Jenazah Covid-19, Kenapa Ditolak?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
11 April 2020 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prihatin. Saat mendengar masih ada penolakan warga terhadap jenazah Covid-19. Kenapa ditolak? Katanya Covid-19 itu musibah. Katanya Covid-19 itu musuh bersama. Lagi pula, siapa sih yang mau terkena virus corona Covid-19? Apalagi bagi tenaga medis. Sungguh hanya karena tanggung jawab tugasnya, mereka berjuang keras untuk menyembuhkan pasien corona. Tanpa peduli dia sangat resisten untuk tertular. Lalu, berisiko meninggal dunia. Ayo kita tanya lagi, kenapa jenazah Covid-19 ditolak?
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, prihatin, Kenapa warga menolak jenazah Covid-19?
Coba deh tanya sama diri sendiri. Ada gak di antara kita yang mau meninggal dunia akibat Covid-19. Jawabnya, pasti gak ada kok. Tapi di saat yang sama, siapapun tidak bisa menghindari kematian bila tiba waktunya. Karena itu kehendak Allah SWT. Maka sudah sepatutnya, warga atau siapapun tidak menolak jenazah Covid-19.
Jika mau jujur, siapapun yang meninggal dunia akibat Covid-19 itu menyakitkan.
Bagi si jenazah, sudah pasti gak menyangka bila dia mati akibat virus corona. Di mana tertularnya tidak tahu, siapa yang menularkan pun tidak tahu. Begitu pula bagi keluarga si jenazah. Dengan sangat “terpaksa”, prosesi pemakamannya pun harus mengikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah. Artinya apa? Artinya keluarga pun tidak bisa memperlakukan jenazah keluarganya dengan sebagaimana mestinya. Apalagi bagi yang muslim. Bukankah kewajiban orang yang hidup untuk memperlakukan orang yang meninggal dunia, sebab apapun. Untuk memandikan, mengafani, menyolati, dan menguburkannya. Lalu, kenapa sekarang justru ditolak?
ADVERTISEMENT
Jenazah Covid-19 itu bukan aib. Bukan pula hal yang harus ditakutkan secara berlebihan. Karena tiap jenazah Covid-19 pasti sudah “dikemas” sesuai prosedur, baik untuk pemakaman maupun untuk keselamatan warga. Jadi biarkan jenazah Covid-19 dikuburkan di tempat yang semestinya, dan diperlakukan dengan semestinya pula. Kita itu “sehat” hanya karena kebaikan yang kita tidak tolak. Tapi kita akan makin “sakit” bila kita menolak kebaikan yang harus kita perbuat.
Jangan tolak jenazah Covid-19, sadarilah ...
Jadi, kenapa ditolak?
Menolak itu mencegah (bahaya dan sebagainya); menangkal (penyakit dan sebagainya); mengelakkan atau menangkis (serangan dan sebagainya), tidak menerima. Apa yang ditolak? Tentu bukan jenazah, tapi setiap perbuatan buruk, setiap ego yang berlebihan. Bahkan persekongkolan jahat di masyarakat pun harus ditolak. Narkoba, korupsi, judi, perzinahan, gaya hidup konsumtif, hedonisme, kebencian, kesombongan dan sebagainya itulah yang harus ditolak. Bukan jenazah Covid-19.
ADVERTISEMENT
TOLAK itu, kata orang bahasa, bisa dilakukan pada perbuatan yang merugikan. Sesuatu yang mendatangkan mudarat, bukan maslahat. Narkoba ditolak, karena merugikan masa depan pemakainya; melanggar hukum dan menyusahkan keluarganya. Aneh, artis yang pekerja seks komersial, tidak mengakui orang tua, dan kini terlibat narkoba kok tidak ditolak. Giliran jenazah Covid-19, yang kebetulan tetangga sendiri malah ditolak. Aneh…
Bangsa ini, warga manapun, dan siapapun. Justru di saat wabah virus corona ini harusnya bersatu, saling gotong royong. Memperkuat kebersamaan untuk melawan virus corona. Karena kita akan memperoleh kekuatan “melawan virus corona” berkat menerima sifat baik yang dijunjung tinggi, termasuk menolak sifat buruk yang ada dalam diri sendiri.
Jangan tolak jenazah Covid-19. Tapi tolaklah cara hidup yang cinta dunia. Tolaklah cara pandang yang hanya orientasi lahiriah semata. Tolak cara bertindak yang basisnya ego dan nafsu. Tolak itu pikiran yang negatif. Bukan menolak jenazah yang harusnya diperlakukan dengan baik. Sebagai bentuk penghormatan terakhir.
ADVERTISEMENT
Bila kita mampu menerima suka. Maka kita juga harus mampu menerima duka. Bukan menolaknya. Gak semua hal di dunia ini bisa kita tolak seenaknya. Karena semua yang terjadi sudah menjadi kehendak-Nya. Mau ngotot kayak apa juga, bila Allah sudah berkehendak pasti tidak bisa ditolak. Termasuk musibah Covid-19 bun tidak bisa ditolak dari bangsa Indonesia.
Jangan ditolak.
Bila pacar kamu sudah baik. Tapi tolak bahkan putusin bila dia tidak baik. Kerja berpolemik, berdebat tanpa menyelesaikan masalah. Jangan tolak orang yang sudah berjuang keras untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Tapi tolak orang yang bergaya hidup mewah tanpa peduli pada orang miskin. Hanya orang stress bila punya pacar "cakep kaya lagi soleh" malah ditolak dengan yang "jelek miskin dan bragajulan"....
ADVERTISEMENT
Covid-19 saja datang tidak bisa ditolak. Lalu, kenapa kita menolak jenazah akibat Covid-19? Tetap waspada, bukan takut apalagi panik. Selalu cuci tangan, jaga jarak satu sama lainnya, hindari kerumunan, dan jaga imunitas tubuh agar tetap kuat. Agar penularan virus corona bisa dihentikan. Itulah yang warga harus lakukan, bukan menolak jenazah.
Menolak itu bukan cuma urusan nafsu atau ego. Tapi pakai hati nurani. Karena semua sudah ada dalam skenario-Nya. Aneh, jenazah kok ditola? Kebaikan sudah di depan mata, kok masih ditolak? #BudayaLiterasi #LawanVirusCorona