Konten dari Pengguna

Kisah Pensiunan: Ketika Waktu Tak Bisa Diputar Kembali

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Ketua Dewas DPLK Sinarmas AM - Edukator Dana Pensiun - Konsultan - Dr. Manajemen Pendidikan - Pendiri TBM Lentera Pustaka - Penulis 54 buku
9 Mei 2025 6:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Namaku Raka. Aku lahir tahun 2000, bagian dari generasi Z yang tumbuh bersama teknologi. Aku memang cenderung konsumtif. Kata orang, aku ini suka menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak terlalu penting. Mungkin orang-orang itu salah, karena aku memang ingin “menikmati hidup”.
ADVERTISEMENT
Di usia 20-an, hidupku terasa cepat dan penuh warna. Bekerja di perusahaan startup keren. Aku memang tidak loyal tapi bekerja dengan efektif. Senang nongkrong di kafe, healing ke Bali, beli gadget terbaru, semua kulakukan tanpa ragu. “Duit-duit gue ini, nikmatin aja” ujarku pada orang-orang yang mencibir.
Waktu itu, kupikir menabung untuk pensiun itu masalah nanti. Urusan pensiun gimana nantilah, kan masih lama. “Toh aku masih muda. Nikmati aja dulu hidup,” begitu pikirku. Gaji lumayan, tapi sebagian besar habis untuk gaya hidup dan beli-beli barang yang online. Asyik pokoknya deh hidupku.
Orang tuaku pernah mengingatkan, “Nak, sisihkan uangmu. Hidup itu tak selamanya muda.” Tapi nasihat itu seringkali hanya mampir di telinga, tak pernah tinggal lama di hati. Boro-boro siapin pensiun, kepikiran bakal pensiun aja nggak. Anak muda kok mikirin pensiun, iya nggak?
ADVERTISEMENT
Tahun demi tahun berlalu. Tidak terasa, umurku kini 58. Perusahaan startup tempatku dulu bekerja sudah lama bangkrut, dan aku tidak punya dana pensiun. Saat bekerja dulu, aku menganggap dana pensiun tidak penting. Tabungan? Hampir nihil. Investasi? Tidak sempat, kataku waktu muda.
Kisah fiktif pensiunan Gen Z
Sekarang, di usia senja, aku masih bekerja serabutan, jadi driver ojek online. Kadang, ada orderan antar barang. Badanku sudah tak sekuat dulu. Tapi harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku bersama istri. Anakku sendiri juga berjuang untuk ekonomi keluarganya.
Dulu, aku terlalu sibuk mengejar gaya hidup, lupa menyiapkan masa tua. Tidak punya dana pensiun. Kini, aku menatap anak-anak muda yang duduk di kafe, tertawa di depan laptop sambil bermain game online, seperti aku dulu. Andai saja aku bisa berbisik kepada mereka: "Menikmati hidup itu penting, tapi menyiapkan hari tua ternyata jauh lebih penting." Agar kerja yes, pensiun oke.
ADVERTISEMENT
Sayang, waktu tidak bisa aku putar Kembali. Terbukti, menyiapkan masa pensiun sejak dini penting banget. Masa pensiun itu bukan soal waktu tapi soal keadaan, mau seperti apa kita di hari tua? Maka, mau tidak mau, saat masih bekerja ada baiknya sisihkan gaji untuk hari tua. Agar tidak merana di hari tua. Walau sudah terlambat, kini aku baru sadar. Betapa pentingnya menyiapkan dana pensiun sejak muda, apalagi di tengah gelombang nafsu konsumtif yang tidak pernah berujung.
Memang urusan pensiun, harusnya bukan gimana nanti tapi nanti gimana? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM