Konten dari Pengguna

Salah Sangka Bila Arogansi Dianggap Kecerdasan

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
5 Februari 2025 9:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sangat salah, bila ada yang menganggap arogansi atau kesombongan sebagai kecerdasan. Justru arogansi itu adalah derajat kebodohan yang harus dihindari. Tidak tahu banyak tapi bicara wara-wiri. Tidak punya jam terbang yang tinggi tapi ngomong setinggi langit. Mau menyalahkan orang lain tapi tidak mampu introspeksi diri. Begitulah realitas manusia arogan.
ADVERTISEMENT
Ini nyata terjadi di suatu organisasi. Si manusia arogan. Hanya untuk meraih kekuasaan, meminta dukungan sana-sini. Mulutnya manis di depan. Terpilih namun bukan suara mutlak, bahkan tipis. Tapi dalam setahun perjalanannya, sikap arogan dan subjektif semakin tampak. Sebagain besar anggotanya bilang “kita salah pilih”. Kenapa? Karena tingkahnya yang arogan dan subjektif
Manusia arogan sering lupa. Emangnya elu siapa? Apalagi melarang ini melarang itu pada orang lain. Emangnya elu siapa? Kerjanya belum tentu becus tapi gayanya sok tahu. Ngomong sama ngomong sini, isinya apa? Begitulah adanya manusia arogan. Seringkali mengira kesombongannya sendiri sebagai kecerdasan. Padahal arogansi itu bukti kebodohan yang paling hakiki.
Manusia arogan harus tahu. Siapapun yang dirasuki sikap arogan atqu sombong pasti kualitas dirinya tidak akan berkembang. Kerjasama pun hanya seremoni dan kamuflase. Bicaranya yang baik, tapi perilakunya buruk. Tapi yang paling kentara, fokusnya pada hal-hal yang tidak produktif. Hanya ekspresi rasa gelisah dan insecure dirinya semata. Tidak ada kemajuan signifikan dari organisasi yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
Manusia arogan, sudah pasti bikin bingung. Bikin banyak orang bertanya, ini mau ngapain sih? Selain bikin kacau, manusia arogan cenderung tidak punya prestasi. Selain menjadikan jabatan atau status sebagai “anak tangga’ untuk meraih popularitas. Manusia yang tidak mengerti bagaimana keadaan sekitar yang sebenarnya? Selain egois dan subjektif, manusia arogan di banyak tempat hanya mementingkan diri sendiri dan selalu beranggapan lebih unggul. Bebalnya, manusia arogan jarang mau introspeksi diri.
Pegiat literasi taman bacaan Lentera Pustaka Bogor
Memang agak sulit berhadapan dan bekerjasama dengan manusia arogan. Karena justru manusia arogan bertindak spekulatif, tidak jelas arahnya. Tidak tahu fokusnya apa? Alhasil, pikiran dan tindakannya membunuh keingintahuan. Bodoh tapi sok pintar, begitulah manusia arogan. Dalam literatur arogansi, kebaikan pun akan tampak buruk. Di mata manusia arogan, orang lain itu bukan mitra tapi subordinat. Si arogan merasa lebih tinggi dari lainnya.
ADVERTISEMENT
Maka langkah paling sederhana saat bertemu dengan manusia arogan adalah menghindarinya, menjauh dari tindakan arogan. Karena arogansi, sesungguhnya adalah taktik pertahanan diri untuk menyamarkan rasa tidak aman dan kebodohan. Arogansi di manapun adalah kelemahan yang disamarkan sebagai kekuatan. Sebuah tindakan mengelabui orang banyak.
Saat berhadapan dengan manusia arogan, cukup katakan “emang elu siapa?”. Elu harusbpaham, arogansi dan subjektivitas elu bukan kecerdasan melainkan kebodohan yang dilembagakan. Karena pada siapapun dan di manapun, arogansi tetaplah kerajaan tanpa mahkota. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiArogansi