Konten dari Pengguna

Menolong Penyintas Bencana Alam dari Sisi Psikologis

Syifa Afran Fathiyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala
1 Desember 2021 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Afran Fathiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by dashu83/freepik
zoom-in-whitePerbesar
Image by dashu83/freepik
ADVERTISEMENT
Kita semua tahu Indonesia merupakan kawasan rawan bencana. Kata-kata banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, ataupun gunung meletus sudah tidak terdengar asing lagi ketika melihatnya dalam berita. Bahkan BNPB pun telah mencatat bencana alam yang terjadi di Indonesia per Januari 2021 sebanyak 197 di berbagai Provinsi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dan kita semua juga tahu seberapa besar dampak negatif yang dihasilkan oleh bencana alam. Kerusakan pada rumah masyarakat, barang berharga, lahan pekerjaan, ladang perkebunan dan pertanian, hingga kehilangan nyawa seseorang menjadi kerugian yang diakibatkan bencana alam. Namun pada artikel kali ini, saya akan lebih fokus mengenai pihak yang harus menanggung kerugian itu semua.

Siapa Pihak yang Paling Merasakan Dampak Negatif dari Bencana Alam?

Pihak tersebut merupakan para korban yang selamat dari bencana alam atau penyintas bencana alam. Mereka harus merasakan kerusakan tempat tinggal, kehilangan barang berharga yang dimiliki dan mendapat luka-luka, baik itu parah ataupun tidak. Yang lebih menyakitkan lagi adalah kehilangan seseorang yang disayang akibat bencana alam.
Maka tidak heran hal tersebut membuat korban yang selamat terlalu berlarut-larut dalam duka. Banyak dari mereka juga tidak siap menerima dengan ikhlas atas apa yang terjadi. Sehingga, mereka akan rentan mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) karena pengalaman terkena bencana alam terlalu kelam bagi mereka. Maka dari itu, menyembuhkan psikologis para korban bencana menjadi salah satu aspek dari pemulihan pascabencana.
ADVERTISEMENT
Biasanya para penyintas yang mengalami PTSD akan ketakutan ketika mendengar apa pun itu yang berkaitan dengan bencana alam yang mereka hadapi dahulu. Misalnya, si penyintas akan takut dan trauma dengan suara deruan mesin mobil karena suara tersebut terdengar mirip seperti suara ombak tsunami. Disaat mereka telah mengalami hal tersebut, maka mereka sangat membutuhkan pertolongan profesional untuk dapat segera pulih.
Ketika terjadi situasi tanggap darurat bencana alam, banyak relawan yang datang untuk membantu. Dan salah satu peran relawan yaitu mendampingi psikososial korban yang selamat dari bencana. Hal tersebut perlu dilakukan agar psikologis korban tidak terganggu dalam jangka waktu yang sangat lama, seperti yang telah dicontohkan di paragraf sebelumnya. Kehidupan yang mereka jalankan selanjutnya akan terganggu akibat tidak segera mendapat pertolongan.
ADVERTISEMENT

Pertolongan Pertama Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Penyintas Bencana Alam?

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan pertolongan psikologis pertama atau yang biasa dikenal dengan istilah Psychological First Aid (PFA) pada korban yang selamat dari bencana alam. Pertama, dekati mereka secara perlahan. Tanyakan apakah ada yang bisa kita bantu atau ada yang mau mereka ceritakan kepada kita.
Cara selanjutnya, sebisa mungkin kita menghibur dan memberikan dukungan yang membuat mereka semua merasa aman, tenang, dan nyaman. Walaupun mereka adalah penyintas yang mendapat luka ringan dan tidak mendapat kerusakan fisik yang parah, kita tetap tidak boleh mendiskriminasi mereka. Karena dalam pemulihan psikologis ini, kita dituntut untuk memperhatikan perasaan yang mereka miliki seperti takut, cemas, khawatir dan emosi negatif lainnya.
ADVERTISEMENT
Lalu yang terakhir, kita bisa mendekatkan mereka dengan sang pencipta. Berikan masukan untuk segera merelakan dan memaafkan keadaan yang telah terjadi. Karena apa pun yang terjadi pasti memiliki hikmahnya, bahkan ketika keadaan itu merenggut nyawa seseorang yang kita sayangi. Apalagi bencana alam terjadi tanpa aba-aba dan menimpa siapa saja.

Apakah Pertolongan Pertama Saja Sudah Cukup?

Kita tidak bisa menentukan kapan kondisi jiwa seseorang bisa membaik. Karena setiap orang tidak mempunyai kekuatan mental yang sama. Selain itu, faktor pendukung lainnya, baik dari diri sendiri dan orang terdekat juga bisa menentukan cepat atau lambatnya penyintas bencana alam dapat benar-benar pulih dari gangguan psikologis. Sehingga, ada beberapa orang yang dapat sembuh setelah pertolongan pertama dan ada juga yang masih membutuhkan pertolongan tenaga profesional.
ADVERTISEMENT

Referensi

http://news.unair.ac.id/2021/04/08/aspek-psikologi-berperan-penting-untuk-korban-bencana/