Sarungan Bisa Cegah Covid-19 ?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
18 Maret 2020 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sarungan bisa cegah covid-19?
Itu hanya pertanyaan, bukan simpulan. Jangan percaya, karena tidak ada hubungan antara covid-19 dengan sarungan. Sarungan itu budaya, sementara covid-19 itu virus yang lagi mewabah. Yang jelas, saat sarungan atau saat merebaknya covid-19. Semuanya harus waspada.
ADVERTISEMENT
Kata mertua saya, menantu ideal itu pasti seorang yang pandai sarungan.
Tidak peduli kaya atau miskin. Tidak peduli pintar atau bodoh. Bahkan tidak peduli berpangkat atau tidak. Asal terbiasa dan pandai pakai sarung, sudah cukup ideal katanya. Luar biasa, senang mendengarnya !!!
Lagi-lagi, jangan percaya bila sarungan bisa mencegah wabah covid-19.
Karena sarung itu hanya simbol. Agar kita lebih legowo dan mau menerima realitas. Apapaun yang sedang terjadi, termasuk covid-19. Entah itu, orang besar atau orang kecil. Orang kaya atau miskin, saat sarungan semua sama saja. Sarung itu tidak pernah membeda-bedakan orang. Apalagi kasta dan status sosial. Saat sarunga, semua sama saja. Siapapun cocok dan bagus-bagus saja memakai sarung.
Secara filosofis, sarungan itu bukti adanya kesadaran manusia untuk “menahan diri”. Menahan diri untuk berdiam di rumah, menahan diri untuk tidak berkunjung ke pusat keramaian. Menahan diri untuk tidak gaduh atau kisruh. Termasuk menahan diri dari ego yang berlebihan dan hawa nafsu. Agar tidak tertular atau menularkan.
ADVERTISEMENT
Karena biasanya, “sesuatu” yang ada di dalam sarung itu berbahaya. Makanya, keris ada sarungnya. Pistol ada sarungnya. Sesuatu yang berbahaya memang harus ada sarungnya. Termasuk covid-19, ya sarungnya diri kita sendiri. Disarungi, agar tidak bahaya buat orang lain. Maka sarungan, memang untuk “menahan” apa-apa yang ada di dalamnya. Agar jangan dipamerkan, agar tidak dipertontonkan.
Cuma sayang. Di zaman now, belum ada “sarung” untuk mulut dan jari-jari yang berlebihan. Karena biar bagaimana pun, sarungan pun ada adabnya, ada akhlaknya. Sarung bukan Cuma soal prestise atau harga. Tapi sarung, selau menghadirkan bilai-nilai. Nilai untuk menahan diri, menahan ego dan hawa nafsu.
Kaum sarungan
Coba deh dicermati. Sarung itu motif dan coraknya bermacam-macam. Itu simbol bahwa siapapun orang yang memakai sarung. Pasti akan menemui perbedaan. Saat melangkah ke manapun ada saja yang berbeda, ada yang setuju ada yangtidak setuju. Jadi apapun, ada konsekuensinya.
ADVERTISEMENT
Sarung juga tidak perlu karet, tidak perlu atribut resleting apalagi kancing. Maka saat sarungan, siapapun, harus melepas segala atributnya. Sarungan itu tanda pentingnya sikap fleksibel, tidak kaku dan mau bersosial. Mau berbuat baik untuk memberi manfaat kepada sesama. Bahkan gulungan sarung kain di perut pun jadi isyarat. Bahwa siapapun, setiap manusia harus punya ikatan kuat terhadap Tuhannya, pada imannya dan pada sesamanya.
Bisa jadi, orang sekarang sudah jarang sarungan. Atau lupa memakai sarung. Karena di luar sana, banyak sekali orang yang gampang panasan; mudah nafsuan. Sehingga hidupnya dikuasai ego, dikuasai hawa nafsu. Maunya mengalahkan orang lain. Atau membenci orang lain. Makanya sarungan, agar tidak cedera atau mencederai.
Jadi, tetaplah pakai sarung. Sarungan. Agar bisa menahan diri, bisa menjaga diri dari apa-apa yang berbahaya. Memang banyak hal yang masih kurang. Tapi tetaplah mampu menahan diri. Karena sarung itu tugasnya “melindungi bagian dalamnya” bukan jutsru menebar kelemahannya.
ADVERTISEMENT
Seperti pepatah "bagai menghasta kain sarung". Kadang di zaman now, banyak orang gemar melakukan pekerjaan yang sia-sia; celotehan yang tidak menghasilkan apa-apa.
Maka ambillah sarung kita lalu pakailah. Sarungan dulu. Agar segalanya lebih adem, lebih sejuk. Dan jangan lupa, sarung itu gulungannya di depan bukan di belakang. Agar tidak kebanyakan mengingat masa lalu. Tapi lebih fokus ke masa depan. Sarungan agar tidak bertuhan kemewahan tapi berteman pada kesederhanaan. Salam literasi… #Sarungan #FilosofiSarungan #KaumSarungan