Konten dari Pengguna

Semua Mata Tertuju pada Suara dan Mulai Lupa Soal Legacy

Muhammad Syawaludin Firdaus
Seorang Sarjana Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17 Februari 2024 16:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Syawaludin Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tinta di jari usai ikut Pemilu 2024. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tinta di jari usai ikut Pemilu 2024. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemilu 2024 merupakan kontestasi politik yang penuh strategi dan gimmick. Bosan jika memprediksi siapa menang, karena setiap pemilihan pasti ada pemenangnya. Akan tetapi menjadi menarik ketika membahas siapa yang akan meninggalkan legacy? Sebab tidak semua kandidat bisa melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Banyak pelajaran yang tentunya dapat dirasakan oleh kaum pembelajar, bahwa pemilu 2024 sarat akan strategi. Ada yang mempertahankan idealismenya sembari mencerahkan masyarakat, ada pula yang menganalisis pola yang disukai masyarakat hingga menyentuh gaya berinteraksi di media sosial.
Dua strategi yang sebenarnya berbeda sisi tersebut menurut hemat penulis bisa dilakukan oleh semua paslon. Namun yang menjadi pembeda adalah pada sebuah pertanyaan, apa dan bagaimana tujuan politik mereka?
Jika ingin meninggikan elektabilitas, memahami hal-hal yang disukai masyarakat adalah kunci. Membuat gimmick, atau sesuatu yang dianggap bukan hal yang biasa dilakukan politisi, yang mana langsung menyentuh pada topik-topik yang relevan dengan keseharian masyarakat, terlebih bisa menyentuh sisi empati masyarakat, pasti lonjakan elektabilitas tidak terbendung.
ADVERTISEMENT
Kemudian menarik jika tujuan politik tidak semata-mata terpilih, akan tetapi juga mendidik masyarakat. Ruang-ruang diskusi kritis dibuka lalu adu argumen dan gagasan, tentunya secara tidak langsung akan melatih cara dan daya berpikir masyarakat dalam memahami suatu hal. Terlebih yang perlu diingat, bangsa ini berdiri kokoh salah satunya karena adanya perang pemikiran, sehingga pondasi yang tercipta tidak mudah tergoyahkan.
Pada akhirnya, semua tergantung pada kandidat paslon, ingin hanya meraup suara atau sekaligus meninggalkan bekas yang indah. Sejarah mencatat, masyarakat mengingat, semoga semua ikhtiar pemilu tulus hanya karena rakyat.