Lebih Baik Sesak daripada Nyesek

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
16 Februari 2021 6:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sesak itu bukan nyesek.
Karena “sesak” itu berarti terasa sempit, tidak longgar bila kaitannya dengan tempat. Sementara “nyesek” itu biasanya menyempitkan atau bikin hidup jadi sukar. Akibat kerjaannya, mengurusi urusan orang lain. Makin nyesek bila sering marah, mudah benci bahkan hatinya gundah gulana. Hanya orang nyesek yang bawaannya pengin menangis. Apalagi bila orang yang dimusuhinnya sukses atau makin maju. Jadi jelas, “sesak” itu lebih baik daripada “nyesek”.
ADVERTISEMENT
Seperti di TBM Lentera Pustaka Bogor. Tempatnya terbatas, sementara jumlah anak pembaca aktif mencapai 145 anak, jadi makin sesak. Tiap hari ada anak baru yang mau membaca dari kampung lain. Makin sesak tapi bagus dampaknya. Hingga anak-anak sulut mencari tempat untuk membaca akibat terbatasnya tempat.
ADVERTISEMENT
Jelas, sesak dan nyesek itu beda.
Sesak berkonotasi positif. Tapi nyesek konotasinya negatif. Sesak itu terjadi secara alamiah tapi nyesek terjadi karena dibikin sendiri oleh si pemilik hati. Maka, sesak akibatnya makin ramai. Tapi nyesek justru bikin sepi, apalagi hati dan pikirannya.
Filosofi hodup, lebih baik sesak daripada nyesek
“Sesak”, seperti di taman bacaan. Anak-anak yang berebut buku. Tiap jam baca selalu ramai. Donasi bukunya terus bertambah. Bahkan taman bacaan yang aktivitasnya sudah seperti sekolahan. Tradisi baca dan budaya literasi yang kian tegak di anak-anak kampung. Itulah sesak.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan “nyesek”. Dadanya sakit, hatinya sempit. Mungkin, orang nyesek karena jarang baca buku. Apalagi membenci taman bacaan ya pasti nyesek. Orang itu kian “nyesek” bila berharap kejelasan di tengah ketidak-jelasan. Berharap keberuntungan hidup tanpa ada ikhtiar sekecil apa pun. Makin “nyesek” karena selalu mengintip laju orang lain. Padahal dirinya sendiri tidak pernah bergerak untuk melakukan hal yang baik dan positif. Terlalu banyak berpikir tanpa ada tindakan, sudah pasti nyesek.
Tidak usah terlalu banyak memikirkan orang lain apalagi tanpa perbuatan. Lebih baik bertindak untuk kebaikan orang lain sekecil apa pun. Maka, jangan banyak berpikir. Tapi perbanyak tindakan. Aksi bukan ilusi. Biar lebih sesak bukan malah nyesek. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi
ADVERTISEMENT