Kalau Gak Mampu Mengubah Jangan Membenci; Secangkir Kopi Perubahan

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
20 Februari 2018 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau kita gak suka orang lain atau apapun, maka ubahlah mereka. Tapi bila kita tak mampu mengubahnya, ubahlah sikap untuk membencinya atau setidaknya gak perlu dikeluhkan …
ADVERTISEMENT
Apa sih yang gak berubah sekarang ini?
Semuanya udah berubah. Apa saja sudah berubah, tidak seperti yang kita pikirkan. Sebagian orang “berharap” orang lain berubah. Sementara sebagian yang lain, dirinya sendiri tidak ingin berubah. Alhasil, cuma bisa geleng-geleng kepala. Bingung. Antara terpaksa menerima perubahan atau ingin tetap bertahan tidak berubah.
Perubahan adalah bagian dalam hidup kita.
Banyak orang bilang, perubahan juga hukum alam. Hari-hari yang kita lalui selalu berubah. Disadari atau tidak, usia kita selalu berubah. Daya tahan tubuh kita juga berubah. Perubahan dapat terjadi kapanpun, dimanapun. Bahkan di tengah kompetisi yang makin berat, perubahan adalah cara kita untuk bertahan.
Apa yang berubah dalam hidup kita?
ADVERTISEMENT
Semuanya berubah. Dulu kita tak butuh handphone di tangan, sekarang kita bingung tanpa handphone. Itu tanda kita berubah. Hidup kita berubah, masalah yang kita hadapi pun berubah. Organisasi yang semakin besar pasti berubah. Lingkungan yang makin luas juga perubahan. Orang-orang yang kita hadapi semakin beragam. Tanggung jawab kita juga berubah. Apalagi jika kita ingin wujudkan MIMPI, mutlak kita harus berubah, mencari jalan terbaik dan bekerja keras untuk menggapainya.
Tidak seorang pun dari kita yang dapat menghentikan laju perubahan. Makin banyaknya pesaing, makin besarnya tuntutan nasabah, makin besarnya organisasi adalah alasan kita melakukan perubahan. Berubah bukan berarti berhenti menjadi diri sendiri. Perubahan adalah jalan kita untuk “mencukupkan” diri sendiri. Berubah artinya menjadi diri sendiri yang lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik karena kompetensinya bertambah, kompetensinya lebih terasah, pengetahuannya bertambah, pemahamannya lebih dalam, pemikirannya lebih bijaksana, cara kerjanya lebih kompetitif, dan hidupnya lebih terarah.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, banyak dari kita yang menjadikan perubahan sebagai momok yang menakutkan. Kita lebih senang menghindar dari perubahan. Perubahan bukanlah kegundahan, bukan pula kecemasan. Perubahan adalah sesuatu yang positif, perubahan menjadikan kita lebih dinamis. Bahkan perubahan adalah jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas. Mungkin juga kompetensi. Jadi, perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Kalau dunia di luar sana telah bergeser dan berubah, mengapa kita tidak ingin berubah ?
Kita semua pasti memiliki “potensi” yang luar biasa dan unik.
Potensi itu harus diubah menjadi “manfaat” nyata bagi orang lain. Metamorfosis potensi menuju manfaat nyata yang lebih besar itulah perubahan. Karena itu, perubahan pasti membawa tantangan sekaligus peluang. Dus, keberhasilan sebuah perubahan dapat diukur dari kemampuan kita mengubah tantangan menjadi peluang. Jika bisa, luar biasa indahnya.
ADVERTISEMENT
Memang tak dapat dipungkiri, proses perubahan itu sendiri dapat menimbulkan ketidaknyamanan, mungkin juga kesulitan. Tapi itu hanya bersifat sementara dan sangat manusiawi. Karena kita sedang menyesuaikan diri dengan “keadaan dan situasi” yang baru. Kita memang perlu adaptasi terhadap perubahan. Membiasakan diri terhadap hal-hal baru yang sebelumnya tidak kita lakukan. Namun tujuan akhirnya adalah menghasilkan kebaikan yang lebih luas, memberi manfaat yang lebih besar.
Berubah, bisa mudah, bisa juga sulit.
Tergantung pada kita dalam menyikapi perubahan itu sendiri. Lalu, apa yang harus kita lakukan ? Tidak ada pilihan lain kecuali merespon positif setiap perubahan yang terjadi. Lalu, gimana kita harus menyikapi perubahan? Sederhana ssaja sih, asal mau:
1. Bersikap positif, agar kita bisa objektif dan kreatif menghadapi perubahan, bukan mengeluh.
ADVERTISEMENT
2. Adaptasi, agar kita mudah menyesuaikan diti terhadap situasi yang ada.
3. Pahami apa yang sudah berlalu dan yang akan datang, agar kita dapat mengidentifikasi apa yang harus dilakukan.
4. Tingkatkan pengetahuan dan kompetensi, agar mampu menghadapi tantangan sebagai akibat dari perubahan.
5. Ubah tantangan menjadi peluang, agar menjadi motivasi dan menguatkan diri kita.
Berubah itu penting. Karena di sekitar kita pun sudah berubah.
Sungguh, kita butuh perubahan untuk mencapai tingkatan yang lebih baik. Dan bukan di siapa-siapa. Tapi di kita. Di tangan kita untuk siap atau tidak. Mau atau tidak berhadapan dan mengelola perubahan itu. Untuk kualitas hidup yang lebih baik lagi. Itulah “secangkir kopi” perubahan.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, kalau kita gak suka orang lain atau apapun, maka ubahlah mereka. Tapi bila kita tak mampu mengubahnya, ubahlah sikap untuk membencinya atau setidaknya tak perlu dikeluhkan … Ciamikk