Literasi Finansial untuk Anak

Syifa Khumairoh
You know who I am
Konten dari Pengguna
2 Maret 2022 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Khumairoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi finansial, sumber : dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi finansial, sumber : dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman, konsep ekonomi juga semakin beragam. Beragamnya konsep tersebut membuat peluang terjadinya krisis ekonomi terutama dalam bidang finansial. Literasi finansial sejak dini adalah salah satu solusi terhadap masalah ini.
ADVERTISEMENT
Mengikutsertakan anak dalam setiap keputusan finansial kedua orang tua merupakan metode belajar yang efektif yang dapat membantu anak memahami apa itu literasi finansial.
Tak bisa di mungkiri, literasi finansial merupakan hal yang masih tabu di Indonesia. Orang tua cenderung tidak mau terbuka kepada anak tentang kondisi keuangan keluarga.
Kebanyakan orang tua merasa anak baru pantas di berikan pengetahuan tentang finansial ketika berumur 15 tahun keatas. Sedangkan di usia tersebut anak seharusnya sudah memahami dan mengaplikasikan beberapa konsep finansial di kehidupannya.
Menurut OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) literasi finansial harus di berikan sedini mungkin kepada anak.
Karena akan jauh lebih baik membekali generasi yang akan datang dengan keterampilan finansial sehingga mereka bisa mengaplikasikannya secara maksimal, dari pada melakukan tindakan perbaikan kepada generasi tua.
ADVERTISEMENT
OECD menyarankan program pembelajaran yang bisa mendukung literasi finansial kepada anak, salah satunya adalah program PISA (Program for International Students Assessment).
Program ini lebih berfokus pada bagaimana anak mengaplikasikan apa yang sudah mereka pelajari kedalam kehidupan sehari-hari. Hal ini di nilai jauh lebih efektif yang akan membuat anak belajar dari pengalamannya sendiri.
Seperti mengajarkan anak untuk menabung dari sisa uang jajan mereka. Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak bahwa menabung merupakan salah satu cara untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan.
Contohnya, dengan uang tersebut mereka bisa membeli mainan. Menabung juga melatih anak dalam mengontrol keinginan karena mereka harus bersabar untuk bisa mendapatkan hal tersebut.
Kemudian, memberi tahu anak bahwa keinginan dan kebutuhan itu berbeda. Contohnya, makanan agar tidak lapar dan pakaian agar tidak kedinginan itu merupakan kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan keinginan adalah ketika anak sudah merasa kenyang tapi ingin makan lagi atau anak sudah punya baju tapi ingin membeli lagi.
Orang tua juga bisa mengajarkan anak pada skala prioritas agar anak bisa menentukan mana yang akan di beli terlebih dahulu dengan uang tabungan mereka.
Selanjutnya, orang tua bisa mengenalkan lembaga keuangan seperti bank kepada anak. Berikan pemahaman bahwa menabung di bank juga bisa mendapatkan banyak manfaat.
Seperti ketika mereka ingin membeli mainan, beberapa toko akan memberikan potongan harga jika melakukan pembayaran dengan kartu debit bank terkait.
Orang tua juga dapat memberitahu anak jika bank cenderung memiliki sistem keamanan yang ketat, sehingga menabung di bank akan jauh lebih aman dari pada menabung secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Jika orang tua mampu mengajarkan hal tersebut kepada anak, di masa depan kelak anak akan mampu kritis terhadap kondisi finansial yang sedang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Ketika mendapatkan uang dengan jumlah banyak, mereka bisa bijak dalam mengelola uang tersebut serta dapat meningkatkan kesejahteraan finansial mereka di masa yang akan datang.