Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Adik Terceriaku
10 Juni 2024 8:40 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Syifa Humairo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan tinggi menjulang dan rambut lurus tergerai perempuan itu menyambut hangat kepulangan kakak termanisnya. Erlina Nazwa Ufaira adalah anak perempuan kedua dari keluarga Mukram satu-satunya yang selalu ceria. Ia jarang sekali mengeluh setiap kali diperintah dalam hal apapun untuk ke luar rumah. Ya, walaupun harus dengan imbalan uang jajan juga nantinya. Tapi sejujurnya dia adalah adik yang paling penurut dan rajin. Meskipun terkadang ia suka marah tidak karuan karena tidak dibelikan barang yang di inginkan. Namun ia selalu berusaha apapun itu caranya untuk mendapatkan yang dia mau.
ADVERTISEMENT
Dalam hal akademis, Nazwa tidak sepintar teman-temannya yang selalu mendapatkan juara kelas berturut-turut. Nilai di sekolahnya selalu rendah, bahkan dalam senipun dia juga tidak begitu paham. Ia sering kali di marahi ibu di rumah ketika ketahuan nilai ulangannya mendapat 50. Walaupun nilai ulangannya yang selalu rendah, Nazwa tidak pernah menutup-nutupinya. Dia mengakui tidak bisa dalam bidang pelajaran tersebut. Dan Nazwa termasuk anak yang sangat jujur dan terbuka kepada siapapun.
Dilain sisi, akademisnya yang tidak begitu diperlihatkan Nazwa mempunyai bakat terpendam yang sangat membanggakan. Ia menyukai masak- memasak. Setiap hari libur pasti ia akan menyempatkan diri untuk membantu ibu entah itu menggoreng atau menumis. Banyak jenis masakan yang sudah ia lakukan, berbeda dengan kakaknya itu -- Syifa Humairo yang selalu fokus akan hal akademis saja. Makanan yang Nazwa buatkan selalu enak dirasa. Ibupun memuji Nazwa bahwasannya ia memang jago dalam hal perdapuran.
ADVERTISEMENT
Nazwa tidak begitu suka dengan kegiatan menulis dan menghafal, tetapi ia pandai dalam berolahraga. Ia mengikuti ekskul paskibra, dimana tiap seminggu 3 kali harus diadakannya latihan. Kulitnyapun sudah menjadi sawo matang karena terus berjemur di bawah terik sinar matahari akibat paskibra. Namun ia menjalaninya dengan senang hati tanpa ada paksaan. Berbeda sekali ketika ia diharuskan untuk menulis cerpen atau menghitung angka, wajahnya pasti akan terlihat murung.
Jiwa petualangnya begitu tinggi, sehari di rumah saja dirasa sudah bosan. Pasti akan ada rasa ingin main ke luar rumah, baik ke rumah temannya atau sesekali bermain badminton di lapangan dekat masjid di sana. Setiap harinya Nazwa harus berhadapan dengan sinar matahari yang membakar kulitnya. Tak hayal banyak yang bilang perempuan sawo matang itu tomboy karena karena sifatnya yang ‘petantang-petenteng’. Meskipun jiwa pengelananya sudah maemasuki diri, namun ia selalu baik dengan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Ia selalu punya prinsip yang tegas dalam segala situasi. Jika dirasa tidak mau, dia tidak akan mau. Bahkan pernah disuatu malam di bulan ramadhan saat sedang solat terawih. Ia bersama dengan teman-temannya sedang solat berjamaah di masjid. Kemudian di saat rakaat ke-12 dia pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Dia memang sedang membawa botol minum warna hijau kala itu, dan di taruh di depan sajadah. Setelah dari kamar mandi ia kembali lagi ke tempatnya.
Tiba-tiba saja botol minum di depan sajadahnya itu sudah hilang. Ternyata ada yang mengambil dan tidak jauh dari keberadaannya berada. Tentu saja dia marah dan langsung menghampiri anak perempuan yang sudah mengambil botol minumnya itu. Akhirnya terjadi perselisihan sebab merebutkan botol minum hijau itu. Karena ia yakin itu miliknya, Nazwa mendorong anak perempuan yang mengambil botol minumnya sampai terjatuh. Alhasil anak perempuan berambut pendek tersebut menangis.
ADVERTISEMENT
Banyak yang melihat perkelahian itu menyalahkan Nazwa atas perliakunya yang tidak baik. Alhasil mereka berdua di lerai, dan Nazwa pulang ke rumah dengan raut amarah yang terpendam. Sampai rumah ia pun menangis kejar, kebetulan ibu sedang tidak solat. Nazwa bersih kukuh tidak mau menceritakan kejadian yang dialaminya. Hingga beberapa hari kemudian Nazwapun menceritakan bagaimana dia bisa menangis. Ibu hanya bisa menenangkan saja dan malah mendukung Nazwa penuh.
Miliknya hanya miliknya, akan tetapi, dalam merebut barangnya kembali tetap harus memiliki etika yang baik. Jika memang tidak mau dikembalikan, biarkan saja diberikan pada orang yang mengambilnya, nanti bisa beli baru lagi. Nasihat ibu seperti itu.
Sekitar seminggu kemudian setelah perkelahian di masjid, teman-teman rumahnya mendiamkan Nazwa. Setiap ia keluar rumah dan bertemu salah satu teman mainnya, ia dicibir habis-habisan karena berperilaku tidak baik. Bahkan hampir sebulanan penuh ia tidak pernah bilang pada keluarganya di rumah bahwasannya dia sedang dibully. Meskipun tidak dibully secara fisik, namun ia dibully secara psikis dengan cara meledek dan menjauh tidak berteman lagi.
ADVERTISEMENT
Senyum tipis merekah di ujung bibirnya, Nazwa kian terpaku meratapi nasibnya. Saat ia pulang kerumah setelah membeli bahan masakkan di warung, Nazwa menangis kejar. Di seusianya yang masih kecil itu ia sudah tidak tahan akan perlakuan teman-temannya. Meski pada akhirnya ia harus menceritakan semuanya lagi pada sang ibu dan kakaknya. Dia memang tidak salah, tapi dia merasa mengapa dia yang dikucilkan. Akhirnya jalan keluarnya dengan cara menghampiri teman-temannya yang menjauhi dia dan saling meminta maaf agar tidak ada kesalah pahaman lagi.
Nazwa memang mempunyai pendirian teguh dan tegas, walaupun akhirnya dia akan menangis juga jika yang dialaminya berat. Jika dibandingkan dengan kakaknya, sangat bertolak belakang sekali. Nazwa dengan sifat keras kepala, kuat, bijaksana sedangkan Syifa terlalu lemah dan mudah bimbang. Tidak banyak orang yang memiliki sifat seperti Nazwa. Perempuan dengan rambut hitam pendek ini memang terlahir akan menjadi pemimpin sesungguhnya. Tidak kenal takut akan banyak hal. Selalu hidup praktis dan percaya diri.
ADVERTISEMENT
Sering dan hampir setiap hari ia yang selalu menjemput kakaknya di depan stasiun Tanjung Barat menggunakan motor. Meksipun harus menunggu sekitar 5-10 menitanpun ia selalu sabar menunggu kehadiran kakak tersayangnya. Sesekali sang kakak suka membelikan ia jajanan seperti eksrim atau martabak selesai menjemput. Wajahnya selalu tersenyum dan mengucapkan beribu-ribu terimakasih tiada henti.
Dengan celana setengah lutut dan kaos oblong hitam yang selalu ia kenakan setiap menjemput sang kakak. Hatinya yang tulus selalu menjadi kegembiraan tiap ia berada di rumah. Tanpa ada dirinyapun, rumah terasa sepi. Kehadiran Nazwa membuat keluarga itu hidup dan percaya, ia akan menjadi pembawa berkah dalam meningkatkan kualitas hidup keluarganya.