Konten dari Pengguna

Nggak Usah Merasa Bersalah untuk Orang Toxic

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
23 Januari 2025 11:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konkret saja, siapapun tidak perlu merasa bersalah karena menyingkirkan orang-orang negatif yang beracun dari hidup kita. Orang-orang toxic yang bisa dijumpai di berbagai tempat: mulai dari tempat kerja, pertemanan, hingga hubungan asmara.
ADVERTISEMENT
Sebut saja orang-orang toxic. Pasti, energi kita akan terkuras habis. Karena terlalu banyak hal-hal negatif yang dibahas. Sepertinya hidup sebatas keluh-kesah, masalah, dan pesimisme. Peluang, potensi, dan optimisme seakan tertutup di mata orang-orang toxic. Hal-hal yang harusnya dilihat secara positif dan potensial justru dipandang buruk dan pesimis oleh orang-orang toxic. Semuanya jadi serba salah. Masalah hanya dilihat sebagai luka dan menempatkan diri sebagai “korban”. Kita jadi disuruh ikut sedih dan meratapi keadaan.
Nggak usah merasa bersalah untuk orang-orang toxic, orang-orang yang pikirannya negatif terus-menerus tanpa bisa dihentikan. Dia yang tertekan, kita disuruh ikut tertekan. Dia yang pikirannya jelek, kita disuruh ikut jelek. Maka sekarang, sudah waktunya menempatkan batasan untuk tidak menerima hal-hal yang kurang layak dari orang-orang toxic.
ADVERTISEMENT
Tidak peduli siapapun. Kita harus mulai berani untuk menjauhkan diri dari orang-orang toxic. Tidak perlu memberikan ruang bagi orang-orang yang kerjanya meratapi keadaannya sendiri, hingga bersikap seolah-olah dia satu-satunya pemilik masalah. Sama sekali pergaulan yang tidak sehat, membebani hal-hal yang baik bahkan bisa membuat merasa lelah dan tidak bermutu. Bikin jadi apatis, tidak mau berbuat apa-apa. Padahal, the show must go on.
Berubahlah dari pikiran negatif, pergilah dari ratapan diri sendiri. Perbaiki semua Nita, baguskan ikhtiar dan berdoalah kepada Yang Maha Kuasa. Karena tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi. Masalahnya, tinggal mental dan pikiran kita saja. Mau optimis atau pesimis, mau ikhtiar atau apatis. Namun demi kesehatan jiwa, mental, dan pikiran nggak masalah bila menjauh dari orang-orang toxic.
Anak-anak taman bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak
Di luar sana, ada pekerjaan besar yang lebih hebat. Berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama, berkiprah sosial di taman bacaan, memperbaiki peradaban umat dan banyak lagi yang baik. Banyak yang bisa dikerjakan lebih baik, lebih besar. Daripada sekadar meratapi keadaan atau menjadikan diri sebagai “korban” dari perbuatan orang lain. Jadi, nggak usah merasa bersalah menghindari orang-orang yang pikirannya negatif.
ADVERTISEMENT
Keluarlah dan jauhi yang tidak bermanfaat, untuk diri sendiri atau orang lain. Bikin batasan untuk melindungi energi dan ruang mental yang sehat. Bikin jarak untuk tetap melihat segala sesuatu secara lebih positif ketimbang berpikir negatif. Sebab, semakin sedikit kita berhubungan dan menanggapi orang-orang yang beracun dan apatis maka kita akan semakin sehat dan produktif. Semakin dekat dengan tujuan, bukan justru menghentikan tujuan yang baik.
Ketahuilah, hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan orang yang tidak menghargai nilai dari dirinya sendiri. Apalagi tidak menghargai orang lain. Jangan anggap menjauhi toxic people sebagai hal jahat. Tapi itu adalah solusi dan sikap terhadap diri sendiri untuk menjadi lebih baik, lebih Bernai membuka ruang untuk hal-hal yang positif
ADVERTISEMENT
Seperti berkiprah di taman bacaan, beranilah untuk berjalan menjauh dari situasi toxic. Karena waktu dan kita sangat berharga untuk orang lain. Maka untuk menambah imunitas dalam berkiprah secara sosial, salah satunya jauhi orang-orang toxic. Nggak usah meras abersalah untuk pikiran buruk dan mental yang tidak menyehatkan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen