Menulis Buku Itu Ibarat Ngomong

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
2 Juli 2020 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata sebagian orang, menulis buku itu susah. Ada pula yang beranggapan, menulis buku itu tidak segampang pikiran. Lalu saya katakan kepada mereka. Menulis apapun, jelas susah bila tidak dilakukan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang lupa, resep terbaik menulis adalah menulis, menulis, dan menulis. Karena menulis bukan untuk didiskusikan, apalagi hanya jadi bahan seminar. Nah masalahnya, bagaimana cara kita menulis?
Berdasarkan pengalaman pribadi. Hingga saat ini, saya setiap hari pasti menulis. Minimal 6.000 karakter bisa dihasilkan dari jari-jemari di papan laptop. Atau setara satu artikel koran. Hasilnya pun alhamdulillah. Selain mendapat upah bila dipublikasikan. Hingga kini pun sudah 31 buku yang diterbitkan, baik karya sendiri arau bersama. Ada pula ratusan artikel koran yang sudah diterbitkan. Karena menulis sudah jadi kebiasaan sehari-hari.
Ibarat ngomong atau berbicara, itulah cara sederhana menulis buku. Bila kita pandai ngomong maka harusnya pandai pula menulis. Bila mampu ngomong berjam-jam, maka harusnya mampu pula menulis berjam-jam. Bukan sebaliknya, banyak ngomong. Tapi saat menulis justru bilang tidak punya waktu. Tidak mampu menulis karena alasan sibuk. Belum menulis, sudah mencari alasaa untuk menghindar.
ADVERTISEMENT
Resep menulis apapun, termasuk menulis buku adalah seperti orang ngomong, seperti sedang berbicara. Agar kata-kata yang dihasilkan bersifat mengalir. Persis seperti ngomong, mengalir dan tidak ada kata yang susah untuk diomongkan. Ibarat ngomong, menulis buku pun kata-katanya sederhana. Agar mudah dimengerti. Kalimat-kalimatnya pendek saja. Tidak usah panjang-panjang bila akhirnya menyulitkan. Sedikit tapi padat, seperti orang sedang ngomong.
Menulis buku itu ibarat ngomong
Menulis buku ibarat ngomong. Itu pun sinyal. Bahwa kita diajak untuk menyedikitikan ngomong atau bicara. Lalu diubah menjadi lebih banyak menulis. Agar kebiasaan pun berubah. Kita jadi orang yang selalu ngomong atas apa yang dituliskan. Bukan sebaliknya, banyak ngomong tanpa pernah menuliskan nya.
Seperti orang ngomong. Menulis itu butuh proses dan tidak mungkin langsung sempurna. Menulislah seperti ngomong, seperti berbicara. Asal ide dan gagasan mampu diekspresikan. Toh, bila ada yang salah bisa diperbaiki. Tulisan yang kurang pas, nanti bisa disunting. Asal jangan menulis sambil menyunting. Tuntaskan saja dulu tulisannya. Setelah itu baru disunting. Agar tulisannya menjadi lebih baik, lebih enak dibaca Menulislah seperti kita ngomong.
ADVERTISEMENT
Dan penting diketahui, Menulis itu bukan wacana, bukan pula sebatas niat. Apalagi hanya jadi bahan diskusi atau seminar. Saya selalu menyebut, menulis itu bukan teori tapi praktik. Tulisan hanya terjadi bila ada perilaku menulis.
Maka bila kita mampu rutin, banyak, dan terbiasa untuk urusan lain yang tidak produktif. Lalu, kenapa kita tidak bisa rutin, banyak, dan terbiasa dalam urusan menulis? Maka, Jadikanlah menulis sebagai sebab mahalnya suasana batin. Sederhana tapi tetap berkualitas di setiap waktu. Karena menulis ibarat ngomong ... #MenulisIbaratNgomong
Buku-buku karya Syarifudin Yunus