Konten dari Pengguna

Literasi Cuek Bebek, Apa Artinya?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
3 Mei 2021 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bebek mandarin jantan (kiri) dan betina (kanan).  Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Bebek mandarin jantan (kiri) dan betina (kanan). Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasti, semua tahu dong binatang bernama bebek?
Konon kata orang pintar, bebek itu binatang dengan tingkat kecerdasan yang rendah. IQ bebek katanya lebih rendah daripada Anjing. Intelegesia bebek mungkin slow. Sementara anjing IQ tinggi. Maka anjing mudah dilatih, pendengarannya pun sangat tajam.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, bebek memang kalah gesit dibanding anjing. Tapi bebek bisa jadi binatang yang tergolong cuek lagu sabar walau tidak cerdas.
Saking cueknya, banyak orang memakai istilah “cuek bebek”. Karena bebek, sikapnya acuh tak acuh. Santai saja. Tapi bebek pun tidak usil dan tidak pernah mau mengurusi ucapan atau perilaku orang lain. Makanya, “cuek bebek”.
Banyak orang lupa. Bebek itu hebat. Karena faktanya. Di jalanan, hampir tidak pernah ada atau terdengar ada BEBEK MATI karena tertabrak. Sementara ANJING banyak yang mati di jalanan karena tertabrak. Bebek memang tidak cerdas. Tapi nyaris lebih selamat daripada anjing yang lebih cerdas. Ironis juga ya.

Kok bisa sih, bebek tidak pernah tertabrak di jalanan?

Itulah hebatnya bebek. Sekalipun tidak secerdas anjing, bebek itu hidupnya istimewa. Karena bebek hidupanya selalu berjemaah, selalu bersama-sama. Bebek selalu kompak dalam satu Langkah dalam hidupnya. Ke mana pun perginya, bebek selalu bersama rombongannya. Tidak terpecah-pecah. Bahkan barisannya sangat teratur.
ADVERTISEMENT
Maka saat menyeberang jalan, seluruh “pengguna jalan” akan berhenti semua. Untuk menghormati rombongan “para bebek” melintas. Bebek selalu kompak, selalu bareng-bareng ke mana pun
Berbeda dengan anjing. Tidak kompak dan lebih suka “jalan sendiri-sendiri”. Maka wajar bila anjing ketemu anjing bukannya kompak, malah berkelahi. Saling ribut. Setelah itu, lari terbirit-birit ke jalanan. Akhirnya tertabrak mobil. Mati deh anjing itu. Ikut berduka cita ya, Njing.
Literasi cuek bebek-sumber: Indovoices
Sebut saja, namanya “literasi cuek bebek”.
Tidak apa hidup tidak cerdas asal selamat. Santai tapi kompak seperti bebek. Jangan seperti di medsos atau grup WA. Pilpres sudah rampung masih saja saling nyinyir, saling sindir. Ribut soal perbedaan. Berdebat soal masa lalu kok tidak selesai-selesai. Orang yang hidupnya ribet. Aneh. Bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda ya?
ADVERTISEMENT
Maka, ada baiknya gerakan literasi pun berjiwa seperti “bebek”. Namanya literasi cuek bebek. Apa pun keadaannya dan apa pun kata orang, tetaplah kompak. Taman bacaan di mana pun harus tetap eksis. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi. Taman bacaan itu “jalan sunyi” maka harus kompak dan penuh kebersamaan. Jangan tercerai-berai, nanti bisa bernasib kayak anjing. Mendingan kompak kayak bebek, biar selamat.
Literasi cuek bebek. Mungkin hari ini relevan dan bisa jadi filosofi hidup.
Selain kompak dan penyabar, bebek itu pandai bersosialisasi. Apalagi sesama bebek. Tanpa memandang umur, pangkat, jabatan atau asal usul mereka. Bahkan, pasukan nenek selalu punya naluri untuk peduli pada lingkungannya. Saling menyayangi sesama bebek.
Belajar dari bebek. Tetaplah jaga kekompakan, jaga kebersamaan. Hingga kapan pun dan di mana pun. Tidak perlu ngotot atau nyolot. Cuek bebek saja. Karena bebek tahu “serigala itu hanya memangsa domba atau binatang liar yang keluar dari rombongannya”. Salam literasi #KampanyeLiterasi #LiterasiCuekBebek #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
ADVERTISEMENT