Konten dari Pengguna

Kenapa Kamu Masih Menangis?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
17 Januari 2025 10:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada yang bilang, gelas yang pecah atau retak tidak bisa kembali utuh lagi. Begitu pula hati yang luka, katanya tidak bisa diobati lagi. Itu mah urusan cinta yang keblinger. Memang benar, kita tidak bisa mengutuhkan kembali gelas yang sudah pecah. Tapi kita pasti bisa mengambil gelas yang baru untuk membuat secangkir kopi agar tetap dapat menikmatinya dengan penuh rasa senang.
ADVERTISEMENT
Ini bukan tentang secangkir kopi dan gelasnya yang sudah retak atau pecah. Tapi tentang jalan hidup dan kehidupan yang memang sudah menjadi takdir bagi hidup kita. Tentang bersikap realistis dan ikhtiar untuk memperbaiki diri. Agar menjadi lebih baik. Lagi pula, untuk apa meratapi takdir? Mau sampai kapan merasa luka, sementara di luar sana dunia terus berkembang.
Banyak orang lupa. Jalan hidup itu pasang-surut, berliku-liku. Kita tidak pernah bisa mengelak atas apapun yang memang sudah menjadi jalan hidup kita.Tapi, kita selalu bisa menjadikan setiap rasa sabar dan ikhlas untuk menerima apapun keadaan kita. Agar besok, tetap dapat menikmati hidup dengan penuh rasa syukur.
Di sekolah mana pun, tidak ada pelajaran yang menyebut masalah bisa diselamatkan akan dengan ratapan atau keluh-kesah. Kita hanya diminta untuk menerima apapun, memahami jalan hidup itu sendiri. Agar tidak ada lagi rasa sesal dan keputus-asaan tentang hari esok. Disuruh introspeksi dan ikhtiar lagi untuk menjadi lebih baik. Sambil menumbuhkan rasa sabar dan syukur yang begitu besar dalam hati. Karena hanya sabar dan syukur yang akan memeluk erat dan menguatkan jiwa kita.
Kenapa kamu masih menangis?
Seperti berkiprah di taman bacaan, mungkin tidak ada orang yang mau dan bercita-cita. Tapi bila taman bacaan sudah jadi jalan hidup, maka sepantasnya diterima dan dijalani sepenuh hati. Mungkin, taman bacaan itulah yang jadi sarana untuk menumbuhkan perbuatan baik dan menebar manfaat seseorang kepada orang lain. Bisa jadi, taman bacaan menjadi sinyal akan pentingnya menjaga keseimbangan. Seimbang kahir bati, seimbang urusan individual dan sosial.
ADVERTISEMENT
Sungguh, siapapun tidak pernah tahu apa yang sedang direncanakan oleh Allah SWT untuk kita. Suka duka, pahit manis dan semua takdir yang dilewati boleh jadi itu cara Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang sangat indah di kemudian hari. Maka penting untuk selalu menjaga optimisme dan prasangka baik kepada-Nya.
Apapun alasannya, jadikanlah rasa sabar sebagai penguat hati. Jadikanlah sikap ikhlas sebagai penguat langkah. Karena saat kita mampu menerima segala bentuk ujian hidup, maka Allah akan selalu memberikan kita lebih dari apa yang kita minta.
Maka berhentilah berkeluh kesah atau meratapi keadaan. Bangun dan bergeraklah menuju tempat baik, pergaulan baik dan ladang amal yang melimpah ruah di luar sana. Percayalah, bahwa Allah selalu memiliki cara yang hebat untuk membuat kita tersenyum ketika dunia benar-benar membuat kita menangis.
ADVERTISEMENT
Sedih boleh, merasa tersakiti boleh Asal akal sehat dan hati nurani tetap bisa menjaganya. Jangan biarkan ego dan nafsu menguasai diri tanpa arah dan tujuan. Teruslah ikhtiar dalam kebaikan dan kemanfaatan, di mana pun berada. Untuk menjadikan diri lebih baik dari yang kemarin.
Lalu, kenapa kamu masih menangis? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen