Konten dari Pengguna

Soal Etika Di Balik Cuitan "The King of Lip Service"

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
29 Juni 2021 17:44 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi dunia maya dibikin heboh. Saat BEM UI mengungggah cuitan "King of Lip Service" dengan gambar Pak Presiden. Agak sulit untuk menjelaskan hal-hal begini di dunia maya. Maklum, rakyat dunia maya dan netizen itu terlalu universal. Bisa jadi, banyak interpretasi banyak tafsir soal itu. Atau paling tidak, cuitan itu memancing sentimen kaum kontra yang belum bisa move on. Dan sebaliknya, bikin geram kaum pro yang merasa terganggu kenyamanannya.
ADVERTISEMENT
Maka terlepas dari konten. Menarik untuk menanggapi soal "King of Lip Service" ini. Bila diterjemahkan berarti "raja layanan bibir". Apa yang salah dengan layanan bibir? Bukankah di dunia maya, tidak sedikit orang yang "juara" layanan bibir? Orang-orang yang jago ngomong tapi gagal berbuat. Bila diartikan "mengumbar janji manis", mungkin hampir semua laki-laki pernah mengumbar janji manis kepada wanitanya. Akhirnya, harapan pun tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka saya tidak mau mengomentari konten-nya. Terlalu relatif dan debatable. Tapi justru saya ingin bernasehat kepada adik-adik mahasiswa BEM UI. Untuk anak muda yang menyebut "King of Lip Service". Mungkin dengan cuitan Anda, boleh jadi, sebagian orang bilang Anda hebat, keren, dan berani. Dan sangat mungkin juga sebagian orang tadi, persis seperti Anda pula dapat dikatakan "buta etika". Ya, gagal paham soal etika.
ADVERTISEMENT
Anda tahu apa itu etika? Izinkan saya memberi tahu ya.
Etika itu ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Soal yang mampu membedakan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka etika masuk ke filsafat, karena di dalamnya ada nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan. Maka etika terkait erat dengan moral. Memang tidak mengikat, tapi anak kampus pun punya tanggung jawab moral. Karena etika, hidup kita jadi ada tatatan; ada kendali dalam bertingkah laku, di antara yang pantas dan tidak pantas.
Begini anak muda. Kalau urusan mencetak orang pintar, bangsa ini sudah sangat mahir. Dan itu tidak perlu lahir dari kampus. Kalau urusan mencetak orang pemberani, bangsa ini pun banyak yang pemberani. Pergi dan bergaullah dengan tukang daging di pasar, hidupmu akan sangat berani dan penuh darah. Kalau urusan pengen jadi orang keren, bangsa ini pun bejibun orang-orang keren. Di senayan ada, di televisi ada, di medsos banyak. Orang keren segudang di negeri ini.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang anak muda. Semua orang pintar, orang berani, dan orang keren yang Anda temui itu sering "buta etika". Tidak paham etika tapi jago ngomong etika untuk orang lain. Tahu aturan tapi sulit memahami aturan itu. Persis seperti Anda dan sebagian orang yang bilang Anda keren hanya soal cuitan doang.
Soal etika di balik cuitan "The King of Lip Service"
Kenapa bisa buta etika?
Karena Anda sendiri tidak tahu cara ber-media sosial. Bila istilah "The King of Lip Service" artinya janji manis. Maka buktikan dengan data dan kirimkan kajian serta rekomendasinya seperti apa? Apa yang harus dilakukan negara ini dan Pak Presiden. Silakan mengkritik dengan cara-cara yang ilmiah dan berdasar data. Bukan tidak tuntas dan hanya mencari viral-nya doang. Buktikan saja berapa yang "janji manis" dan berapa yang "tidak janji manis". Biar fair dan objektif. Anda patut tahu, anak muda. Di dunia maya, kalimat yang lengkap saja bisa dipotong jadi hoaks atau ujaran kebencian. Apalagi cuma slogan "The King of Lip Service" jadi terlalu multitafsir. Saya yakin niat Anda pasti baik. Tapi sayang Anda, tidak tahu etika dan mungkin sedikit bermasalah secara moral.
ADVERTISEMENT
Anda harus tahu, prinsip etika itu sederhana, hanya butuh 2 syarat: 1) tahu mana yang benar dan 2) tahu mana yang salah. Nah, Anda kan mahasiswa. Buktikan mana yang benar dan mana yang salah? Jangan menghakimi atau mengeneralisasi 1 soal salah untuk 9 soal yang benar. Di situlah, saya menyebut "buta etika". Maaf ya anak muda.
Jangan lupa anak muda. Dalam bernegara persoalan itu banyak. Dan tidak ada masalah yang kelar karean di-cuitkan. Apalagi cuma didiskusikan di grup WA. Maka ambillah bagian untuk menjadi solusi. Bukan malah koar-koar di medsos atau di grup WA. Saya jadi bertanya, Anda sedang belajar atau sedang memusuhi negaranya? Apa sih prestasi yang sudah Anda kerjakan? Atau apa karya Anda untuk bangsa ini? Terus, apa presiden atau negara ini pantas Anda cuitkan? Anda lagi belajar atau lagi apa? Ahh, mungkin Anda belum paham tentang etika. Tentang moral seorang yang intelektual, cara berpikir anak kampus.
ADVERTISEMENT
Percayalah anak muda. Sama sekali tidak ada presiden yang mau mencederai rakyatnya.Tidak ada pula negara yang mau bikin susah rakyatnya. Sama seperti orang tua, tidak ada yang ingin membohongi anaknya. Tapi bila ada anak kampus yang harusnya belajar, lalu mgomongin yang belum waktunya diomongin. Apa namanya itu? Bila anak saya, menyebut seorang Bapak tetangganya "The King of Lip Service". Maka saya katakan, anak saya itu buta etika. Tidak pantas dan tidak patut.
Semoga Anda tidak lupa anak muda. Siapa pun yang bekerja atas amanah di negeri ini pasti tujuannya meraih kemenangan. Seperti Anda yang sedang kuliah, saya pun yakin Anda akan belajar sebaik-baiknya. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk mencederai lawannya, apalagi rakyatnya. Anak muda, mungkin Anda menduga Pak Presiden sudah melanggar. Silakan saja sampaikan dengan baik. Tapi Anda harus tahu ada aturannya untuk menyalurkan aspirasi atau kritikan. Bukan hanya ingin viral saja.
ADVERTISEMENT
Jujur anak muda, buat saya soal "The King of Lip Service". Itu pernyataan yang tidak ada arti apa-apa. Terlalu rabun, hingga layak disebut "buta etika". Sama sekali, tidak ada isu yang "membumi" yang Anda utarakan. Sayang sekali anak muda, jika Anda hanya berlelah-lelah untuk sensasi bukan esensi. Bukti bahwa Anda masih harus banyak belajar, bukan banyak berkoar. Tidak literat dan gagal paham etika.
Berhati-hatilah, anak muda. Saya khawatir, Anda jadi manusia yang "terlalu keras berteriak mulut ketimbang berjibaku pikiran dan berdarah-darah dalam berbuat". Jangan buta etika anak muda. Apalagi Anda kuliah di kampus negeri. Tapi Anda lupa berterima kasih kepada negeri ini. Belajarlah lagi, anak muda.
Anda harus tahu anak muda. Hidupmu bahkan negaramu ini bisa baik bukan hanya ditentukan oleh cuitan atau medsos yang viral. Tapi kita butuh etika dan karya nyata untuk berbuat yang terbaik untuk bangsa ini, untuk saudara kita sebangsa. Ini sekadar nasehat untuk Anda, anak muda. #CuitanViral #NasehatUntukAnakMuda #KampanyeLiterasi
ADVERTISEMENT