Konten dari Pengguna

Remaja dan Pergaulan: Apakah Batasan Itu Perlu?

Syifa Raihan MT
Mahasiswi psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 Oktober 2024 7:31 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syifa Raihan MT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto diambil saat menjenguk teman yang sedang sakit, 08 September 2024
zoom-in-whitePerbesar
Foto diambil saat menjenguk teman yang sedang sakit, 08 September 2024
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa tahun terakhir, media massa kerap dipenuhi oleh berita yang melibatkan remaja dan pergaulan mereka. Salah satu insiden yang mencuri perhatian adalah tewasnya mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) akibat pengeroyokan oleh geng di Semarang (RMOLJATENG, 20 September 2024). Lebih jauh, kasus HIV/AIDS di Kabupaten jembrana, Bali, juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dalam lima bulan terakhir sejak Juni 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jembrana mencatat 36 kasus, dengan 3 diantaranya terjadi pada remaja berusia 11-20 tahun (detikBali, 26 Juni 2024). Hal ini menunjukkan bagaimana pergaulan yang tidak terkontrol bisa membawa konsekuensi yang serius bagi remaja.
ADVERTISEMENT
Peristiwa lain yang tak kalah mengejutkan terjadi di Lampung Selatan, di mana dua remaja, DAA (19) dan F(16), didakwa atas kematian Levino Rafa Fadila (14), setelah korban diduga meninggal akibat dipukul dengan sarung yang telah dikeraskan dalam permainan “perang sarung” (Audio Berita, 26 Maret 2024). Kasus- kasus seperti ini menimbulkan pertanyaan penting: Apakah batasan dalam pergaulan remaja benar-benar diperlukan?

Mengapa Diperlukan Batasan dalam Pergaulan Remaja?

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah kelompok usia 10-19 tahun, yang berada dalam tahap perkembangan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, gemar mencari tantangan, dan sering mengambil risiko tanpa pertimbangan matang (Kemenkes RI, 2015). Pada tahap ini, perubahan psikososial juga terjadi, termasuk dalam hubungan sosial dan ketertarikan terhadap lawan jenis (Jose, 2010). Tanpa bimbingan dan batasan yang tepat, remaja dapat terjebak dalam perilaku yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Batasan bukanlah penghalang kebebasan, tetapi sebuah pedoman untuk membantu remaja memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) menunjukkan bahwa 38,4% remaja laki-laki dan 0,9% remaja perempuan berusia 15-19 tahun mulai merokok karena pengaruh teman atau iklan. Selain itu, banyak remaja yang terlibat penyalahgunaan narkoba atau alkohol hanya demi diterima oleh kelompoknya. Di sinilah peran batasan menjadi krusial, membantu remaja membedakan mana perilaku yang aman dan mana yang berisiko.

Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Remaja

Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk karakter remaja. Remaja yang dikelilingi oleh lingkungan positif akan cenderung mengadopsi nilai-nilai yang baik. Namun, sebaliknya, jika mereka terlibat dalam pergaulan negatif, mereka dapat dengan mudah terseret ke dalam perilaku yang merusak.
ADVERTISEMENT
Al-Qur’an dalam surah Al-Furqan ayat 28 telah mengingatkan akan penyesalan di akhirat bagi mereka yang salah dalam memilih pergaulan:
يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا
"Celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)." Contoh nyata dari hal ini adalah kasus di Singapura, di mana tiga remaja, dua berusia 13 tahun dan satu 14 tahun, ditangkap karena bersama-sama menyalahgunakan narkoba (KOMPAS.com, 08 Februari 2024).
Di sisi lain, penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja juga sering kali terjadi karena kurangnya edukasi dan batasan dalam pergaulan. Lingkungan yang tidak memberikan pemahaman yang jelas tentang risiko perilaku seksual berbahaya dapat menempatkan remaja dalam situasi yang mengancam kesehatan mereka. Keluarga dan sekolah memiliki peran penting dalam memberikan edukasi yang memadai dan menanamkan kesadaran akan konsekuensi dari perilaku tersebut.
ADVERTISEMENT

Dampak Positif Batasan yang Sehat

Batasan yang sehat memungkinkan remaja untuk tumbuh menjadi individu yang lebih bertanggung jawab. Misalnya, dengan adanya batasan waktu dalam menggunakan media sosial atau aturan pergaulan dengan teman, remaja belajar tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari pilihan mereka. Remaja yang tumbuh dengan batasan yang jelas akan lebih selektif dalam memilih teman dan mampu menolak tekanan sosial yang negatif.
Batasan juga membantu remaja membentuk hubungan yang lebih positif dan produktif, baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa. Mereka belajar untuk memilah mana lingkungan yang mendatangkan kebaikan dan mana yang justru akan menjerumuskan mereka.

Batasan yang Terlalu Ketat dan Dampaknya

Namun, penting untuk dicatat bahwa batasan yang terlalu ketat juga bisa menimbulkan efek yang berlawanan. Remaja yang merasa terlalu dikekang atau tidak diberikan ruang untuk bereksplorasi mungkin justru akan memberontak. Misalnya, dalam beberapa kasus, remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang sangat disiplin sering kali mencari pelarian dengan berperilaku ekstrem ketika jauh dari pengawasan orang tua. Mereka bisa menjadi lebih rentan terhadap tekanan teman sebaya atau malah terlibat dalam perilaku yang lebih berisiko sebagai bentuk pembuktian diri.
ADVERTISEMENT
Selain itu, batasan yang tidak fleksibel bisa menyebabkan kurangnya keterampilan dalam pengambilan keputusan mandiri. Ketika remaja selalu diawasi dan diarahkan secara ketat, mereka mungkin tidak belajar untuk menghadapi situasi yang memerlukan penilaian dan tanggung jawab pribadi. Hal ini bisa membuat mereka kurang siap saat harus berhadapan dengan dunia luar, di mana mereka harus membuat keputusan tanpa ada pengawasan langsung.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat contoh remaja yang "melarikan diri" ke pergaulan yang buruk atau menjadi lebih tertutup akibat peraturan yang terlalu mengekang. Orang tua yang menerapkan batasan sebaiknya menyeimbangkan antara memberikan kebebasan dan menetapkan pedoman. Diskusi terbuka antara remaja dan orang dewasa sangat penting untuk memastikan batasan tersebut diterima dengan baik dan dipahami sebagai bentuk peduli, bukan kontrol total.
ADVERTISEMENT

Batasan dalam Pergaulan Remaja yang Sehat

Batasan penggunaan media sosial:

Remaja harus memiliki batasan waktu yang jelas dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari kecanduan. Selain itu, mereka perlu difilter dari konten negatif dan didorong untuk menghargai privasi serta menjauhi konflik online.

Memilih teman yang positif:

Remaja perlu belajar menyeleksi teman yang mendukung dalam kebaikan dan menghindari kelompok yang terlibat dalam perilaku menyimpang.

Manajemen waktu yang efektif:

Membagi waktu antara belajar dan bersosialisasi penting untuk menjaga keseimbangan. Remaja juga harus diingatkan tentang pentingnya menghindari pulang larut malam untuk keselamatan mereka.

Kesadaran akan hubungan romantis:

Remaja perlu memahami tanda-tanda hubungan yang sehat dan membangun komunikasi terbuka dengan orang dewasa terkait batasan emosional dan fisik. Di mana remaja dapat berbicara dengan jujur dan nyaman tentang perasaan, harapan, dan batasan yang mereka miliki dalam hubungan interpersonal. Komunikasi terbuka ini penting untuk mencegah dari kesalah pahaman, membantu membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan.
ADVERTISEMENT

Pengelolaan keuangan pribadi:

Remaja perlu diajarkan pentingnya anggaran dan tabungan untuk menghindari pengeluaran yang tidak bermanfaat, seperti untuk perjudian atau konsumsi barang-barang yang tidak berguna.

Kesimpulan

Pada akhirnya, batasan dalam pergaulan remaja adalah hal yang sangat diperlukan. Batasan ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi remaja dari risiko lingkungan, tetapi juga membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab. Batasan yang sehat membantu remaja menghindari pengaruh buruk dari lingkungan yang tidak kondusif, membentuk karakter yang kuat, serta memberikan mereka landasan moral yang kokoh, serta mampu menavigasi tantangan hidup tanpa harus kehilangan jati diri mereka. Oleh karena itu, peran orang tua, sekolah, dan lingkungan sangat penting dalam menetapkan batasan yang jelas namun tetap fleksibel, sehingga remaja dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dalam menghadapi tantangan zaman.
ADVERTISEMENT

Referensi:

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20131105/219083/tanya-jawab-perokok-remaja-dan-bahayanya/
https://tafsiralquran.id/pentingnya-memilih-teman-dalam-bergaul-tafsir-surah-al-furqan-ayat-27-28/
https://www.detik.com/bali/berita/d-7409664/tiga-remaja-di-jembrana-positif-hiv-aids-akibat-pergaulan-bebas
https://www.kompas.com/global/read/2024/02/08/201500870/3-gadis-remaja-ditangkap-karena-pakai-narkoba
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/26/dua-orang-jadi-tersangka-kasus-tewasnya-remaja-akibat-perang-sarung
https://www.rmoljawatengah.id/dpd-geram-jawa-tengah-sesalkan-anak-anak-sekolah-salah-pergaulan
Suindri, S. S. T., Keb, M., Nyoman, N., Rahyani, S. S. T., & Yuni, N. K. (2020). Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Gaya Pacaran Sehat dengan Media Video (Doctoral dissertation, Jurusan Kebidanan).