Konten dari Pengguna

Tahapan Membangun Hubungan dalam Koridor Komunikasi Antarpribadi

Syifa Aulia
Mahasiswi ilmu komunikasi UNAND
1 Oktober 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dekat dengan seseorang, seperti dengan ibu, teman, pasangan, adalah salah satu sumber kebahagiaan.(sumber foto: pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Dekat dengan seseorang, seperti dengan ibu, teman, pasangan, adalah salah satu sumber kebahagiaan.(sumber foto: pexels)
ADVERTISEMENT
Manusia cenderung untuk menjalin hubungan dengan orang lain, bahkan memiliki teman dan atau pasangan dekat adalah salah satu kontributor penting mencapai kebahagiaan (Lu & Shih, 1997). Hubungan antarmanusia tidak pernah statis, tetapi dinamis. Kamu pasti mempunyai lebih dari 1 hubungan, bukan? Baik itu hubungan romantis, persahabatan, pekerjaan, pendidikan seperti dengan guru tertentu. Semua hubungan dibangun oleh beragam maksud dan tujuan, ada teorinya dan akan melalui beberapa stage tertentu pula. Hubunganmu dengan saudara kandungmu tidak akan sama motifnya dengan hubunganmu dengan guru favoritmu. Tujuanmu berpacaran akan berbeda dengan tujuanmu bersahabat. Tentu tidak ada hubungan yang secara mendadak ke tahap dekat banget, tanpa melalui masa PDKT atau pendekatan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Sebelum memilih melanjutkan hubungan lebih dekat, setiap orang kemungkinan besar telah memprediksi orang lain dari gesturenya, caranya berpakaian, berdandan, gaya bicaranya, dan parameter lainnya. Lantas membuat kesimpulan akan seperti apa orang tersebut jika menjadi teman atau pasangan hidup. Akan bagaimana respon dan pandangannya jika ditanyakan sesuatu. Apa kecenderungan filosofinya, dan lain sebagainya. Setelah punya persepsi tentang orang tersebut, kamu kemudian akan mampu memutuskan hubungan itu penting, baik, asyik, atau tidak. Akan sedalam apa hubungan ini, apa hal yang bisa dibahas bersama, apa yang harus dihindari demi menjaga keberlangsungan hubungan. Itulah tahap pertama dalam komunikasi interpersonal, yakni kontak. Tak selalu diawali dengan perkenalan diri seperti menanyakan nama, tentu tahapan kontak pada setiap orang dapat bervariasi. Ada yang berawal dari percakapan langsung pada pertemuan pertama, ada pula yang telah mengenal sebelumnya namun belum membangun hubungan jelas.
ADVERTISEMENT
“Halo Nama Kamu Siapa”
“Jurusan Kamu Apa?”
Merujuk pada buku karya Joseph A.Devito, “The Interpersonal Communication Book” edisi ke-14, Devito menyebutkan bahwa dua contoh pertanyaan umum pada orang yang baru dikenal tersebut, dikategorikan ke dalam 2 tahap berbeda. Sekilas memang terlihat seperti pertanyaan pada tahap perkenalan awal saja. Tapi ternyata, ketika kamu sudah mulai penasaran background dari seseorang, kamu akan menanyakan lebih dari sekadar nama. Seperti jurusannya jika dia mahasiswa, atau apa posisimu di Perusahaan ini jika dia rekan kerjamu. Tahap ini dinamakan involvement stage, kamu akan mempertimbangkan apakah kamu tertarik atau mau dekat dengan orang ini atau tidak. Namun, untuk memulai keterlibatan dengan informasi orang lain, tak bisa disamaratakan pada semua orang dan situasi. Saya yang sebagai orang Indonesia misalnya, ingin berkomunikasi dengan turis dari negeri barat yang berkunjung ke daerah saya. Saya tak bisa langsung menanyakan hal yang bersifat pribadi pada perkenalan pertama, bahkan untuk menanyakan nama saja, mungkin ada yang kurang menanggapi. Karena dirasa itu tidak perlu diketahui oleh stranger, menurutnya privasi. Apalagi jika si bule memang tidak berencana membangun hubungan dengan orang sekitar.
ADVERTISEMENT
Komunikasi antarpribadi hanya mempunyai 2 kemungkinan, bertahan atau berakhir. Tentu tidak bisa dihakimi mana yang paling baik, tapi yang mungkin paling benar adalah menjadi lebih bijak untuk memilih dengan siapa kita berteman, berpasangan, bekerja. Karena selama kita berkomunikasi dengan seseorang tentu akan ada banyak informasi dan emosi yang akan kita bagi. Pada tahap hubungan yang lebih intim, kita perlu membuat komitmen, dan bahkan menguji pasangan atau teman kita dengan cara tersendiri untuk membuktikan apakah hubungan dengannya dapat berlanjut. Pasti nanti akan ada saja berbagai ketidaksepahaman dan masalah yang membuat hubungan itu kian merenggang, retak, lalu hancur. Masing-masing individu akan memisahkan diri dari sang mantan secara fisik ataupun psikis. Secara fisik bisa berupa pindah ke Lokasi baru, dan secara psikis berusaha menjauhkan ingatan dari tokoh masa lalu, seperti membuang barang-barangnya, menghapus foto bersama, unfollow di media sosial, dan beragam cara lain untuk melupakan. Contoh yang dapat dilihat di dunia selebriti, ialah aktor dan aktris yang putus hingga yang bercerai, akan saling unfollow atau bahkan memblokir akun si mantan untuk menjauh dari segala postingan dan cerita yang dulunya berisi memori berdua. Tapi perpisahan tidak menutup kemungkinan akan adanya kondisi lain di masa mendatang yang membuat mereka dapat menjalin hubungan kembali, baik terpaksa maupun tidak.
ADVERTISEMENT
Tapi, yang unik dari teori dan tahapan membangun hubungan antar pribadi adalah, kemungkinan untuk dekat Kembali tentu ada. Pasangan yang sudah bercerai bisa rujukan atau sekadar menjadi teman di klub kegemaran yang dulu dihadiri Bersama. Karena, sejauh apapun gap yang dibangun untuk memisahkan diri dari orang lama yang berkonflik dengan kita, akan ada potensi untuk bertemu, bersekolah, bekerja, di tempat yang sama lagi. Jadi, tidak ada hubungan yang benar-benar awet atau kandas.
Hubungan interpersonal atau antarpribadi tak hanya bisa terjadi dalam interaksi langsung saja, tapi bisa juga di media sosial atau dunia daring. Bisa diilustrasikan seperti ini, muncul notifikasi di Instagram dari seseorang, kamu berperan untuk menerima atau menolak permintaan orang ini untuk mengikuti akunmu. Disini, sudah terjadi tahap awal dalam kontak yakni persepsi, yang mana kamu memprediksi, mengolah, dan memahami informasi dari seseorang. Persepsi ini akan sangat memengaruhi apakah kamu menerima hubungan ini. Untuk meyakinkanmu, kamu akan mengunjungi akunnya, lalu melihat postingannya dari yang terbaru hingga paling awal, barangkali. Lalu kamu melihat sorotan ceritanya, siapa yang mengikuti dan diikutinya. Lalu kamu sudah bisa menyimpulkan dan memutuskan untuk mengkonfirmasi permintaan mengikuti itu dan membalas direct message-nya atau tidak. Kamu lalu menerimanya dan membalas direct messagenya. Hari ini dia bertanya nama lengkapmu karna usernamemu aneh sekali, esoknya dia menanyakan profesimu, selanjutnya dia mengomentari postinganmu di tempat makan favoritmu bahwa dia juga gemar makan kesana, ternyata kalian berada dikota yang sama.
ADVERTISEMENT
Media sosial sangat membantu dalam membentuk branding diri, sehingga siapapun yang penasaran denganmu akan langsung nge-stalk akun media sosialmu dan mempunyai Gambaran siapa dirimu. Jika dikaitkan dalam teori hubungan, ada teori hubungan yang dibangun atas minat yang sama. Orang yang mendapati kesamaan dari postingan atau cerita yang kamu bagikan di media sosial kemungkinan besar akan berasumsi kamu adalah teman yang asik untuk diajak ke perpustakaan, jika kamu sering mengirimkan kutipan dibuku atau membuat konten review buku. Sosok yang menarik secara penampilan atau body language-nya juga akan diasumsikan mudah untuk diajak ngobrol dan dijadikan teman dibandingkan yang berpenampilan seperti menutup diri. Karena, sebelum berbicara dengan orang baru kamu sudah memperkirakan respon dari orang tersebut. Sehingga, media sosialmu mesti dibangun sesuai dengan apa first impression yang ingin didapatkan. Di dunia serba online kini, untuk dapat diterima di pekerjaan saja, ada sejumlah Perusahaan yang melihat track record-mu di media sosial. Sehingga, untuk mendapat kemudahan dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang kamu mau, bisa dimulai dari merapikan dan membentuk semacam portofolio digital di media sosialmu.
ADVERTISEMENT
Hubungan memang akan lebih mudah berlangsung jika memiliki kesamaan, namun ada juga teori penetrasi social dalam teori-teori pembentuk hubungan antarpribadi ini. Yang berfokus pada apa yang terjadi dalam perkembangan hubungan, ketika kebanyakan teori berbicara tentang apa yang membuat hubungan berkembang. Misalnya suami dan istri yang memutuskan bercerai, ada sejumlah topik yang tidak mungkin dibahas saat masih menjadi pasangan, malahan pada kondisi sudah berpisah lama barulah mereka bisa mengobrolkan hal-hal yang belum bisa dibicarakan dahulunya Ketika berkomitmen menjadi suami istri, dan saat kini membangun hubungan pertemanan alih-alih pernikahan.
Tidak semua hubungan harus dipertahankan, karena mesti ada komitmen dan interaksi dari diri kita terus menerus yang harus dipertanggung jawabkan. Kamu harus tahu mana saja hubungan yang worth it dilanjutkan atau tidak. Ada sejumlah pertanyaan yang bisa kamu jawab:
ADVERTISEMENT
1. Do my relationships help to lessen my loneliness?
2. Do my relationships help me gain in self-knowledge and in self-esteem?
3. Do my relationships help enhance my physical and emotional health?
4. Do my relationships maximize my pleasures and minimize my pains?
5. Do my relationships help me to secure stimulation? (intellectual, physical, and emotional)
Setelah menjawab 5 pertanyaan tersebut, mungkin kamu punya sejumlah list nama untuk dieliminasi, atau bahkan semakin yakin bahwa hubunganmu dengan bestie, rekan kerja, tetangga, followers Instagram, mana yang layak dipertahankan.
Sangat menarik bahwa ternyata tanpa disadari, hubungan kita dengan orang lain ada tahapan dan teorinya juga, ya. Hubungan pun dapat dikelompokkan menjadi keluarga, pertemanan, romansa, rekan kerja. Tingkat kedekatan dan interaksi yang ingin dijalankan bisa disesuaikan, ingin lebih akrab atau biasa saja. Tentu akan ada dinamika dalam membangun hubungan dengan siapapun, mulai dari PDKT alias pendekatan atau contact stage, lalu ada tahap involvement, intimacy, repair stage karena akan ada masanya suatu hubungan merenggang dan mulai muncul masalah-masalah, kemudian dengan adanya gejolak tersebut berpotensi merusak hubungan hingga berakhir dengan pemisahan diri.
ADVERTISEMENT