Konten dari Pengguna

Dari Halaman ke Kehidupan: Menginternalisasi Amanat 'Raumanen'

Syifa Ahmalya Azizah
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
27 Oktober 2024 9:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Ahmalya Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: memotret sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: memotret sendiri
ADVERTISEMENT
Raumanen adalah novel Marianne Katoppo yang pernah menang sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 1975, Hadiah Yayasan Buku Utama 1978, dan SEA Write Award 1982 (Marianne Katoppo menjadi perempuan pertama yang menang hadiah ini). Di balik bahasanya yang indah tapi tetap mudah dipahami. Tanpa menggurui ataupun mengganggu laju ceritanya, Marianne Katoppo telah berhasil menggoyahkan, kemudian mengubah konsep-konsep kita tentang cinta, ketegaran perempuan, kepengecutan laki-laki, identitas kesukuan, siapa itu "orang Indonesia", dan apa itu keimanan: hal-hal paling penting dalam kehidupan, baik di Jakarta tahun 60-an maupun sekarang.
ADVERTISEMENT
Raumanen merupakan nama tokoh utama yang dihadirkan oleh penulis Marianne Katoppo. Selain nama dari tokoh utama dalam novel yang dikarangnya Raumanen juga dipilih oleh Marianne Katoppo sebagai judul dari karangannya tersebut. Novel Raumanen pertama kali dicetak pada tahun 1977 dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Gaya Pavorit Press. Novel Raumanen bertemakan tentang kisah cinta antara dua remaja yang terhalang adat budaya dan kesukuan.
Novel Raumanen ini menceritakan dua insan yang memiliki latar belakang adat dan budaya yang berbeda. Raumanen atau biasa dipanggil Manen adalah seorang gadis yang berasal dari Manado, remaja bermuka bundar dan aktif dalam berorganisasi. Hamonangan Pohan atau biasa dipanggil Monang adalah seorang insinyur flamboyan yang berasal dari Batak. Manen dan Monang adalah remaja yang sangat berbeda karakternya. Manen adalah gadis idealis dan independen yang masih sangat lugu dalam masalah percintaan. Sedangkan Monang seorang hidung belang kawakan yang suka merayu perempuan dan berganti-ganti pacar. Pertemuan Manen dan Monang di sebuah pesta adalah gerbang cerita kesedihan Manen. Teman-teman terdekatnya sudah memperingatkan Manen agar menjauhi Monang, tetapi ia tidak peduli.
ADVERTISEMENT
Hari demi hari berlalu hingga cinta tumbuh subur. Monang menganggap Manen berbeda dengan wanita-wanita yang pernah ia pacari. Teman-teman Manen masih sering memperingatkan, bahkan orang tua Manen turut menasihati agar Manen fokus pada kuliah dahulu. Sayangnya, semua nasihat itu tidak dipedulikan oleh Manen. Hingga peristiwa yang dilakukan oleh dua remaja yang sudah saling jatuh cinta itu di sebuah Bungalow Cibogo, yang membuat Manen hamil.
Mengetahui kalau kekasihnya itu hamil, Monang berjanji akan bertanggung jawab apapun yang terjadi pada Manen. Ia membujuk orang tuannya agar mereka segera menikah, tetapi orang tua Monang tidak menyetujui. Orang tua Monang ingin Monang menikah dengan wanita yang berdarah Batak juga. Semenjak itulah batin Manen selalu tidak tenang dan khawatir, meski Monang tetap berusaha untuk menepati janjinya. Kekhawatiran itu semakin menjadi-jadi setelah hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa kandungannya tidak sehat karena penyakit sifilis. Dokter yang juga sebagai teman Manen meminta agar Manen menggugurkan kandungannya, karena jika diteruskan bayi itu akan terlahir cacat. Hal itu semakin menyedihkan ketika Monang ingin melepas tanggung jawabnya dengan setuju pada pilihan aborsi.
ADVERTISEMENT
Manen yang terjebak dalam penderitaan itu, memilih jalan yang tidak diduga-duga. Peristiwa di Puncak yang selalu membayang-bayanginya. Monang yang tidak kunjung menyatakan cintanya. Hukum adat yang meminggirkannya dan kehamilannya yang tidak sehat adalah momok yang terus menghantui Manen. Tidak tahan dengan ketersiksaan itu, akhirnya Manen memutuskan untuk bunuh diri.
Novel Raumanen karya Marianne Katoppo ini terdapat beberapa amanat. Pertama, untuk anak muda harus bisa memilih pertemanan yang sehat. Ya, boleh berteman dengan siapa saja, tapi untuk orang yang tidak bisa melawan arus lingkungan sekitar, bergaul dengan orang-orang berkualitas dan memiliki kesantunan sikap adalah jalan yang terbaik. Kedua, untuk perempuan harus pintar menjaga diri, agar tidak terjerumus kepada perbuatan yang dilarang khususnya seks di luar nikah jangan sampai hanya karena cinta sesaat bisa merusak masa depan. Ketiga, untuk orang tua jangan sampai hanya ingin mengikuti kehendak sendiri tanpa memikirkan nasib anak. Anak sendiri sebenarnya punya hak atas kebahagian dan kebebasan memilih dari dirinya. Peran orangtua sangatlah penting dalam hal ini. Orangtua mempunyai andil besar dalam mengarahkan sikap dan perilaku anak dalam menjalani kehidupan terutama di masa remaja. Mereka mempunyai kewajiban membimbing, mengarahkan, serta mengawasi hal-hal apa saja yang dilakukan anak-anak mereka. Namun bukan berarti orangtua memaksakan apa yang menurut mereka baik kepada anak- anaknya. Hal itu malah akan membebani anak dalam menjalani kehidupannya. Biarkan anak-anak yang memilih jalan mereka sendiri, orangtua hanya memberikan wejangan dan arahan, serta pendapat sehingga anak mempunyai gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan.
ADVERTISEMENT