Konten dari Pengguna

Pengaruh Kesepian dan Sifat Introvert pada Generasi Z

syifa azzahra
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Desember 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syifa azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-blue-monday-illustration_133753880.htm#fromView=search&page=1&position=10&uuid=55014072-df3e-46a0-8d5b-4a1d53ca0270
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-blue-monday-illustration_133753880.htm#fromView=search&page=1&position=10&uuid=55014072-df3e-46a0-8d5b-4a1d53ca0270
ADVERTISEMENT
Generasi Z, atau yang lahir antara tahun 1995 hingga awal 2010-an, adalah generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi digital yang pesat. Meski terhubung dengan dunia melalui perangkat digital, generasi ini menghadapi berbagai tantangan psikososial, salah satunya adalah tingkat kesepian yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa kesepian pada Generasi Z menjadi fenomena global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kepribadian introvert dan pola interaksi sosial yang berubah secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan menguraikan faktor-faktor yang memengaruhi kesepian pada Generasi Z, kaitannya dengan kepribadian introvert, dampaknya terhadap kesehatan mental, dan strategi untuk mengatasinya berdasarkan kajian akademik.

1. Kesepian di Tengah Koneksi Digital

Menurut Baron & Byrne (2005), kesepian didefinisikan sebagai pengalaman emosional negatif akibat kurangnya hubungan sosial yang memuaskan baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada Generasi Z, faktor utama penyebab kesepian adalah ketergantungan pada teknologi untuk berkomunikasi. Sebagian besar individu dalam kelompok ini lebih memilih interaksi virtual dibandingkan tatap muka, yang sering kali tidak memenuhi kebutuhan emosional mendalam.
Sebuah studi fenomenologis menunjukkan bahwa teknologi, meskipun mempermudah konektivitas, sering kali menjadi penghalang untuk hubungan interpersonal yang otentik. Mutiarrahma et al. (2024) mengungkapkan bahwa Generasi Z menggunakan teknologi seperti Character AI untuk mengisi kekosongan emosional. Interaksi ini memberikan rasa kedekatan sementara tetapi tidak mampu menggantikan dukungan sosial nyata.
ADVERTISEMENT

2. Hubungan Kesepian dengan Sifat Introvert

Kepribadian introvert cenderung lebih rentan terhadap kesepian. Introvert sering kali merasa nyaman dalam situasi yang lebih tenang dan memiliki lingkaran sosial yang lebih kecil. Menurut Demiralay et al. (2014), kepribadian introvert memiliki korelasi signifikan dengan kesepian, terutama ketika ekspektasi sosial tidak terpenuhi.
Penelitian di SMK Negeri 1 Kota Bima menunjukkan bahwa introvert memiliki hubungan signifikan dengan kesepian dengan koefisien sebesar 0,053 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa kepribadian introvert dapat memprediksi tingkat kesepian secara langsung, meskipun tidak selalu menjadi satu-satunya faktor penyebab.
Menurut Russell (1996), introvert sering menghadapi tantangan dalam membangun hubungan sosial yang mendalam, yang memperburuk perasaan isolasi emosional. Pada Generasi Z, fenomena ini diperparah dengan tekanan sosial untuk terlihat aktif dan diterima di media sosial, yang sering kali bertolak belakang dengan karakter alami introvert.
ADVERTISEMENT

3. Dampak Kesepian terhadap Kesehatan Mental

https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-blue-monday-illustration_133509097.htm
Kesepian yang berkepanjangan memiliki dampak serius pada kesehatan mental. Penelitian Saripah & Pratiwi (2020) menunjukkan adanya korelasi positif antara kesepian dan nomophobia (ketakutan berlebihan kehilangan akses ke perangkat digital). Semakin tinggi tingkat kesepian, semakin tinggi risiko ketergantungan pada teknologi sebagai bentuk pelarian.
Menurut Cigna (2020), kesepian pada Generasi Z juga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Generasi ini memiliki keinginan besar untuk diterima secara sosial, tetapi sering kali menghadapi tekanan yang besar dari media sosial yang memunculkan rasa tidak cukup baik (inadequacy).

4. Strategi Mengatasi Kesepian

Menurut Baron & Byrne (2005), dukungan sosial yang berkualitas dapat mengurangi kesepian secara signifikan. Generasi Z disarankan untuk meningkatkan keterlibatan dalam komunitas atau kelompok sosial yang berbasis minat serupa. Teknologi seperti Character AI bisa dimanfaatkan sebagai alat tambahan, tetapi tetap perlu diimbangi dengan hubungan manusia yang nyata. Program intervensi berbasis psikoterapi, seperti terapi kelompok atau konseling individual, dapat membantu Generasi Z mengatasi kesepian. Menurut Saripah & Pratiwi (2020), intervensi semacam ini juga dapat menurunkan ketergantungan terhadap perangkat digital. Kegiatan seperti relawan atau pelatihan keterampilan dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan kesepian dan membangun rasa pencapaian.
ADVERTISEMENT
Kesepian pada Generasi Z adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sifat introvert dan ketergantungan pada teknologi. Dampaknya tidak hanya pada kesejahteraan emosional tetapi juga pada kesehatan mental secara keseluruhan. Mengatasi kesepian memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan perubahan pola pikir, pengelolaan penggunaan teknologi, dan pembangunan hubungan sosial yang bermakna. Dengan intervensi yang tepat, Generasi Z dapat mengembangkan keterampilan sosial dan meningkatkan kualitas hidup mereka di tengah era digital yang terus berkembang.
Referensi
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Erlangga.
Demiralay, et al. (2014). Hubungan Kepribadian Introvert dan Kesepian.
Mutiarrahma, Z., et al. (2024). Studi Fenomenologi: Pengalaman Generasi Z dalam Menghadapi Kesepian dengan Character AI. Jurnal EMPATI.
ADVERTISEMENT
Saripah, A. N., & Pratiwi, L. (2020). Hubungan Kesepian dan Nomophobia pada Mahasiswa Generasi Z. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi.
Russell, D. (1996). UCLA Loneliness Scale.
Cigna. (2020). Global Loneliness Index.