Konten dari Pengguna

Layangan Putus: Hubungan atau Penjara Emosi yang Tak Terlihat?

Syauqiyah Salsabila hakiki
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang. Berprofesi sebagai pengajar perkembangan anak di salah satu lembaga swasta.
27 April 2025 13:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syauqiyah Salsabila hakiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi layangan putus (sumber: Meta AI)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi layangan putus (sumber: Meta AI)
ADVERTISEMENT
Pesatnya arus komunikasi berkat terhubung internet membuat mencuatnya ide dalam pembuatan video. Video merupakan perpaduan visual dan audio dikemas secara kreatif guna menyampaikan informasi. Salah satu video populer saat ini yaitu web series. Web series menjadi sarana promosi yang informatif sekaligus menghibur banyak orang. Web series muncul dalam beragam format yang terbagi atas beberapa episode saja kadang sangat panjang dan sangatlah menarik perhatian penonton. Format film pendek termasuk salah satu jenis yang sangat digemari di antara banyaknya format yang digunakan untuk web series saat ini.
ADVERTISEMENT
Akhir tahun 2021, tepatnya 26 November 2021 publik dihebohkan munculnya tayangan web series berjudul Layangan Putus. Layangan Putus merupakan salah satu web series Indonesia yang ramai menjadi perbincangan public. Layangan Putus mendadak menjadi topik pencarian paling trending di Google Trends mengalahkan sederet tayangan populer lainnya secara drastis. Series ini menduduki posisi trending topik beberapa minggu dan WeTv Original mencatat lebih dari 25 juta kali tayangan dalam sehari penayangan saja selain menjadi trending di 25 negara sekaligus.
Viralnya series Layangan Putus ini lantaran cerita yang disuguhkan sinkron dalam kehidupan nyata saat ini. Banyak penonton yang mengklaim bahwa kisah sedih dari seorang Kinan sangat relate dengan kehidupannya. Web series Layangan Putus juga dinilai tidak hanya memberikan hiburan namun juga edukasi didalamnya terkait parenting, hukum, dan lainnya. Kisah series tersebut berangkat dari tahun 2019, berdasarkan tulisan Drh. Eka Nur Prasetya atau yang kerap disapa Dok Eca alias Mommy ASF.
ADVERTISEMENT
Tulisan pada sebuah forum online yang mengangkat kisahnya terkait dengan perselingkuhan atau poligami inilah yang merupakan asal dari series Layangan Putus. Tulisan tersebut dilirik oleh penerbit hingga menjadi novel, yang akhirnya bertransformasi menjadi sebuah web series karena diadopsi oleh WeTv Original menjadi sebuah series.
Series Layangan Putus merupakan gambaran sebuah kisah kehidupan rumah tangga yang mapan dan terlihat nyaris tidak memiliki celah, namun dibaliknya ternyata terdapat sebuah hubungan yang tidak sehat hingga menyebabkan perceraian. Menurut Naomi Tobing psikolog klinis sekaligus penulis buku, toxic relationshipnya tercermin pada sikap Aris dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebih pada kinan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pertahanan diri yang disebut dengan reaksi formasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adanya sifat manipulatif dan kebohongan yang datang dari Aris disinyalir menjadi indikator toxic relationship. Dengan dalih rasa bersalah atas perbuatannya, pelaku justru membuat pasangannya merasa bersalah, menyalahkan diri atas perselingkuhan yang terjadi.
Banyak pasangan yang tidak sadar bahwa telah terjerumus pada toxic relationship. Hubungan toxic umumnya menggambarkan jalinan antar individu yang sangat tidak seimbang sehingga menimbulkan efek sangat destruktif pada kondisi jasmani dan psikis. Pihak tertentu dalam hubungan beracun kerap melakukan berbagai upaya memanipulasi dan mendominasi orang lain untuk tujuan pengontrolan total.
Dalam hal ini, Aris berusaha lebih mendominasi hubungan rumah tangganya dengan Kinan. Di Indonesia sendiri kasus perselingkuhan yang mengakibatkan perceraian sangat marak terjadi. Di Indonesia mayoritas masyarakatnya menganut budaya patrilinieal, dan penganut budaya matrilinieal masih minim. Patriarki dan patrilinieal memiliki arti yang berbeda namun sama-sama memposisikan wanita sebagai subordinat.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan Lokadata pada tahun 2015 sebanyak 5,89% pasangan cerai hidup yang jumlahnya berkisar 3,9 juta dari total 67,2 juta. Tahun 2020 persentase naik menjadi 6,4% atau 4,7 juta bercerai dari 72,9 juta rumah tangga. Menurut Pengadilan Agama (PA) tahun 2020 mencatat 291.677 perceraian dengan penyebab tertinggi disebabkan perselisihan dan pertengkaran terus menerus sebanyak 176,7 ribu kasus.
Penyebab tertinggi karena ekonomi sebanyak 71,2 ribu kasus, 34,7 ribu karena salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya dan 3,3 ribu lainnya karena kekerasan dalam rumah tangga. Poligami tak sehat memicu 1389 kasus perceraian di Indonesia menurut data dari lembaga peradilan agama di bawah Mahkamah Agung.
Pada series Layangan Putus ini banyak merepresentasikan toxic relationship, Toxic relationship merupakan hubungan tidak sehat untuk diri sendiri maupun orang lain. Menurut Dr. Nurlaila Effendy, M.Si dalam Semiloka Psikologi Positif yang bertajuk Pendekatan Psikologi Positif pada Toxic Relationship, Adapun ciri dari toxic relationship antara lain adanya rasa tidak aman, rasa kecemburuan, keegoisan, ketidakjujuran, sikap merendahkan hingga memberi komentar buruk. Hubungan sehat secara resiprokal adalah saling mencintai, menyayangi, mendukung, menguatkan hingga saling berbagi emosi.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia menjelaskan bahwa toxic relationship menyebabkan kesulitan hidup sehat dan produktif. Dalam Womens Health (2018) Toxic relationship juga ditandai dengan adanya tindak kekerasan secara verbal hingga non-verbal. Kekerasan secara verbal ditengarai memiliki bahaya lebih tinggi daripada kekerasan fisik. Efek dari kekerasan verbal sejatinya tidak terlihat, namun memberi dampak pada psikologis.
Dalam toxic relationship ini berkaitan dengan komunikasi secara verbal, hubungan yang didominasi oleh komunikasi satu arah juga merupakan sebagai salah satu tandanya.Kepercayaan diantara kedua belah pihak menjadi kunci utama dalam sebuah hubungan. Sifat saling menghargai sangat krusial dalam keluarga harmonis sementara intervensi terhadap anggota keluarga lain kerap menimbulkan friksi yang alot sekali. Kunci kesuksesan dalam kehidupan keluarga harmonis terletak pada kebersamaan hidup berdampingan secara serasi dalam bingkai berkeluarga dengan sangat baik.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya adalah poligami yang tidak dijalani secara sehat dapat menimbulkan dampak serius dalam kehidupan rumah tangga, bahkan berujung pada perceraian, sebagaimana tercermin dalam data 1.389 kasus yang tercatat oleh lembaga peradilan agama di Indonesia. Drama Layangan Putus menjadi gambaran nyata dari hubungan toksik dalam kehidupan pernikahan yang penuh konflik,manipulasi, dan ketidakjujuran.
Melalui kisah tersebut, penonton diajak menyadari bahwa toxic relationship tidak hanya menyakiti secara fisik, tapi juga menggerogoti kesehatan mental dan emosional seseorang. Menurut para ahli, termasuk Dr. Nurlaila Effendy dan Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia, ciri-ciri hubungan toksik meliputi kecemburuan berlebihan, ketidak jujuran, sikap merendahkan pasangan, hingga kekerasan verbal yang memiliki dampak psikologis jangka panjang.
Dalam drama tersebut, hubungan yang seharusnya menjadi tempat aman dan penuh dukungan justru berubah menjadi sumber luka batin akibat komunikasi satu arah, dominasi, dan hilangnya kepercayaan. Layangan Putus bukan hanya kisah fiksi, tapi juga cermin dari realita sosial yang menunjukkan pentingnya hubungan yang sehat, saling menghargai, serta komunikasi dua arah dalam membangun keluarga yang harmonis. Keluarga ideal tidak lahir dari relasi kuasa atau pengorbanan. sepihak, melainkan dari kebersamaan yang setara, rasa saling percaya, dan hidup berdampingan secara penuh kasih.
ADVERTISEMENT
Sumber: Oktaviani, SM, & Amalia, D. (2022). Representasi Toxic Relationship Pada Web Series Layangan Putus. Linimasa: Jurnal Ilmu Komunikasi , 5 (2), 258-268.
Syauqiyah salsabila, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang.