Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Terkadang, Bodoh Itu Pilihan
12 Januari 2025 9:37 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan bus maut di Malang jadi sebab 4 orang tewas di jalan. Sebabnya, karena bus maut itu rem blong dan uji KIR sudah habis sejak 2020 sehingga tidak layak jalan lagi. Karena dipaksakan, mungkin karena uang, akhirnya tetap bus tetap jalan dan menelan korban jiwa. Itulah contoh kebodohan. Terkadang, bodoh itu piliha,
ADVERTISEMENT
Kisah nyata bus maut adalah bukti kebodohan itu pilihan. Karena bodoh dan tidak tahu akhirnya mengumbar duka. Setiap yang bodoh pasti bilangnya tidak tahu. Maka ketidak-tahuan bukanlah nasib yang tidak terhindarkan. Tapi hasil dari keputusan kita sendiri untuk tidak mencari pengetahuan. Tidak mau tahu, itu berarti bodoh.
Sejatinya, setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar. Tapi kemauan untuk melakukannya bergantung pada pilihan pribadi. Kata Aristoteles, untuk mau belajar butuh keterbukaan, kerendahan hati, dan rasa ingin tahu. Sebuah proses untuk mau tahu itu penting. Ketika kita memilih untuk tidak belajar, kita secara sadar memutuskan untuk tetap berada dalam kebodohan. Dan bodoh bisa disebabkan oleh rasa malas, arogansi, atau takut menghadapi perubahan. Maka bodoh pun jadi pilihan.
ADVERTISEMENT
Belajar bukan hanya tentang membaca buku atau pergi ke sekolah. Tapi tentang menerima pengalaman, mendengarkan orang lain, dan terus bertanya. Bukan membuat keputusan bodoh atas nama kekuasaan, pangkat atau jabatan. Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan peluang untuk belajar, menolak untuk memperluas wawasan adalah sebuah keputusan yang merugikan diri kita sendiri. Memilih untuk bodoh, tanpa mau belajar dan mencari tahu.
Alkisah, ada seseorang yang berada di tepi sungai yang penuh dengan air segar. Tapi ia memilih untuk tetap merasa haus karena enggan mengambil gayung untuk minum. Merasa haus di pinggir sungai. Padahal, sungai itu melambangkan sumber pengetahuan yang melimpah, sedangkan tindakan minum adalah usaha untuk belajar. Jika orang tersebut menolak minum, hausnya bukan karena tidak ada air tapi karena pilihannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dalam hidup, pengetahuan selalu tersedia di mana-mana. Tapi kita harus mau mengambil tindakan untuk mencapainya. Jika tidak, kebodohan adalah konsekuensi dari pilihan kita sendiri. Rem blong berarti tidak boleh jalan. Bila tetap memaksa jalan, berarti kita yang memilih untuk bodoh.
Maka Jadilah seperti orang yang haus dan terus mencari air. Jangan pernah berhenti belajar, jangan lelah untuk mencari tahu. Karena setiap pengetahuan yang kita peroleh adalah investasi dalam diri kita sendiri. Kebodohan bukanlah takdir tapi pilihan. Dan pilihan itu sepenuhnya ada di tangan kita.
Berhentilah untuk arogan dan malas. Teruslah merasa haus dengan ilmu pengetahuan dan belajarlah hingga akhir hayat. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #TamanBacaan