Konten dari Pengguna

Jangan Hanya Pintar Melihat Noda di Pakaian Orang Lain, Kenapa?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
23 Februari 2025 8:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Entah kenapa, hari ini banyak orang yang gemar mencari kesalahan orang lain. Terlalu fokus pada orang lain atau kerjanya hanya mempermasalahkan kesalahan orang lain tanpa mampu introspeksi diri. Ada lagi yang menganggap orang lain sebagai hambatan. Sampai-sampai di organisasi, membuat kebijakan orang lain tiddak boleh ngomong di mana-mana, tidak boleh mewakili organisasinya. Cara pandangnya, orang lain dianggap sebagai penyebab ketidak-mampuannya atau kegagalannya.
ADVERTISEMENT
Karenanya siapapun, harus lebih bijak dalam melihat persoalan. Atas dasar objektivita, mana yang lebih besar manfaatnya mana yang tidak ada manfaatnya. Fokus pada visi dan misi, bukan pada soal yang remeh-temeh. Jangan sampai kita terlalu larut dalam soal-soal kecil yang tidak signifikan, sementara misi besar daqn tujuan organisasi malah diabaikan. Daripada mencari kesalahan orang lain, lebih baik berkolaborasi dengannya untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Istilahnya, jangan hanya pintar melihat noda di pakaian orang lain,
sementara sobek di pakaian sendiri tidak bisa kau lihat. Sekarang ini, makin banyak pemimpin yang kerjanya senang melihat dan mencari kesalahan orang lain. Fokusnya orang lain, bukan dirinya sendiri. Terlalu arogan dan subjektif, padahal yang dipikirkan dan disangka belum tentu sepenuhnya benar. Harus diuji public dan layak diperdebatkan.
Aku dan buku di taman bacaan
Kata pepatah “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak". Begitulah nyatanya hari ini, orang-orang yang hanya memvari kesalaha orang lain tanpa bisa melihat kesalahannya sendiri. Manusia yang lebih mementingkan kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Orang yang jelas-jelas benar dan diam malah tidak dibicarakan. Justru terus-menerus hanya mencari kesalahannya. Sementara misi organisasi dan dirinya sendiri bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dengan tegas, tinggalkan pemimpin atau manusia yang hanya mampu melihat noda di pakaian orang lain tapi gagal melihat sobek di pakaiannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ternyata dan ternyata, orang yang gampang mencari kesalahan orang lain tapi lupa melihat kesalahannya sendiri bisa ditelusuri. Biasanya orang-orang itu adalah manusia arogan dan subjektif akibta jarang bersosialisasi dan jarang bergaul. Jam terbang kehidupannya monoton. Oragnisasi hanya digunakan untuk kepentingan popularitas dan mencari perhatian. Hidupnya merasa insecure, di samping pikirannya selalu negatif. Perasaanya selalu teranacam sehingga orang lain dilihat sebagai musuh atau lawan.
Maka solusinya sederhana. Perbanyaklah bergaul dengan orang-orang yang pikirannya terbuka, objektif dan tidak punya kepentingan terhadap apapun. Bergaul pada orang-orang independen yang bersikap obketif dan tidak arogan. Sekaligus melatih kelembutan hati dan kepedulian sosial yang tinggi. Untuk selalu menebar manfaat kepada orang lain, bukan mencari kesalahan orang lain. Seperti melakukan aktivitas sosial dan berkiprah di taman bacaan. Hanya untuk melayani anak-anak yang membaca, mengajarkan kaum buta aksara, membimbing belajar calistung anak-anak kelas prasekolah dan menjalankan motor baca keliling. Hanya untuk menyediakan akses bacaan ke kampung-kampung, Itulah yang saya jalankan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, yang kini melayani sekitar 250-an orang sebagai pengguna layanannya dan secara konsisten berkegiatan memasuki tahun ke delapan. Salam literasi!
ADVERTISEMENT