Konten dari Pengguna

Solusi Rendahnya Literasi Dana Pensiun

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Ketua Dewas DPLK Sinarmas AM - Edukator Dana Pensiun - Konsultan - Dr. Manajemen Pendidikan - Pendiri TBM Lentera Pustaka - Penulis 54 buku
21 Desember 2019 21:28 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dana pensiun Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dana pensiun Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Begini hitungannya. Bila kita punya gaji Rp 10 juta per bulan dan “dimakan” habis setiap bulan. Sementara cepat atau lambat, usia 55 tahun kita akan pensiun. Sementara usia harapan hidup orang Indonesia sekarang adalah 72 tahun. Maka, teorinya kita masih akan hidup 17 tahun lagi setelah pensiun.
ADVERTISEMENT
Nah, berapa uang diperlukan selama pensiun? Bila dihitung sederhana, maka uang yang dibutuhkan selama masa pensiun sekitar Rp. 2.040.000.000.
Dua miliar lebih dibutuhkan dana selagi pensiun. Sementara gaji sudah tidak terima lagi. Terus, dari mana uang untuk biaya hidup itu diperoleh?
Itulah urgensi literasi dana pensiun. Agar paham dan bisa memampukan diri di masa pensiun. Tiap pekerja, tiap perusahaan harus literat soal dana pensiun. Karena hari ini, banyak pekerja ingin sejahtera di masa pensiun. Tapi sayang, mereka tidak tahu dan tidak paham pentingnya program pensiun. Justru “hanyut” terbuai gaya hidup; berjiwa konsumtif dan berperilaku hedonis.
Literasi dana pensiun pekerja di Indonesia memang masih rendah. Karena faktanya, salah satu riset menyebutkan “9 dari 10 orang Indonesia sama sekali tidak siap untuk pensiun; merasa khawatir akan masa pensiunnya”. Dan kondisi itu terjadi pada orang-orang yang sedang bekerja dan memiliki penghasilan tetap per bulan.
ADVERTISEMENT
Bukti lainnya, literasi dana pensiun yang rendah kian dipertegas oleh hasil survei OJK tahun 2016, menyebutkan bahwa tingkat literasi atau pengetahuan dana pensiun hanya 10,9 persen. Sedangkan masyarakat yang sudah punya program pensiun tidak lebih dari 6 persen. Jadi, mau sejahtera atau tidak di masa pensiun sangat bergantung tingkat literasi dana pensiun masyarakatnya.
Edukasi dana pensiun harus lebih terstruktur - masif - berkelanjutan
Hebatnya lagi, diduga jumlah pekerja di Indonesia mencapai 120 juta orang. Ada 50 juta di pekerja formal dan 70 juta pekerja di sektor informal. Sementara generasi milenial ada 60 jutaan anak muda; bahkan 50 persen dari mereka saat ini sudah bekerja.
Lagi-lagi sayang, 94 persen dari semua pekerja itu masa pensiunnya tidak pasti. Boleh jadi, saat bekerja mereka kaya atau cukup. Tapi saat pensiun, mereka kesulitan ekonomi. Literasi dana pensiun dan edukasinya memang harus digaungkan ke pekerja, ke masyarakat. Agar pekerja paham manfaat pentingnya dana pensiun.
ADVERTISEMENT
Urgensi literasi dana pensiun tidak bisa ditawar lagi. Tingkat literasi dana pensiun harus ditingkatkan. Agar cara pandang masyarakat berubah dari “tidak tahu” menjadi “tahu” lalu “paham” kemudian “sadar” untuk punya dan akhirnya “bermanfaat” untuk masa pensiun. Itulah hakikat literasi dana pensiun.
Survei membuktikan. Dari 100 pensiunan di Indonesia, ada 73 persen pensiunan yang mengalami masalah keuangan. Sementara 19 persen pensiunan "terpaksa" tetap bekerja lagi, dan hanya 9 persen pensiunan yang benar-benar sejahtera dan mampu menikmati masa pensiun. Itu berarti, sebagian besar pensiunan kondisinya memprihatinkan.
Literasi dana pensiun, kian urgen untuk memengertikan manfaat dana pensiun. Karena dana pensiun adalah “kendaraan” yang paling pas untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Bukan asuransi jiwa atau reksadana sekalipun.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, ada 3 (tiga) manfaat seorang pekerja punya dana pensiun:
Untuk lebih jelasnya, coba simak manfaat dana pensiun yang diperoleh akibat perbedaan usia masuk di bawah ini:
Ilustrasi menjadi peserta dana pensiun
Dana pensiun itu sederhana. Makin cepat usia masuk jadi peserta, makin besar uang yang disisihkan untuk masa pensiun, dan makin lama jangka waktu jadi peserta. Maka sudah pasti, uang manfaat pensiunnya semakin besar. Masalahnya, apakah kita sudah menjadi peserta dana pensiun? Literasi dana pensiun, secara prinsip bertumpu pada cara memperlakukan uang hari ini untuk masa pensiun. Banyak pekerja yang punya gaji, tapi sudahkah sebagian gaji disisihkan untuk dana pensiun?
ADVERTISEMENT
Literasi dana pensiun, sangat penting dilakukan sekarang. Karena melalui literasi dana pensiun akan terbentuk pengetahuan dan sikap masyarakat akan pentingnya dana pensiun. Dana pensiun yang bukan hanya kecakapan hidup (life skills) tapi juga menjadi gaya hidup (life style) seseorang. Literasi dana pensiun harus fokus pada edukasi pentingnya manfaat dana pensiun.
Kenapa harus punya dana pensiun? Bagaimana skema dan mekanismenya? Lalu, bagaimana cara memulai dan mengoptimalkan dana pensiun? Semua itu, akan terjawab dengan sendirinya bila literasi dana pensiun meningkat.
Bila mau disadari, literasi dana pensiun adalah titik krusial melesatnya kepesertaan dana pensiun di Indonesia, di samping dapat memicu pertumbuhan bisnis dana pensiun secara berkelanjutan. Literasi dana pensiun, pasti menempatkan masa pensiun bukan soal waktu. Tapi soal keadaan; mau seperti apa di masa pensiun? Karena dana pensiun hakikatnya adalah menjalani masa pensiun dengan sejahtera dan nyaman namun dana yang tersedia tetap memadai. Itulah pentingnya literasi dana pensiun.
ADVERTISEMENT
Maka jangan takut punya dana pensiun. Karena setiap orang kerja pasti bakal pensiun. Ketika rambut beruban, daya ingat pun menurun. Apalagi daya tahan tubuh mulai mengendur. Itulah tanda-tanda usia pensiun tiba.
Maka jangan sampai, pekerja tidak bisa sejahtera di masa pensiun. Tidak bisa menikmati hari tua. Akibat tidak tersedianya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa pensiun. Masa pensiun bukan soal sepele. Tapi harus dipersiapkan sejak dini. #LiterasiDanaPensiun #EdukasiPensiun #EdukatorDanaPensiun #DanaPensiun #DPLK #YukSiapkanPensiun