Konten dari Pengguna

Orang Merasa Besar Dilarang Berbuat Perkara Kecil

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
9 Juli 2021 9:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak bisa dipungkiri, banyak orang hari ini lebih suka dengan hal-hal yang dianggapnya “besar”. Sesuatu yang dirasa “besar” dalam hidupnya. Ingin kaya, pengen punya pangkat, nafsu biar tenar, punya gaya hidup, dan dianggap keren. Entah gimana caranya, pokoknya biar dibilang “besar”. Agar dianggap terhormat, karena punya yang “besar-besar”.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang, di saat yang sama. Mereka abai terhadap hal-hal kecil. Lalai terhadap nikmat dan anugerah Allah SWT yang dianggapnya “kecil”. Udara yang masih bisa dihirup, masih enak makan, masih nyenyak tidur dirasa kecil. Bahkan bersyukuru dan berbuat baik kepada orang lain sudah dilupakan. Dianggap kecil karena terlalu biasa. Hal kecil yang bermanfaat tapi tidak terlihat banyak orang. Begitulah adanya.
Kita sering lupa. Pandemi Covid-19 yang kian mengganas dan bikin semua orang “dibatasi” itu awalnya dari hal kecil. Cuma virus yang kecil banget dan tidak terdeteksi bentuknya. Jutaan orang terpapar dan ribuan orang meninggal dunia, itu bermula dari hal yang dianggap kecil. Makanya disuruh pakai masker, cuci tangan, menjaga jarak pun soal kecil, yang dulu tidak digubris banyak orang. Maka hal besar itu dimulai dari yang kecil.
ADVERTISEMENT
Lalu kenapa, hal yang terasa 'kecil' terlalu mudah diabaikan?
Mungkin, karena hal-hal kecil dianggap tidak penting. Kecil dan tidak berkontribusi terhadap kesuksesan hidup. Tidak bikin kaya, tidak bikin populer. Bahkan jarang dilihat orang. Maka pantas, perkara kecil kian ditinggalkan banyak orang. Karena semuanya memburu hal-hal yang dianggap “besar”, lalu jauhi perkara yang kecili dan sederhana.
Jadi, pilih yang “kecil” atau yang “besar”.
Kecil dan besar itu memang dua kutub yang berlawanan. Tergantung orientasi hidupnya apa? Tergantung pikiran an perasaannya. Apa yang mau dituju, hanya mereka yang tahu. Tapi harus diakui, perkara kecil dan sederhana memang kian dijauhi orang. Makin lupa, bahwa apapun yang besar itu dimulai dari perkara yang kecil.
Orang merasa besar dilarang berbuat perkara kecil
Mulailah dari hal-hal yang dianggap kecil. Pedulilah pada perkara kecil.
ADVERTISEMENT
Mungkin hal kecil dianggap mudah. Tidak jarang pula hal-hal kecil dianggap tidak ada artinya. Karena selama ini, hidup hanya dilihat dari “untung-rugi”. Hidup itu bukan hanya soal harta, pangkat, jabatan, popularitas, atau status sosial. Tapi hidup itu soal seberapa manfaat, seberapa berkah. Atas apa yang dilakukan dan yang dimiliki?
Mungkin ini semua dianggap perkara “kecil”. Banyak membaca, selalu disiplin terhadap protokol kesehatan, tulislah hal yang positif di media sosial, tersenyum, berbuat baik, dan bersyukur. Sekalipun dianggap kecil, perilaku itu semua bisa berdampak besar. Hal kecil yang bermanfaat sebagai investasi besar di masa depan. Jadi, mulai saja dari hal-hal yang dianggap kecil. Sederhana tapi bermakna.
Seperti apa yang dilakukan di taman bacaan.
ADVERTISEMENT
Hanya menyediakan tempat membaca anak-anak di masa pandemi Covid-19. Saat sekolah dari rumah, anak-anak masih tetap bisa membaca buku. Atau mengajari kaum buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Mungkin taman bacana dianggap perkara kecil. Tapi manfaatnya luar biasa untuk anak-anak dan ibu-ibu buta huruf. Cukup lakukan hal-hal yang dianggap kecil dan sederhana. Bantulah orang-orang yang perlu dibantu. Jangan hanya menyalahkan tanpa mau memberi tahu yang benar. Jangan hanya omong yang baik tanpa mau melakukannya.
Jadi, mulai dari yang kecil-kecil. Dari perkara yang dianggap sederhana.
Karena tidak ada yang besar tanpa dimulai dari yang kecil. Tidak ada yang sulit bila mau melalkukan hal kecil yang mudah. Mungkin, tidak banyak korban yang berjatuhan akibat Covid-19 bila mau patuh terhadap hal kecil. Seperti memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, dan mengurangi akvitas di luar rumah. Hari ini terbukti, hal-hal yang dianggap kecil adalah sumber kesehatan dan keselamatan banyak orang. Siapa pun, bisa kok ikut menciptakan lingkungan yang sehat dari hal hal kecil dan sederhana. Patuhi protokol Kesehatan.
ADVERTISEMENT
Di zaman canggih begini. Banyak orang mendambakan sesuatu yang besar. Maunya hal-hal yang besar. Tapi lupa untuk melakukan hal-hal yang dianggap kecil. Lupa, berkah yang besar itu dimulai dari kebaikan yang kecil-kecil. Rezeki yang besar itu datang dari berkah rezeki kecil-kecil yang bermanfaat untuk orang lain. Harta yang besar pun dibangun dari harta yang kecil-kecil. Jangan lupa ya.
Ketahuilah, tidak ada orang yang tersandung oleh batu besar. Mereka justru jatuh akibat lalai terhadap batu-batu kecil. Jadi, cukup memulai apapun dari yang kecil dan sederhana. Seperti TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Agar anak-anak kampung punya tempat untuk membaca buku. Agar kaum buta huruf bisa terbebas dari belenggu buta aksara.
ADVERTISEMENT
Mulailah dari yang kecil tapi dilakukan. Daripada bermimpi yang besar tapi hanya rencana. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi