Konten dari Pengguna

Tentang Kelahiran dan Kematian

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Ketua Dewas DPLK Sinarmas AM - Edukator Dana Pensiun - Konsultan - Dr. Manajemen Pendidikan - Pendiri TBM Lentera Pustaka - Penulis 54 buku
25 September 2023 8:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bayi tidur pakai selimut. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi tidur pakai selimut. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kemarin Minggu (24/9/2023), cucu saya yang baru lahir Aleena sudah kembali ke rumahnya di Depok. Tepat seminggu sebelumnya, kakak kembarannya Elena dipanggil Allah SWT dan dimakamkan di Depok pula. Ada yang lahir dan meninggal dunia, setiap harinya. Dan siapapun tidak pernah ada yang menduga kematian akan terjadi, termasuk jodoh dan rezeki.
ADVERTISEMENT
Lahir dan mati ternyata tidak jauh berbeda. Karena manusia memang hanya “hamba” yang diciptakan-Nya untuk mengabdi di dunia. Saat lahir, manusia tidak tahu siapa yang mengeluarkannya dari Rahim ibunya. Saat mati, manusia pun tidak akan tahu siapa yang memasukkannya ke dalam liang kubur.
Ketika lahir, siapa pun pasti dibersihkan dan dimandikan. Saat mati pun, siapa pun pasti dibersihkan dan dimandikan. Kita tidak pernah tahu siapa yang tersenyum bahagia di hari kelahiran kita. Kita pun tidak mengerti siapa yang menangis nanti di hari kematian kita.
Saat lahir, siapa pun terjepit di tempat yang sempit dan gelap gulita di perut ibunya. Ketika mati pun, terjepit di tempat yang sempit dan gelap gulita di dalam tanah. Ketika dilahirkan, siapa pun ditutupi dengan kain. Di hari kematian, siapa pun akan ditutupi kain kafan.
ADVERTISEMENT
Siapa pun, ketika lahir ditanya bayinya laki atau perempuan? Saat belajar, ditanya lagi sekolahnya di mana? Bahkan ketika beranjak dewasa, banyak orang menanyakan kabar dan prestasi yang sudah diraih? Tapi saat siapa pun mati, tidak ada pertanyaan yang diterima kecuali “amalan”. Apa amal dan perbuatan baik yang telah dilakukannya?
Sebuah renungan diri. Kondisi lahir dan mati pasti terjadi. Hidup pun bisa cukup bisa kurang. Hanya masalahnya, apa pun yang dimiliki dan diperbuat. Sudahkah menjadi amal yang akan dibawa pada hari kematian tiba? Karenanya, jangan pernah membanggakan harta, pangkat, ilmu yang kita miliki. Apalagi menyombongkan ego dan nafsu pribadi, untuk apa?
Sungguh siapa pun, saya dan Anda sejatinya dilahirkan dalam keadaan kosong dan tidak memiliki apa-apa. Lalu, allah SWT memberikan semua kenikmatan seperti sekarang ini. Dulu saat dilahirkan, Allah SWT telah mengeluarkan kita dari perut Ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa pun. Allah SWT pula yang memberi pendengaran, penglihatan, dan hati Nurani. Agar kita bersyukur, bersyukur, dan bersyukur sebelum mengeluh.
Tentang kelahiran dan kematian anak manusia
Maka jangan pernah berbangga diri dengan apa yang kita miliki sekarang. Harta, pangkat atau jabatan, ilmu dan anak-anak. Semuanya hanya amanah atau titipan dari Allah SWT. Kapan pun dapat hilang atau pergi bila Allah SWT berkehendak. Hanya amal kebaikan yang akan bernilai untuk kehidupan kita nanti.
ADVERTISEMENT
Berbuat konkret untuk meningkatkan amalan dan kebaikan itulah, saya mengabadikan diri di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka dalam enam tahun terakhir ini. Untuk menciptakan “warisan” untuk umat. Taman bacaan yang menjadi “ladang amal” bagi banyak orang. Donatur buku, membimbing anak-anak yang membaca, mengajar buta huruf, membina nak yatim dan jompo, mengelola kelas prasekolah, hingga menjadi driver motor baca keliling. Bukan untuk apa-apa berkiprah di taman bacaan. Hanya untuk mempersiapkan kematian sekaligus introspeksi diri.
Karena tidak ada seorang hamba yang dikatakan bertakwa, bila tidak mau melakukan introspeksi diri dan beramal sepenuh hati. Yuk, lakukan introspeksi diri selagi masih ada waktu.