Untuk Apa Berpuasa Bila ...

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
22 Maret 2023 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Insya Allah, jika tidak ada halangan. Hari pertama puasa Ramadan 1444 H jatuh di hari Kamis, 23 Maret 2023. Selain untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa, momen puasa juga bisa dijadikan sarana muhasabah diri. Untuk menimbang amal ibadah yang sudah dilakukan. Menimbang amal, antara perbuatan baik dan buruk sebagai pertanggungjawaban diri. Mana yang lebih banyak dilakukan, amal baik atau amal buruk?
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, setiap amal baik dan buruk siapapun pasti akan ditimbang kelak di akhirat. Timbangan amal baik dan amal buruk selama hidup itulah yang disebut mizan. Sementara penghisaban atau penimbangan amal baik dan buruk disebut yaumul mizan. Jadi, adil itu ketika apa yang diperbuat di dunia semuanya akan mendapat ganjarannya di akhirat. Tinggal tunggu waktunya.
Amal baik atau buruk itu pilihan. Tergantung pada orangnya. Apalah mampu menjadikan semua aktivitas dalam hidup sebagai ladang amal untuk menebar kebaikan. Menenar manfaat kepada sesama daripada bergunjing yang hanya mengundang dosa. Punya media sosial malah dipakai untuk pamer gaya hidup. Ikut grup WA hanya dipakai becanda dan mengejek melulu. Bahkan hati dan pikiran dipakai hanya untuk membenci atau menghina orang lain. Timbanglah, banyak amal baik atau buruk saat menggunakan medsos?
ADVERTISEMENT
Bila mau jujur, zaman begini. Banyak orang lebih senang dengan urusan dunia yang tidak ada gunanya. Gaya hidup, nongkrong, dan bergunjing di grup WA dianggap urusan “besar” padahal tidak ada manfaatnya sama sekali. Sementara berbuat baik dan menebar manfaat ke orang lain, termasuk menyantuni anak yatim dan kaum jompo dianggap urusan “kecil”. Lupa, ada hal-hal kecil di dunia yang punya timbangan besar di akhirat. Seperti kisah perbuatan baik seorang pezina yang diampuni oleh Allah SWT karena berbaik hati memberi minum anjing yang kehausan. Tapi ada juga amal buruk yang dianggap kecil tapi membawa petaka yang besar. Saat seorang wanita “harus” masuk neraka karena seekor kucing yang diikatnya dan tidak diberi makan. Apalagi kepada sesama manusia?
Puasa sebagai momen menimbang amal sendiri
Banyak orang tidak bantu, tidak kasih makan. Bahkan tidak memberi biaya sekolah. Tapi bila sudah ngomongin orang kayak yang paling benar sendiri. Tidak tahu duduk perkara secara objektif tapi seolah-olah tahu segalanya. Lalu, menyalah-nyalahkan dan menghakimi orang lain. Seakan orang lain selalu salah, sementara dirinya dan grup-nya seperti paling benar sendiri. Sudah lupa, menimbang amalnya sendiri. Itulah pentingnya, muhasabah diri. Menimbang amal baik atau buruk, mana yang lebih banyak dilakukan?
ADVERTISEMENT
Mumpung belum terlambat. Jadikan bulan puasa sebagai momen menimbang amal. Banyak baiknya atau buruknya. Agar tidak menilai bobot apapun dari lahirnya semata. Tapi lihat juga aspek batinnya. Mulailah lakukan hal-hal kecil di dunia yang bermanfaat tapi punya dampak besar di akhirat. Agar puasa bisa “mengembalikan fitrah” manusia yang hakiki. Bahwa manusia itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Semuanya hanya bergantung kepada Allah SWT.
Timbang amal sendiri. Karena zaman begini, makin banyak orang yang sering terjatuh bukan karena menabrak batu besar di hadapannya. Tapi mereka terjatuh justru karena tersandung batu kecil yang tidak terlihat matanya. Mata hatinya mati, pikirannya picik, dan amalnya buruk. Menyedihkan. Sudah saatnya menimbang amal sendiri.
Untuk apa berpuasa bila tidak mau menimbang amalnya sendiri. Banyak baiknya atau buruknya? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
ADVERTISEMENT