Kenapa Penting Menjaga Lisan Saat Silaturahmi Lebaran?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
22 April 2023 20:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (22/4/2023). 
 Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (22/4/2023). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Idul Fitri telah tiba, suasana lebaran menyelimuti seluruh aktivitas umat muslim di Indonesia. Selain merayakan “kemenangan” sebulan penuh berpuasa, lebaran sangat identik dengan silaturahmi. Saling kunjung-mengunjungi ke sanak saudara dan kerabat. Saling bermaaf-maafan sambil bercengkrama menikmati hidangan lebaran.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang, nyatanya, tidak sedikit orang yang merasa tidak nyaman saat silaturahmi lebaran. Akibat masih adanya omongan atau kata-kata yang terkadang menyakitkna, menyindir, atau menyinggung orang lain. Entah, apa sebabnya? Akibat kesalahan yang tidak termaafkan atau sakit hati. Atau bahkan memang ada orang-orang yang memang saat bicara selalu mengedapankan “sentimen” personal. Kultur negatif yang melekat pada diri seseorang. Nah, begitulah faktanya di sekitar kita.
Meminta maaf dilakukan atau diminta memaafkan pun diterima. Tapi di saat yang sama, masih saja berkata-kata yang negatif atau membuat orang lain tidak nyaman. Berkata-kata yang lebih banyak negatif-nya daripada positif.
Bertanya yang membuat orang lain tidak senang, memamerkan harta dan dirinya, berbicara sombong, bahkan berkata-kata yang menyakitkan orang lain. Bila itu terjadi, maka suasana silaturahim dan lebaran pun dikotori oleh lisan yang tidak terjaga.
ADVERTISEMENT
Lisan atau ucapan itu nakhoda. Maka dalam suasana lebaran penting untuk menjaga lisan. Sebagai salah satu akhlak yang baik dan menjadi perilaku yang perlu untuk dibiasakan. Agar lisan tidak menjadi pisau yang dapat melukai orang lain dan diri sendiri. Lagi pula sayang kan. Bila sebulan penuh saat berpuasa, lisan sudah dilatih untuk tadarus, zikir, hingga berdoa yang baik-baik. Tapi akhirnya dikotori saat silaturahim lebaran.
Saatnya menjaga lisan di momen lebaran. Hadist Nabi Muhammad SAW menyebut:
Maka penting menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang kotor atau menyakitkan. Karena lisan yang terjaga dengan baik, insya Allah akan menjadi “jembatan” hidup yang baik, tubuh yang selamat, dan mendatangkan rezeki yang berkah. Lisan yang baik pun menjadi penenang hati, penentram jiwa.
ADVERTISEMENT
Jangan kotori suasana lebaran dengan lisan yang tidak baik, tidak sepantasnya. Sehingga membuat orang lain tersinggung, apalagi tersakiti. Patut diketahui, setidaknya ada 5 (lima) keutamaan pentingnya seseorang menjaga lisan, yaitu:
1. Mendapatkan derajat mulia sebagai orang muslim. Seperti ditegaskan “Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR. Bukhari).
2. Menjadi bukti kadar ketakwaan yang meningkat. Karena kuat-lemahnya kualitas taqwa seseorang tercermian dari apa yang diucapkan. Maka penting, tutur kata dijaga setiap saat.
3. Menjadi amalan yang berpahala. Lisan yang baik dan terjaga sejatinya menjadi amalan yang memberikan keberkahan dan berselimutkan pahala yang melimpah.
4. Menyelamatkan di akhirat. Siapa pun yang tidak mampu menjaga lisannya selama di dunia, maka binasalah di akhirat.
ADVERTISEMENT
5. Mendapat ganjaran surga. Selain dijauhkan dari neraka, lisan yang terjaga “dijanjikan” mendapat ganjaran surga.
Karena sebaik-baik manusia adalah mereka mampu menjaga lisannya. Agar tidak membuat orang lain bisa tersinggung. Menjaga lisan dari ucapan-ucapan kotor karena sejatinya Allah SWT tidak menyukai perkataan yang kotor dan buruk. Salam literasi!