Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Minum Racun Sendiri, Berharap Orang Lain Mati
4 Desember 2023 7:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Layak direnungkan nih. Di sekitar kita, selalu ada orang-orang yang tidak suka melihat keberhasilan yang dicapai orang lain. Selalu tidak suka atas apa yang dicapai orang lain, apalagi bila musuhnya yang berhasil. Otaknya kotor, hatinya busuk. Di matanya, siapapun boleh berhasil asal jangan musuhnya. Bawaannya dengki alias hasad. Kata Imam Ali, ibarat meminum racun sendiri, tapi berharap orang lain yang mati.
ADVERTISEMENT
Nyata terjadi di sekitar kita. Ada orang yang senang, kita yang berduka. Ada orang yang Bahagia, kita yang menderita. Ada orang yang maju, kita yang menggerutu. Ada orang yang berjaya, kita yang tidak rela. Dan saat ada orang yang berhasil, kita yang uring-uringan. Karena di jiwanya, ada racun hati yang menyelimutinya. Iya racun hati, racun yang membuat dirinya tidak suka melihat orang lain berhasil.
Contoh konkretnya, pernah dialami Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang isinya perbuatan baik pun tidak luput dari kebencian orang-orang yang membencinya. Taman bacaan yang jadi ladang amal banyak orang pun didendami tanpa alasan yang jelas. Saat taman bacaan berkegiatan, dia datangkan orang-orang yang tidak jelas untuk mengintimidasi. Saat taman bacaan lancar jaya, dia pantau untuk cari cara mengganggungnya. Dan saat taman bacaan beramal, tiba-tiba dia datang untuk mengacaukan dan membuat kerugian material atas aset taman bacaan. Taman bacaan pun pernah berhadapan dengan orang yang penuh benci dan hasad yang luar biasa. Dan biarkan saja, hingga waktu yang akan membuktikannnya.
ADVERTISEMENT
Istilahnya, meminum racun sendiri berharap orang lain yang mati.
Betapa tersiksa jika hasad masih tersimpan dalam hati. Betapa terpenjara jika benci merasuk hingga ke jiwa. Energi negatifnya begitu menguras pikiran, perasaan, bahkan bisa-bisa menghanguskan amal kebaikannya. Hari-harinya peduli pada urusan penyakit hati, untuk menyalahkan orang lain. Hingga lupa untuk introspeksi diri.
Sibuk menebar fitnah dan gosip yang tidak sepenuhnya benar. Sibuk memusuhi orang yang tidak pantas dimusuhi. Sibuk mengomentari apa yang tidak harus dikomentari. Sibuk berburuk sangka terhadap apa yang tidak semestinya. Sibuk menyalahkan dan mencari-cari keburukan orang lain. Sibuk dan sibuk untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sampai tidak lagi punya tenaga untuk berbenah dan berkarya. Hingga tidak punya waktu untuk muhasabah diri.
Patut direnungkan, betapa lelahnya jika memandang hidup sebatas kompetisi urusan dunia. Betapa capeknya jika menjalani hidup sebatas urusan material. Betapa salahnya jika melihat orang lain dari sisi buruknya. Lalu, semena-mena menghakimi dan memvonis bla-bla-bla. Lupa untuk bertanya, memangnya saya siapa? Tuhan bukan, siapa-siapa juga bukan.
ADVERTISEMENT
Meminum racun sendiri, berharap orang lain mati. Bukti pentingnya menjauhi sikap benci, iri hati, dengki, ghibah, hingga dendam sekalipun. Semuanya penyakit hati yang patut dihindari. Karena dapat merusak amal ibadah, di samping menghambat datangnya rezeki. Kenapa harus tidak rela melihat orang lain berhasil? Bukankah Allah SWT yang berkehendak untuk menaburkan nikmat dan karunia kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Jadi, jangan lagi ada. Meminum racun sendiri tapi berharap orang lain yang mati. Akibat benci, iri hati, dengki, ghibah, dan dendam yang bermukim di hati. Jangan ada racun hati pada setiap tarikan nafas kita. Seperti kata Jalaludin Rumi, “jangan kau tanam apapun kecuali cinta di hati”. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka