Renungan #DiRumahAja

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
4 April 2020 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Virus corona Covid-19, mewabah tanpa diduga. Merasuk ke seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Orang baru pulang dari luar negeri, usai liburan, merenggut nyawa akibat virus corona. Dokter yang berjuang mati-matian di RS, akhirnya terjangkit Covid-19 lalu meninggal dunia. Kawan yang minggu lalu sehat-sehat saja, tahu-tahu PDP dan meninggal pula. Tapi ada pula yang pertama kali jadi pasien corona hari ini sembuh. Di Wuhan pusat wabah corona pertama kali. Dulu kota itu jadi tontonan dunia, sekarang Wuhan justru menonton dunia yang terwabah. Wuhan sudah sembuh dari corona, di negara lain justru lagi hangat-hangatnya.
Per kemarin 3 April saja. Di Indonesia 32 dari 34 provinis sudah terjangkit Covid-19. Ada 1.986 kasus positif; 181 meninggal dan 134 sembuh. Di seluruh dunia, 204 negara sudah terjangkit. Kasus positif corona sudah tembus 1.017.693 orang, meninggal 53.179 orang dan sembuh 212.072 orang.
ADVERTISEMENT
Guru besar, dokter muda, professional, dosen, ibu rumah tangga, karyawan, buruh pabrik atau siapapun. Bisa terjangkit virus corona bahkan meninggal dunia. Anehnya, tidak tahu siapa yang menularkan dan siapa yang ditularkan? Covid-19 mewabah dan jadi “musuh bersama” yang harus diperangi. Covid-19 sama sekali tidak kenal usia, tidak kenal status sosial, apalagi pangkat dan jabatan.
Makin ke sini, makin tidak pasti. Tidak satupun orang pintar yang berani menyatakan kapan wabah Covid-19 ini akan berakhir? Minggu depan, sebulan lagi, atau akhir Juni 2020. Semua tidak pasti. Tiap kita hanya diminta untuk #DiRumahAja, hindari physical distancing alias jaga jarak, hindari keramaian, selalu cuci tangan, jaga kesehatan. Sampai kapan? Sama sekali tidak ada yang tahu jawabnya.
ADVERTISEMENT
Renungan #DiRumahAja
Cara menyikapi wabah virus corona pun beda-beda. Ada yang takut banget, ada yang panik, ada yang galau. Bahkan ada yang santai-santai saja. Kantor ada yang work from home, ada yang tidak. Sholat jumat ditiadakan. Kampus kuliah daring. Sekolah belajar jarak jauh. Ekonomi lesu. Abang ojol, tukang kopi pinggir jalan dan warung sepi pelanggan. Semua diduga, gara-gara wabah virus corona.
Bila takut, kenapa? Takut terserang virus corona. Atau takut meninggal. Atau takut tertular. Semua tidak pasti. Makin bingung, makin tidak pasti. Hebat sekali wabah virus corona.
Berapa lama lagi umur kita? Persis seperti wabah corona kapan berakhir?
Tidak ada yang tahu jawabnya. Sama sekali tidak ada yang tahu sampai kapan umur tiap orang, tiap manusia. Semua ada di dalam genggaman-Nya.
ADVERTISEMENT
Karena di mata Allah SWT, bila sudah tiba waktunya maka terjadilah.
Tidak ada istilah muda tua, kaya miskin, apalagi berpangkat atau tidak berpangkat. Bila Allah sudah berkehendak, tidak satupun yang bisa menghindarinya. Kehendak-Nya. Beda dengan manusia yang bertindak atas logikanya. Atau perasaannya atau kekuasaannya. Yah, semua akan sampai pada waktunya.
Renungan #DiRumahAja, di tengah wabah virus corona.
Suka tidak suka, merebaknya virus corona. Bisa jadi karena kesombongan manusia. Karena kemunafikan manusia. Merasa sudah berbuat banyak padahal hanya sedikit saja. Merasa benar padahal belum tentu benar. Merasa sudah tabayun tapi prasangkanya lebih besar.
Renungan #DiRumahAja. Kian menegaskan bahwa manusia bukan apa-apa, dan tidak punya apa-apa. Begitu ditebar wavah virus corona saja, sudah terseok terjerembab. Tidak mampu melakukan apa-apa, diam #DiRumahAja. Jadi apalagi yang mereka mau sombongkan, apalagi yang mereka mau zolimkan.
ADVERTISEMENT
Semua orang boleh pintar. Boleh kaya boleh merasa tinggi. Tapi itu semua bukan apa-apa. Selain manfaat yang diberikan kepada orang lain, kepada kaum yang membutuhkan. Sehingga berhenti bertanya, berapa lama lagi umur kita?
Apalah arti umur bila tidak bermanfaat bagi orang lain. Apalah arti kepintaran bila tidak berguna buat orang lain. Apalah arti kekayaan bila tidak mampu memerdekan orang miskin. Dan biarkan kemarian itu jadi hak prerogative Allah SWT. Tidak perlu diintervensi oleh logika manusia. Kematian adalah misteri Ilahi. Manusia, hanya diminta untuk mengingat dan mempersiapkannya. Bila waktunya tiba.
Wabah virus corona masih merebak. Segala rasa dan pikir pun dibuatnya. Sakit, takut, panik, resah, gelisah, galau, bosan, harap, cemas mungkin juga prasangka. Maka sehebat-hebatnya manusia. Sepintar-pintarnya orang. Kekaya-kayanya harta. Bahkan setinggi-tingginya pangkat. Akhirnya hanya tiga saja yang menolong manusia di akhirat. 1) Ilmu yang bermanfaat. 2) Amal atau sedekah yang diberikan. Dan 3) anak yang soleh atau soleha. Bukan tempat bekerja, bukan teman-teman, bukan yang lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sungguh, kematian itu dekat pada tiap manusia. Di balik benteng kokoh sekalipun, kematian tetap dekat. Itulah renungan #DiRumahAja…. #LawanVirusCorona #BudayaLiterasi