Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Islam di Balkan dan Masa Depan Kebijakan Negara Turkiye
28 Oktober 2024 16:40 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari syihabuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Presiden Recep Tayyib Erdogan mengadakan kunjungan kenegaraan ke beberapa negara Balkan. Kunjungan itu dianggap bukanlah kunjungan biasa, di Serbia Turkiye menggelontorkan investasi jutaan euro dan telah merenovasi banyak situs masjid peninggalan Utsmaniyah yang kebanyakan telah hancur, di Serbia Langkah Turkiye menuai pro dan kontra. Di Albania Turkiye meresmikan masjid agung kota Tirana masjid Namazgjah yang diliput secara luas dan meriah dalam berita-berita di negara ateis berpenduduk 70 persen muslim itu. Di beberapa media extrim Erdogan sering digambarkan sebagai seorang ‘Sultan’ dan presiden negara Balkan diejek dengan sebutan ‘Vizier’ perdana Menteri zaman kekaisaran utsmaniyah yang memang selalu diisi oleh kalangan etnis Serbia, Albania, Bosnia, dan Yunani secara acak.
ADVERTISEMENT
Balkan memang menjadi ajang perlombaan pengaruh negara-negara kuat di Kawasan tersebut, khususnya di Balkan Barat bekas pecahan negara Yugoslavia yang belum berhasil masuk kedalam Uni Eropa. Salah satunya Turkiye yang secara tradisional mempunyai akar kuat dalam budaya dan Sejarah negara-negara tersebut. Terutama penduduk beragama islam yang lebih merasa memiliki keterikatan batin yang lebih kuat untuk bernostalgia tentang kejayaan Utsmaniyah.
Kebijakan luar negeri Turkiye di Balkan, terutama di bawah kepemimpinan Ahmet Davutoğlu, dipengaruhi oleh konsep Strategic Depth, yang menekankan pentingnya hubungan historis, geografis, dan budaya Turkiye dengan wilayah tersebut. Melalui kebijakan ini, Turkiye berusaha memperkuat pengaruhnya di Balkan dengan pendekatan diplomasi yang proaktif, memanfaatkan hubungan sejarah dari era Kekaisaran Ottoman dan keanggotaan NATO sebagai fondasi. Pendekatan Turkiye dikenal sebagai “Neo-Ottomanisme pragmatis,” yang berfokus pada pengembangan kekuatan ekonomi dan soft power, serta inisiatif diplomasi budaya di negara-negara seperti Kosovo, Albania, dan Bosnia.
ADVERTISEMENT
Turkiye juga memperkenalkan mekanisme konsultasi trilateral, misalnya antara Turki, Bosnia, dan Serbia, yang bertujuan untuk membangun stabilitas di wilayah tersebut. Selain itu, hubungan ekonomi terus ditingkatkan melalui perjanjian perdagangan bebas dan berbagai investasi infrastruktur, termasuk pembangunan jalan raya dan proyek-proyek lainnya di negara-negara Balkan. Hubungan erat dengan Albania, yang juga merupakan anggota NATO, memperkuat posisi strategis Turkiye di Balkan, dan pengaruh Turkiye di Kosovo telah ditingkatkan melalui diplomasi kebudayaan dan ekonomi.
Meskipun pendekatan ini umumnya berhasil meningkatkan hubungan ekonomi dan budaya dengan negara-negara Balkan, Turkiye tetap menghadapi tantangan, termasuk persepsi bahwa kebijakan mereka lebih mendukung komunitas Muslim di wilayah ini. Hal ini menyebabkan beberapa negara Balkan, seperti Serbia, menganggap Turkiye sebagai pihak yang lebih condong pada kepentingan kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Islam di Balkan
Islam pertama kali diperkenalkan di Balkan pada abad ke-14 melalui ekspansi Kekaisaran Ottoman, yang mendirikan banyak komunitas Muslim di wilayah tersebut. Pada saat Ottoman menguasai Balkan, Islam menyebar secara perlahan melalui pendekatan akulturasi dan hubungan perdagangan, serta peran dervish dan Sufi yang mempromosikan Islam dalam bentuk yang lebih inklusif. Pengaruh Islam Ottoman memperkuat identitas agama baru di Bosnia, Albania, dan Kosovo, di mana penduduk setempat secara bertahap beralih ke Islam, sebagian besar menjadi Muslim Sunni mazhab Hanafi.
Di bawah Ottoman, wilayah Balkan menjadi mosaik budaya dan agama, dengan pembangunan masjid, madrasah, dan infrastruktur umum yang memperkuat kehadiran Islam. Beberapa bangunan penting yang dibangun pada masa ini, seperti Masjid Gazi Husrev-beg di Sarajevo dan jembatan Ottoman di Mostar, mencerminkan pengaruh arsitektur Islam yang mendalam. Namun, ketika kekuatan Ottoman mulai berkurang pada abad ke-19, negara-negara Balkan mulai mendorong identitas nasional yang didasarkan pada agama Kristen, yang menyebabkan banyak umat Muslim mengalami penganiayaan dan migrasi.
ADVERTISEMENT
Meskipun sejarah konflik, Islam tetap menjadi bagian dari warisan budaya di Balkan. Pada akhir abad ke-20, terutama selama perang di Bosnia (1992-1995) dan Kosovo (1999), banyak situs dan peninggalan Islam dihancurkan dalam upaya menghapus jejak Islam di wilayah tersebut. Namun, ketegangan ini justru mendorong kebangkitan identitas Islam di Bosnia dan Kosovo, di mana generasi baru menghidupkan kembali tradisi Islam dan memulihkan situs-situs yang hancur.
Peluang dan Tantangan Perkembangan Islam
Pengaruh Islam di wilayah Balkan saat ini menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Di satu sisi, tantangan muncul dari berbagai pengaruh eksternal, seperti meningkatnya kehadiran ideologi Islam non-tradisional (misalnya, neo-Salafisme) yang tidak sesuai dengan Islam versi Turki yang lebih moderat. Hal ini bersaing dengan kepentingan Turkiye untuk mempertahankan identitas Islam tradisional di Balkan yang diwariskan sejak masa Ottoman. Pesaing geopolitik seperti Rusia juga memperumit situasi, terutama dalam sektor ekonomi dan energi yang dominan di wilayah tersebut khususnya negara Serbia dan penduduk penganut Kristen orthodox. Dan negara-negara Eropa Barat -dalam hal ini Uni Eropa- yang telah memiliki presentase kontribusi ekonomi terbesar di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, terdapat peluang besar bagi Turkiye untuk memperdalam hubungan ekonomi dan budaya dengan Balkan. Turkiye telah menjalin perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara Balkan, meski volumenya belum menyamai perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa. Selain itu, investasi di sektor transportasi, telekomunikasi, dan infrastruktur dipandang sebagai kontribusi strategis yang dapat mendukung pembangunan wilayah ini. Dari segi budaya, ekspansi lembaga pendidikan dan media Turkiye, termasuk serial televisi, turut memperkuat pengaruh soft power Turkiye di Balkan, menarik dukungan dari kelompok diaspora yang besar di kawasan tersebut.
Secara politik, Turkiye juga terus mendekatkan diri dengan negara-negara Balkan melalui diplomasi aktif, memanfaatkan hubungan historis dan agama untuk memperkuat pengaruh regionalnya. Peluang yang ada terutama bagi Turkiye adalah kemungkinan untuk membangun aliansi baru di kawasan yang potensial mendukung aspirasi Uni Eropa Turkiye, atau setidaknya memperkuat posisinya sebagai negara yang stabil di antara blok Barat dan Timur. Strategi ini memungkinkan Turkiye untuk menunjukkan komitmennya terhadap stabilitas regional sambil terus memperkuat posisi geopolitiknya di Balkan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada peluang juga bagi komunitas Islam untuk memainkan peran penting dalam menggalang stabilitas dan membangun hubungan lintas budaya di Balkan. Upaya Turkiye ini, bersama dengan upaya diplomasi agama, dapat memperkuat hubungan antarnegara dan menyatukan komunitas Muslim Balkan di bawah pengaruh Islam moderat yang lebih sejalan dengan nilai-nilai budaya lokal dan kepentingan nasional.
Profil Penulis:
Syihabuddin
Mahasiswa Pascasarjana Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
Referensi:
Aras, B. (2009). Strategic Depth and Turkey’s Foreign Policy Towards the Balkans. JUS & Justicia, 15(2), 130-132.
Mitrovic, D. (2014). Turkish Foreign Policy Towards the Balkans: Between Strategic Depth and Zero Problems with Neighbors. International Journal of Social Science Research, 1(2), 28-30.
ADVERTISEMENT
Bechev, D. (2012). Turkey’s Return to the Balkans: Reassessing Its Foreign Policy in the Region. Balkan Insight.
Yalvaç, F. (2012). Geopolitical Vision and Hegemonic Depth: Turkey’s Foreign Policy in the Balkans. Geopolitics Journal, 17(2), 170-171.
UET Center for European Studies (2021). The Geopolitical Influence of Turkey in the Western Balkans.