Konten dari Pengguna

Jangan Jadi Orang Pandai yang Banyak Bikin Alasan, Bukan Jalan Keluar

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
6 Agustus 2024 8:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi traveler yang tak berhenti bicara Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveler yang tak berhenti bicara Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Agak sulit dibantah, mungkin orang pandai kian banyak dan bertebaran. Sayangnya, orang pandai hanya sering bicara tanpa pernah melakukannya. Memberi saran tanpa mengerjakan. Orang pandai, bisa jadi prinsipnya "memulai tidak sepenting menyelesaikan".
ADVERTISEMENT
Kata orang pandai lagi, jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Tapi mereka juga yang mengatakan sebuah gambar bernilai seribu kata. Si orang pandai sering bertolak belakang, antara yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Kita sering lupa. Jika pengetahuan adalah paham apa yang harus dikatakan. Maka kebijaksanaan adalah mengetahui kapan harus mengatakannya. Dan yang penting, berani mengucapkan harus berani pula mengerjakan. Negara ini maju atau sukses karena dikerjakan uang harus dikerjakan, bukan hanya diomongkan harus begini harus begitu.
Banyak orang pandai di sekitar kita. Karena mereka tekun belajar dan sekolahnya tinggi hingga punya banyak pengetahuan. Namun, apalah arti pengetahuan segudang bila tidak diimbangi oleh sikap dan perbuatan yang sesuai dan konkret. Di banyak tempat, kepandaian tanpa kebijaksanaan justru jadi masalah baru. Seminar yang isinya orang pandai semua, bisa jadi semua ingin bicara. Begitu ditanya, siapa yang akan mengerjakan? Orang-orang pandai pun lari tunggang langgang. Memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Satu yang orang pandai lupa. Seringkali masalah datang tidak jauh dari yang namanya mulut. Entah kita salah makan atau kita salah berbicara. Salah makan bisa jadi sumber sakit penyakit, nah bila salah bicara ? Wah dampaknya bisa melebar ke mana-mana. Maka, penting sekali kita menjaga apa yang masuk ke dalam pikiran kita dan apa yang keluar dari perkataan kita. Sebab yang dipikirkan tidak akan jauh dari apa yang akan diucapkan. Banyak berpikir malah jadi banyak bicara, bukan banyak kerja.
Di mana pun, kata-kata yang telah terucap sulit untuk ditarik kembali. Kata orang pendendam, perkataan yang menyakitkan dapat dimaafkan namun tidak dapat dilupakan. Perkataan yang membangun dapat dilupakan, namun kesan dan maknanya tidak akan terlupakan. Mungkin orang pandai harus memahami kembali itu.
ADVERTISEMENT
Terkadang, tidak cukup hanya jadi orang pandai. Tapi harus jadi orang bijak yang mau kerja. Karena untuk jadi pandai dan punya pengetahuan hanya butuh belajar. Tapi untuk jadi orang bijak dibutuhkan pengertian yang besar, hati yang lapang, dan sikap yang jelas. Dan untuk lebih bijak (bukan pandai) membutuhkan latihan dan kesabaran.
Hari ini, kita tidak lagi butuh otak cerdas yang tidak bekerja. Tapi kita hanya butuh menjaga apa yang masuk dan keluar dari mulut kita. Karena dengan begitu, kita setidaknya telah menjaga dan meminimalisasi masalah dalam hidup. Untuk menjadi lebih sehat dan lebih bermanfaat.
Jadilah orang yang pandai dalam mencari jalan keluar, bukan pandai dalam mencari alasan. Bila tidak, ya lebih baik diam dan membaca buku.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, pengetahuan membuat kita paham. Tapi hanya tindakan yang bikin kita mengerti dan bermanfaat. Salam Literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen.