Konten dari Pengguna

Kesejahteraan Guru di Indonesia dan Celahnya

Syifa Aulia
Mahasiswi ilmu komunikasi UNAND
26 November 2024 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
gambaran bangku guru di sekolah negeri Indonesia. dokumentasi: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
gambaran bangku guru di sekolah negeri Indonesia. dokumentasi: pribadi
Pendidikan sudah menjadi katalis kemajuan, bahkan sejak dahulu kala. Dan peran tenaga pendidik adalah penggerak absolut lagi utamanya, akankah ada kemajuan yang dapat terjadi tanpa peran guru? Kesejahteraan guru adalah hal yang sangat krusial, ini tak hanya menyangkut pada kepentingan pribadi sang guru, namun akan berdampak langsung pada kualitas pengajarannya. kualitas pengajaran yang baik akan menghasilkan peserta didiknya yang hebat pula.
ADVERTISEMENT
Namun, realita di lapangan saat ini, profesi tenaga pendidik seperti guru, seolah kurang dihargai dari apa yang selayaknya mereka dapatkan. Padahal guru tak hanya bertanggung jawab pada proses belajar mengajar peserta didik saja, tetapi juga tugas administratif dan tuntutan kurikulum. Beban kerja dan tanggung jawab yang melebihi porsi kerja, membuat profesi guru sangat tidak sejahtera, baik secara finansial maupun emosional. Jam kerja yang tidak jelas juga membebani guru, seperti memeriksa hasil ujian ataupun tugas siswa di rumah sepulang kerja atau di hari libur. Hal ini menunjukkan betapa guru “disiksa” dengan beban-beban ini.
Banyak sekali kasus guru honorer yang hanya digaji dengan nominal kecil, atau guru yang telah menjadi PNS mendapat masalah saat mengurus tunjangan. Belum lagi tenaga pendidik belum mendapatkan insentif yang layak untuk pengajaran ilmu dan karakter siswanya. Masalah finansial ini akan berdampak pada banyaknya masalah yang membebani guru, sehingga menjadi tidak fokus pada pengajarannya saja, tapi juga dihantui dengan masalah ekonomi dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Masalah dari dimensi ekonomi ini, dapat ditangai segera dengan politik dan hukum. Dengan menciptakan kebijakan dan program penyejahteraan guru, maka percepatan usaha ini akan dapat dilakukan secara tegas dan segera. Memalui insentif yang layak, atau mempertimbangkan aspek lain yang dibutuhkan dalam kesejahteraan guru, seperti rumah yang dapat berupa subsidi atau penyedian kompleks guru. Beban administratif yang tidak perlu seharusnya dihapuskan, sehingga guru dapat lebih fokus dalam pengembangan materi dan cara pengajaran dibandingkan hal-hal administratif.
Sehingga, usaha dalam meningkatkan kesejahteraan guru bukan semata-mata untuk pribadi guru tersebut. Sangatlah lumrah fakta bahwa murid yang hebat itu diajarkan oleh guru yang luar biasa pula. Tak egois-lah rasanya dengan terus bersuara akan kesejahteraan guru, sang pelita pemikiran. Karena, pendidikan yang semakin baik akan menghasilkan generasi cendekiawan yang menjadi garda terdepan kemajuan dengan intelektualnya. Dan semua itu, bisa dilahirkan oleh guru yang berkualitas, sejahtera, dan bahagia.
ADVERTISEMENT