Konten dari Pengguna

Dampak Tarif Trump: Industri Halal Amerika di Persimpangan Jalan

syihabuddin
Mahasiswa Pascasarjana Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia.
8 April 2025 17:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syihabuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump pada awal tahun 2025 telah menimbulkan dampak signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat, termasuk industri halal. Pengenaan tarif 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada, dengan produk energi Kanada dikenai bea masuk 10 persen. Selain itu, tarif 10% yang dikenakan Trump pada impor China pada bulan Februari digandakan menjadi 20 persen. Hal tersebut telah memicu kenaikan harga bahan baku, makanan, pakaian, elektronik, dan gangguan rantai pasokan yang vital bagi produsen produk halal.
ADVERTISEMENT
Kenaikan Biaya Produksi dan Inflasi
Brian Cheung, koresponden bisnis dan data yang berbasis di New York untuk NBC memprediksikan bahwa sektor yang paling terdampak adalah makanan dan pakaian. Harga makanan di AS mulai naik sebesar 2,8%, produk segar sebesar 4%, dan pakaian mencapai 17% dikarenakan 97% pakaian AS masih bergantung pada impor.
Menurut Cheung AS tidak memiliki banyak produksi pakaian di dalam negeri. Beberapa merek terkemuka seperti Nike dan Adidas mempunyai basis pabrik di Vietnam yang menjadi importir terbesar kesana. Sektor elektronik juga diprediksikan akan mengalami kenaikan, karena banyak pabrik elektronik ponsel dan laptop berada di China.
Beberapa sektor Industri halal di AS sangat bergantung pada impor bahan baku seperti daging dan rempah-rempah dari negara-negara yang kini dikenai tarif tinggi. Kenaikan biaya impor ini menyebabkan lonjakan harga produksi, yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen. Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan bahwa kebijakan tarif tersebut telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi di AS.
ADVERTISEMENT
Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, menyatakan bahwa tarif yang diterapkan dapat memperburuk inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan pentingnya penyelesaian cepat atas ketidakpastian perdagangan untuk mencegah dampak negatif yang lebih dalam.
Gangguan Rantai Pasokan dan Penyesuaian Strategi Bisnis
Selain kenaikan biaya, tarif ini juga menyebabkan gangguan pada rantai pasokan. Produsen produk halal terpaksa mencari sumber alternatif atau bahan baku domestik, yang mungkin tidak selalu memenuhi standar halal atau lebih mahal. Hal ini mendorong perusahaan untuk menyesuaikan strategi bisnis mereka, termasuk diversifikasi pemasok dan investasi dalam efisiensi operasional.
Prospek Ekonomi dan Tantangan ke Depan
OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi 2,2% pada 2025 dan 1,6% pada 2026, dengan inflasi meningkat hingga 2,8% tahun ini. Kondisi ini menciptakan tantangan tambahan bagi industri halal yang sudah menghadapi tekanan dari kenaikan biaya dan gangguan pasokan.
ADVERTISEMENT
Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini dapat memicu stagflasi, yaitu kombinasi pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan inflasi tinggi, yang akan semakin menyulitkan industri halal dalam mempertahankan daya saing dan profitabilitas.
Kebijakan tarif yang diterapkan pemerintahan Trump menempatkan industri halal Amerika pada posisi yang menantang, terutama pada sektor industri yang membutuhkan bahan impor. Diperlukan adaptasi strategis dan kebijakan yang mendukung untuk memastikan kelangsungan dan pertumbuhan sektor ini di masa mendatang. Ditambah fakta bahwa AS merupakan negara dengan daya konsumsi terbesar di dunia.
Penulis: Syihabuddin, Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia.
Penulis: Syihabuddin, Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia. (Sumber foto: www.freepik.com)