Mengapa Beberapa Individu Memilih Untuk Tidak menikah

Syita Wilyaningsih
Mahasiswa S1 Akuntansi, Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
28 April 2024 12:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syita Wilyaningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi anak muda (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi anak muda (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menikah merupakan salah satu Keputusan besar dalam hidup seseorang. Pada kenyataannya memutuskan untuk menikah bukanlah hal yang mudah, sebab banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkah terlebih dahulu
ADVERTISEMENT
Bagi Sebagian orang, menikah mungkin menjadi salah satu tujuan hidup. Namun, juga dengan berbagai pertimbangan, sebagian orang yang enggan untuk menikah.
Angka pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 mengalami penurunan yang cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan.
Berikut 6 alasan mengapa anak muda Indonesia di masa sekarang memilih untuk tidak menikah:
1. Terlalu sibuk berkarir
Kebanyakan anak muda sekarang isi pikirannya adalah bagaimana cara agar karir semakin bagus dan berkembang. Mereka tidak sempat untuk memikirkan tentang pernikahan, karena hari-harinya disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, juga sudah terlanjur nyaman berada di posisi tersebut.
Meskipun beberapa diantaranya masih bisa berpacaran, namun belum bahkan tidak ada niatan untuk sampai ke jenjang pernikahan.
ADVERTISEMENT
2. Terlalu lama sendiri sehingga terlanjur nyaman dengan status yang masih sendiri
Mereka yang sudah terlalu lama sendiri kebanyakan sudah nyaman dengan statusnya dan tidak kepikiran untuk menikah.
Sebab, bisa bebas ke mana saja, dengan siapa saja, dan melakukan apa saja tanpa ada yang melarang atau mengekang. Berbeda jika sudah menikah, tentu semua harus berdasarkan persetujuan pasangan terlebih dahulu.
3. Trauma karena banyaknya kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Bisa saja karena mereka trauma karena adanya Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi pada orang tuanya (umumnya terjadi pada Perempuan).
Takut hal yang sama terjadi jika sudah menikah, takut anak-anaknya merasakan hal yang sama. Meskipun tidak semua seperti itu, namun yang namanya trauma pasti terus menghantui.
ADVERTISEMENT
4. Banyaknya kasus perselingkuhan
Tingginya penurunan angka pernikahan, namun juga angka perceraian di Indonesia semakin tinggi pula. Salah satu penyebabnya adalah perselingkuhan. Tidak memandang gender, laki-laki maupun Perempuan bisa saja selingkuh.
Entah apa yang membuat mereka melakukan hal tersebut, padahal sudah memiliki pasangan halal tetapi malah menjalin hubungan yang jelas-jelas salah.
5. “Generasi Sandwich”
Generasi Sandwich merupakan generasi yang memiliki beban ganda. Karena merasa masih dibutuhkan oleh keluarga untuk memenuhi tanggungan keuangan keluarga. Sehingga bekerja tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan kebutuhan keluarga juga.
Maka dengan tidak menikah akan lebih leluasa dalam membantu keluarga, tidak harus meminta persetujuan dari pasangan terlebih dahulu. Bisa langsung membantu keluarga tanpa adanya pembicaraan terlebih dahulu dengan pasangan. Jika tidak, maka akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
6. Faktor Keuangan yang tidak Stabil
Hal ini meimbulkan ketakutan bagi beberapa individu jika mereka menikah nanti, bagaimana memenuhi kebutuhan yang tentunya tidak sedikit. Terlebih lagi jika sudah memiliki anak, bagaimana kebutuhan nutrisinya, pendidikannya, dll, itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bukan? Hal ini harus benar-benar dipersiapkan secara baik, agar anak dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan mengejar impiannya.
Ketakutan ini lah yang membuat Mereka enggan untuk menikah, atau setidaknya beberapa diantaranya memilih untuk menstabilkan keuangan terlebih dahulu.
Keputusan untuk menikah ataupun tidak memang menjadi pilihan setiap orang. Semua orang memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya masing-masing, sehingga memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Terpenting harus memikirkan secara matang atas Keputusan yang diambil.
ADVERTISEMENT
Syita Wilyaningsih, Mahasiswa Akuntansi S1 Univeritas Pamulang