Konten dari Pengguna

Hellow, Katanya Baca Buku Nggak Penting?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
25 September 2024 9:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selalu ada banyak tantangan saat berkiprah di taman bacaan atau gerakan literasi. Di antaranya tradisi lebih baik ngomong duluan dan baca buku belakangan. Aspirasikan pikiranmu, begitu dalihnya. Membaca buku dianggap semakin tidak penting. Bahkan tidak sedikit yang menyebut baca buku sebagai perbuatan yang membuang-buang waktu. Apa iya?
ADVERTISEMENT
Begitulah realitasnya. Makin banyak orang yang tidak mau membaca tapi bicara ke sana ke mari. Parahnya, menyangka baca buku buang-buang waktu. Wajar, siapapun yang tidak suka membaca buku. Saat melihat orang yang membaca, mungkin dia menganggap hal itu tidak penting. Bahkan bisa dianggap bodoh. Karena dia tidak memahami nilai dari pengetahuan yg ada dalam buku tersebut. Beda dengan orang terbiasa membaca. Tidak akan menganggap orang yang tidak biasa membaca sering membuang waktu, apalagi menyebut bodoh. Melainkan memahami bahwa orang itu hanya belum mau baca atau belajar. Jelas, seorang pembaca pasti sadar. Bahwa setiap orang berada di perjalanan belajar mereka masing-masing. Semuanya butuh proses.
Memang beda cara berpikir orang, begitu kata Aristoteles. Ada yang bijak, ada yang tidak bijak. Orang yang tidak bijak, sering kali terjebak dalam pemikiran sempit dan cenderung merendahkan hal-hal yang tidak mereka mengerti. Karena tidak memiliki wawasan yang cukup. Mudah berprasangka dan memvonis buruk perbuatan orang lain. Tidak dapat menghargai pandangan atau tindakan orang lain yang tidak sama dengannya. Buru-buru menyebut bodoh, atau buang-buang waktu.
ADVERTISEMENT
Sementara orang yang terbiasa membaca, berpotensi besar jadi lebih bijak. Punya pemahaman yang lebih luas. Mereka menyadari bahwa pengetahuan dan ilmu itu bersifat relatif dan selalu berkembang. Alih-alih, merendahkan orang lain. Orang bijak lebih memahami bahwa tiap orang punya tahapan pengetahuan yang berbeda. Orang bijak sadar betul akan kompleksitas kehidupan. Selalu ada cara pandang yang tidak sama. Maka, mereka tidak terburu-buru melabeli orang lain sebagai bodoh.
Belajar dari kiprah di taman bacaan. Ternyata, siapapun yang ada di taman bacaan disadarkan. Akan pentingnya kerendahan hati dan pemahaman terhadap orang lain. Membaca buku atau bersikap bijak bukan untuk merasa superior atas orang lain. Tapi justru menunjukkan empati dan toleransi terhadap ketidak-tahuan orang lain. Karena, bukankah setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar dan tumbuh? Membaca buku atau jadi bijak itu bukan soal merasa lebih baik. Tapi tentang memahami bahwa pengetahuan dan pengertian adalah perjalanan yang terus berlangsung, tidak akan pernah berakhir. Karena setiap orang, berhak diberi kesempatan untuk berkembang tanpa harus direndahkan. Seperti anak-anak yang berhak membaca ketika akses bacaan tidak tersedia.
ADVERTISEMENT
Jadi, tetaplah membaca buku. Dan berkiprahlah dengan ikhlas di taman bacaan. Biarkan orang lain berprasangka apapun. Hingga nanti, waktu yang akan membuktikan semuanya. Kan lebih baik baca buku atau diam daripada banyak bicara. Salam literasi
Hellow, katanya baca buku nggak penting? #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka