milenial beranggapan DPLK seperti tabungan biasa, bukan tabungan untuk hari tua. Untuk itu, edukasi yang tepat sangat diperlukan dalam pengembangan kepesertaan DPLK di kalangan generasi milenial. Terbukti di kalangan generasi milenial, pensiun bukanlah soal waktu atau usia melainkan soal kemandirian finansial. Maka DPLK seharusnya diposisikan sebagai kesinambungan penghasilan untuk hari tua, untuk memenuhi kebutuhan finansial di saat tidak bekerja lagi, seperti biaya makan, biaya pendidikan, tagihan bulanan, dan kesehatan.
Berdasarkan penelitian ini, dapat dinyatakan 1) generasi milenial punya “minat” terhadap DPLK sebagai solusi perencanaan masa pensiun dan 2) generasi milenial memiliki konsen soal edukasi dan akses membeli DPLK secara online. Edukasi DPLK sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman generasi milenial tentang dana pensiun. Generasi milenial pun mau membeli DPLK secara individual melalui akses digital. Dengan demikian, tingkat literasi akan berbanding lurus dengan tingkat inklusi DPLK di kalangan generasi milenial. Berbagai masukan terhadap pengelola DPLK disampaikan generasi milenial dalam penelitian ini, diantaranya: 1) pengelolaan DPLK harus bertanggung jawab karena menyangkut uang pensiun, 2) membuat promosi DPLK yang sesuai kelompok usia, 3) hasil investasinya harus optimal karena bersifat jangka panjang, 4) pelayanan harus berkualitas, dan 5) mempermudah proses pembayaran manfaat kepada pesertanya. Sosialisasi DPLK yang lebih intensif juga perlu dilakukan kepada generasi milenial. Saat ini tidak ada edukasi atau sosialisasi yang terencana berkaitan dengan DPLK untuk generasi milenial.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan Peta Jalan Dana Pensiun 2024-2028 yang ditetapkan OJK, maka upaya memengaruhi persepsi dan kepemilikan DPLK di kalangan generasi milenial harus dilakukan secara signifikan. Tidak akan pernah ada generasi milenial membeli DPLK bila tidak tahu manfaatnya, tidak tahu caranya. Maka hanya edukasi yang mampu mengubah persepsi generasi milenial akan pentingnya DPLK. Bila sudah paham, maka harus didukung oleh kemudahan akses digital untuk membeli dana pensiun DPLK.
Persepsi generasi milenial terkait dana pensiun masih tergolong rendah, karena 61% milenial tidak tahu tentang dana pensiun. Akibatnya, 86% generasi milenial yang bekerja belum memiliki dana pensiun. Tingkat kepemilikan atau kepesertaan dana pensiun di kalangan generasi milenial tergolong sangat rendah. Dapat dikatakann hanya 1 dari 10 generasi milenial yang memiliki dana pensiun. Sebagai perencanaan hari tua, 78,5% generasi milenial mau membeli program dana pensiun secara individual, bukan diikutkan kantornya. Persepsi dan kepemilikan generasi milenial terhadap dana pensiun sangat dipengaruhi oleh 1) ketidak-tahuan manfaat dana pensiun, 2) kurangnya edukasi dana pensiun kepada generasi milenial, dan 3) tidak tersedianya akses membeli dana pensiun yang mudah. Agar generasi milenial tetap sejahtera di hari tuanya. Salam #YukSiapkanPensiun
ADVERTISEMENT